PoV KeylaBerat mataku untuk kubuka, bau obat-obatan menguar begitu kuat menusuk hidungku. Pelan-pelan kubuka mata. Padanganku buram lama-lama menjadi jelas, kulihat ibu dan Soni menemaniku. Terasa kaku tangan kiriku, rupanya jarum infus yang terpasang dengan cairan infus. Kuamati aku sedang terbaring di ruangan yang bercat putih. Apa aku sedang di rumah sakit ya? Separah itukah sakitku sampai harus di rawat di rumah sakit?“Alhamdulillah Key, kamu sudah bangun," kata ibu sambil terisak. Sepertinya sejak pingsan sampai sekarang ibu menangisiku. Ibu langsung mengusap kepalaku.“Alhamdulillah.” Soni menimpali sambil mengusap tangan kananku“Bu, Keyla ada dimana? Kenapa kepala Keyla sakit?” tanyaku lirih. Betul kepalaku terasa berat dan seluruh badanku kaku.“Kamu tadi pingsan Key, mungkin kamu syok menghadapi kejadian tadi yang tiba-tiba dan nggak disangka-sangka," jelas Soni menambahkan. Terlihat lelah dari wajah ibu maupun Soni, tetapi tetap semangat menemaniku di rumah sakit. Berbeda
PoV KeylaSetelah dua hari di rawat di rumah sakit akhirnya aku dibolehkan dokter Yudi pulang. Hanya saja aku tidak noleh dulu bekerja dan berpikir terlalu berat. Aku juga masih harus minum obat dan multivitamin lengkap agar tubuhku cepat pulih. Dengan menaiki mobil Soni, aku dan ibu diantar pulang ke kost Putri. Rencananya sih aku ingin secepatnya pindah rumah. Tapi mengingat kondisiku yang belum pulih mungkin seminggu lagi aku akan pindah ke rumah kontrakan milik mas Hendra. Untuk sementara ibu tidak pulang dulu ke kampung. Ibu akan menemaniku hingga aku sembuh dan sampai proses persidangan perceraianku dengan bang Ardan selesai. Satu yang mengganjal masih di hatiku. Bagaimana kalau ibu tahu aku tinggal satu kost dengan Ira, selingkuhannya bang Ardan? Sedangkan kemarin saja tahu aku pingsan gara-gara memergoki bang Ardan, ibu langsung naik pitam dan menelepon bang Ardan. Yang jelas ketika bang Ardan ditanya ibu, jelas dia berkelit dan berbalik menyalahkanku. Ibu tidak cerita panja
PoV Keyla"Se, sebenarnya Ira, Ira ini.. " Bang Ardan masih terbata-bata. "Jawab Dan!" teriak papah murka. Suasana sungguh mencekam. Pada mulanya kedatangan mamah dan papah hanya untuk memojokkan dan menuduhku kalau kalau aku yang selingkuh. Sungguh pilu mendapati kenyataan bahwa anaknya lah yang membawa selingkuhannya di hadapan mereka. Tuhan sungguh memberikan kejutan yang tidak kami sangka-sangka. Kejutan yang membuat malu orangtua bang Ardan. "I, Ira istri kedua Ardan pah, kami udah menikah secara siri dua hari lalu. Maafkan kami nggak mengabari mamah dan papah." Bang Ardan langsung tertunduk. Oh jadi begitu. Pantas saja bang Ardan tidak ada menjengukku sama sekali. Jadi ternyata menikahi gundiknya ini. Bagus sekali ya permainannya, menikah lagi di saat aku sedang sakit. Tapi mereka malah bersenang-senang di atas penderitaanku. Begitu mengetahui kenyataan pahit ini, langsung lemas lah seluruh persendianku. Ya Allah, salah apa aku. Hingga kamu tega bang menikah lagi tanpa memberi
Aku terkejut begitu mengetahui kalau Keyla istri bang Ardan tinggal di kostku. Selama di kost sebenarnya Keyla orang yang baik dan ramah. Tapi aku tidak menyangka bahwa Keyla yang baru beberapa minggu di rumahku itu kabur dari rumah bang Ardan karena mendapati bill pembayaran hotel dan bungkus kond*m di saku bang Ardan. Si*l memang nasib bang Ardan. Sudah kubilang padanya untuk segera membuang kedua benda tersebut eh malah disimpan di sakunya. Katanya sayang kalau dibuang, buat kenang-kenangan. Ada-ada saja bang Ardan ini. Siapa sih yang tidak tertarik dengan bang Ardan. Wajahnya tampan, berperawakan tinggi, seorang pegawai dinas, dan anak orang kaya lagi. Tumpangannya mobil. Jadi aku tidak perlu kepanasan dan kehujanan atau kena debu. Wah senangnya hatiku. Aku tidak perduli dengan statusnya yang masih menjadi suami orang. Pria kan bebas. Mau punya istri berapa pun tidak masalah. Selama dia bersikap adil. Tapi orang seperti bang Ardan pasti tidak bisa bersikap adil. Ya jelas saja don
