Hidupku kini hancur, aku harus menerima semua konsekuensinya. Aku kembali menjadi marbot masjid seperti dulu saat semua harta bendaku untuk membayar kebutuhan ibu dan Mbak Zahra juga gaya sosialita Lulu.Aku mencoba tabah, karena hukuman akan selalu ada di saat keserakahan mulai merajai otak manusia.Bagai berjalan di atas duri saat aku tahu Kinan dan Fatur menikah. Terlebih putraku Zafran, ia begitu dekat dengan Fatur. Zafran bahkan tak pernah mau menatap atau sekedar bersamaku.Hubunganku dan Kinan serta anak-anak kembali membaik saat Zain menikahi anak angkatku Ana, anakku dengan Lulu yang telah tertukar saat ia masih bayi. Kinan mulai membuka hatinya untuk memaafkanku, begitu juga Zain.Penderitaanku belum berakhir. Setelah aku dan Lulu mengetahui bahwa Ana bukan anak kandung kami, saat itu aku tahu bahwa Allah masih terus menghukumku.Aku pantas mendapatkannya setelah apa yang aku perbuat kepada Kinan dan anak- anak kami. Lulu terus menangis setelah kami mendapat kabar bahwa kedu
"Tak bisakah Abi tidak perlu datang kemari terus menerus. Tak usah Abi mencoba terus seperti peduli kepadaku, apa Abi tak tahu aku muak melihat Abi bersamanya. Itu semakin membuatku malu. "Aku melihat Zafran menangis, di depannya ada Bang Adnan dan juga Lulu."Zafran, Abi hanya ingin kamu lebih dekat dengan Abi dibandingkan Abi Fatur," ucap Bang Adnan mencoba menjelaskan."Itu tak akan bisa Abi. Di mana Abi dulu saat banyak mata dan mulut mencecar mengatakan aku tak punya ayah? Di mana Abi saat aku dan Umi berjuang matia-matian hanya untuk makan? Aku muak Abi. Jika Abi terus datang kemari itu semakin membuat teman-teman akan meledek!" Zafran semakin meninggikan suaranya. Aku pikir ia sudah menerima Bang Adnan, tetapi dugaanku salah. Masih bersarang kebencian di hatinya setelah bertahun-tahun ia menerima kedatangan Bang Adnan."Maafkan Abi, Zafran. Abi hanya ingin memperbaiki semuanya," ucap Bang Adnan lirih."Terlambat, semuanya terlambat Abi. bukan aku tak berusaha memaafkan Abi. A
Aku duduk di samping Lulu yang menggendong Najwa. Aku berusaha sebaik mungkin agar tak terlihat canggung. Kami terlihat lucu bukan? Aku berharap kisah baiknya hubunganku dengan Bang Adnan juga Lulu bisa membukakan pintu hati kalian yang sedang di landa kebencian dengan mantan suami atau mantan madu.Tak ada lagi yang perlu kita permasalahkan sekarang. Aku memiliki kehidupan yang lebih baik setelah disakiti. Kebencian? Aku juga sama seperti kalian berusaha sekuat hatiku mencoba menerima semuanya.Dari balik gerbang terlihat Bang Fatur dan Zafran keluar dengan tawa yang begitu lepas. Bang Fatur membawa dua koper milik Zafran, di ikuti Zafran yang membawa tas besar. Aku tersenyum menyambut mereka berdua. Tidak begitu dengan Bang Adnan, dia hanya terdiam memandangi pemandangan di depannya.Cemburu jelas terlihat di wajahnya. Apa boleh buat, Zafran belum membuka hatinya. Luka yang Bang Adnan beri untuknya begitu besar. Ia adalah ayah yang harusnya memberi perhatian, nafkah dan cinta saat
Zain, Zafran dan juga Bang Fatur masih di ruang shalat membaca Al-Qur'an bersama. Hatiku terasa tentram melihat mereka semua."Ibu!!"Aku dan Ana sama-sama terkejut mendengar teriakkan Mbak Bella dari kamar ibu.Mas Hamdan yang sedang bermain dengan Najwa, berlari sambil menggendong Najwa menuju ke kamar ibu. Aku dan Ana pun mengikutinya."Ada apa, Mbak?"Aku masih di depan pintu. Mbak Bella memeluk ibu dengan air mata terurai deras di pipinya.Aku mendekati mereka, jantungku berdetak cukup kuat. Kulihat ibu di pelukan Mbak Bella masih menggunakan mukenah dengan mata tertutup dan senyum menghiasi wajahnya yang sudah keriput.Seketika tangisku pecah saat kusentuh tangan ibu tak ada lagi denyut nadi. Baru beberapa saat ia meminta teh dan Mbak Bella mengantar teh buatanku. Kini ia sudah meninggalkanku."Ibu."Mas Hamdan memeluk tubuh ibu. Aku hanya bisa termenung, apakah semalam kata-kata perpisahan dari ibu dan mengumpulkan kami semua."Ada apa, Umi?"Zain bertanya dari balik pintu.Aku