PoV KeylaHari ini sidang pertama perceraianku aku deg-degan. Untung ada ibu, Soni, dan mas Hendra sebagai kuasa hukumku mendampingiku. Aku menunggu di depan ruang sidang. Aku duduk di bangku panjang yang sudah disediakan. Soni yang habis dari kantin membawakanku plastik yang berisi beberapa bungkus roti dan beberapa buah susu kotak rasa strawberry dan coklat. Aku tadi tidak sempat sarapan pagi. Bukan tidak sempat sih sebenarnya tapi lebih tepatnya aku tidak selera makan. Padahal tadi di kost ibu sudah membuatkanku nasi goreng dan telur ceplok mata sapi setengah matang kesukaanku. Ditambah malam tadi aku juga tidak terlalu nyenyak tidur. Kurasakan kepalaku agak nyut-nyutan. Tapi aku harus tetap semangat menghadiri persidangan ini. "Makasih Son, repot-repot segala kamu," kataku sambil menerima bungkusan plastik dari Soni. "Di makan ya Key, aku nggak mau kamu sakit lagi," jawab Soni dengan lemah lembut. "Siap bos." Aku sambil mengacungkan jempol. Kulahap roti isi selai coklat dan k
PoV KeylaBesok aku dan ibu akan memutuskan untuk pindah dari kost Putri ini ke rumah kontrakan milik mas Hendra. Sudah sebulan lebih sejak digelarnya sidang perceraianku dengan bang Ardan, Ira sudah meninggalkan kost ini. Kata kabar yang beredar dia pindah ke rumah kontrakanku dulu yang kutinggali bersama bang Ardan. Mereka juga kudengar akan meresmikan pernikahan mereka secara hukum dan negara setelah akta cerai kami di keluarkan.Pagi ini aku akan memasak ke dapur. Sedangkan ibu kulihat sesudah sholat shubuh malah tidur lagi, tumben ibu begitu. Mungkin efek kelelahan selama ini beliau setia mendampingi dan mengurusku selama aku sakit dan menghadapi sidang perceraian. Sudah hampir dua bulan ini ibu menutup warung sayurnya di kampong. Sedangakan kebun sayur dan buah milik ibu dipercayakan kepada paman dan bibiku, saudara-saudara kandung ibu. Sebenarnya ibu juga mempunyai beberapa hektar sawah di kampung. Tetapi ibu tidak menggarap sawah-sawahnya, ibu lebih memilih menyewakan sawahnya
Akhirnya hari ini putusan sidang perceraian antara aku dan Keyla. Parahnya lagi mobilku di suruh ditinggal hakim di parkiran pengadilan karena di sidang sebelumnya dinyatakan mobil ini dibeli dengan nama Keyla dengan utang di bank pun atas nama Keyla. Arrgghh si*l! Aku meremas rambutku. Mengapa harus seperti ini sih? Mengapa pula Keyla harus mengaku di depan pengacaranya dan hakim kalau itu mobil atas nama dia? Jelas saja aku yang kalah! Salahku juga sih aku dulu tidak memperhatikan surat BPKB mobil. Kukira tidak akan menjadi masalah besar seperti ini! Ya ampun. Ternyata dia nekat memperjuangkan mobilnya! Dasar wanita matre! Padahal kan pacarnya anak orang kaya juga! Kenapa dia masih saja mengutak-atik mobilku? Untuk membayar pengacara aku jelas tidak punya uang lebih! Sebulan yang lalu ketika meminta uang untuk membayar pengacara kepada mamah dan papah malah diusir! * * * Kejadian sebulan yang lalu sebelum persidangan cerai berlangsung, aku ke rumah orangtuaku. Sebenarnya malu jug
Menikah dengan bang Ardan membuatku menjadi wanita yang beruntung. Bagaimana tidak? Dia akhirnya percaya bahwa anak yang ku kandung ini adalah anaknya! Mana dia pegawai lagi, punya mobil siapa yang tidak mau dengannya. Masalah status dia suami orang atau apa, aku nggak peduli. Yang penting sekarang dia sudah menjadi milikku. Hari ini bang Ardan gajian. Aku mau mengetes bang Ardan, aku pura-pura tidak ingat kalau hari ini dia gajian. Sehari dua hari, tidak ada tanda-tanda dari bang Ardan kalau dia mau memberiku uang. Kalau begini terus aku bisa bangkrut! Aku harus segera menagih jatah uang bulananku pada bang Ardan. "Bang, mana gaji abang bulan ini? Bukannya udah gajian dari tanggal satu?" Aku seperti penagih utang saja. Habis bang Ardan di diemin malah pura-pura nggak tahu! Semakin keenakan dia melalaikan kewajibannya. "Lho kan untuk kebutuhan sehari-hari pakai uang istri Ra. Biasanya abang dulu sama Keyla gitu. Apa-apa pakai uangnya Keyla untuk belanja," jawab bang Ardan dengan sa