LIMA TAHUN KEMUDIAN"Aku akan mengkhitbah Nadira, Umi."Zafran dengan tegas mengatakan keinginannya saat kami sedang makan malam bersama.Aku menatap wajahnya, dan kemudian tersenyum. "Siapa Nadira, Nak?""Dia gadis yang kutemui saat di Mekkah, sudah sejak pertama aku menaruh hati padanya," ucap Zafran lirih."Baiklah, Jika kamu bersungguh-sungguh. Abi dan Umi hanya bisa mendukungmu, Zafran," ucap Bang Fatur mengusap halus pundak Zafran."Tapi, aku gak ingin Abi Adnan datang, Umi, Abi."Zafran menatap aku dan Bang Fatur bergantian.Aku sedikit kaget mendengar ucapan Zafran. Sudah lama sekali ia tak membahas Bang Adnan."Zafran, Bagaimanapun ia tetap harus tahu."Bang Fatur mencoba menasehati Zafran."Untuk apa dia harus tahu, Abi? Aku bahkan tak pernah meminta biaya hidup kepadanya. Dia dulu tak pernah membiayai sepeserpun hingga aku mendapat gelar ini. Biarkan ia dan anak-anaknya dengan istrinya sekarang," ucap Zafran lagi."Zafran!"Aku sedikit membentaknya. Namun, Bang Fatur memega
Sesuai keinginan Zafran pernikahannya dengan Nadira hanya dihadiri keluarga inti, tanpa Bang Adnan dan tanpa resepsi. Setelah dua tahun pernikahan Zafran Bang Adnan menemuiku di restoran Zain, Ia tak bersama Lulu.Aku menggandeng Najwa menemuinya, Najwa baru pulang dari sekolah. Hari ini aku menjemputnya dan hendak membawa ke tempat Zafran.Sudah tujuh tahun aku tak mendapat kabar tentang Bang Adnan. tiba-tiba ia mengajakku untuk bertemu."Ada apa, Bang. langsung saja," ucapku setelah duduk di depannya."Kenapa tak kabari Abang tentang pernikahan Zafran?""Aku hanya memenuhi keinginan Zafran," ucapku datar."Apa Zafran begitu membenci Abang?"Bang Adnan bertanya penuh dengan penekanan."Goresan luka di hatinya begitu dalam, Bang. Jejak digital akan selalu terungkap. Aku sudah berusaha sebaik mungkin menasehatinya. Namun, ia memiliki sifat yang sangat keras kepala," ungkapku berusaha menjelaskan dengan sehalus mungkin. Aku tak ingin ia mengira aku menjauhkan Zafran atau Zain dari Abi k
Pak Ahmad dan Bu Aysah datang setelah kami hubungi untuk menjaga Nadira. Mereka baru saja pulang beberapa jam yang lalu dan bergantian dengan kami menemani Zafran dan Nadira.Kami saling berpelukan melepaskan kesedihan yang begitu mendalam. Bang Fatur bersama Zafran mengurus segala administrasi sebelum jenazah Farhan kami bawa pulang.Setelah semuanya selesai, Kami segera membawa Farhan pulang ke rumah Zafran. Kami sengaja memberikan rumah sendiri untuk menghindari zinah karena Nadira dan Bang Fatur bukan muhrim.Bu Aysah masih menunggu Nadira di rumah sakit, ia begitu syok sehingga mengalami kontraksi dini dan harus di rawat.Sampai di rumah Zafran sudah ada Zain dan Ana yang menyiapkan segala keperluannya.Zain memeluk Zafran. "Abang," ucap Zafran lirih. Air mata terus mengalir di pipinya."Sudah takdir Allah, Zafran. Kamu harus kuat menerima ujian. Bukankah ujian adalah cara Allah meningkatkan derajat manusia di hadapannya."Zain masih memeluk Zafran."Kenapa takdirku begitu menya
Kepiluan kehilangan Farhan beberapa bulan lalu membuat Zafran susah sekali kembali seperti saat ini. Ia lebih sering murung dan mengunci diri di kamar.Aku tahu apa yang ia rasakan, kesedihan itu tak dapat ia sembunyikan. Aku dan Bang Fatur berusaha terus menghibur Nadira dan Zafran.Pak Ahmad dan Bu Aysah juga sering di rumah Zafran untuk membantu Nadira. Kehamilannya begitu lemah. Ia sering mengalami kontraksi dini dan harus bolak-balik kontrol. Kadang aku dan Bu Aysah bergantian menemani mereka. Tak ingin mereka kembali dalam sebuah kekelaman.Malam itu saat hujan deras, aku mendapat telpon dari Zafran. Nadira mengalami kontraksi hebat dan segera dilarikan ke rumah sakit.Kami tak tahu pukul berapa tepatnya. Aku menggoncang lembut tubuh Bang Fatur."Abang, Ayo bangun.""Ada apa, Dik." Bang Fatur mengerjapkan mata, terbangun dengan cepat "Sepertinya Nadira mau melahirkan, Bang. Ayo cepat."Aku mengambil hijab dan beberapa keperluan lainnya. Kusiapkan baju untuk Bang Fatur. Bang Fa