"Kasian Anin ya mas, ujian hidupnya belum juga berakhir. Kemarin belum lama kulihat dia selalu tersenyum saat aku kesana menjemput Albanna kerumahnya. Sekarang begini lagi."
Meysha menghembuskan nafas dengan kasar, di selimutinya Albanna yang sudah tidur sejak tadi. Seharian ini Albanna tinggal di apartemen Fajar dan Meysha, lalu menginap sekalian.
Sejak kejadian yang menimpa Anin dua hari lalu, badannya demam dan dia sering mimpi buruk jadi mau tak mau putranya dititipkan pada Meysha dan Fajar. Selain karena mereka sudah sering bersama Albanna, tempat tinggal mereka juga masih satu gedung dengan Anin dan Evan.
"Allah tidak akan memberikan ujian pada hamba-Nya diluar batas kemampuannya," jawab Fajar bijak.
"Tapi Anin terlalu sering menerima ujian yang berat mas," protes Meysha.
"Saat malam semakin larut, maka sebentar lagi akan terbit Fajar. Yakinlah bahwa sebentar l
Mobil yang di kendarai Kevin dan mamanya berhenti di depan rumah dengan sistem cluster. Rumah tanpa pagar dengan halaman langsung terhubung dengan jalanan hanya ada tanaman biasa yang terjejer rapi mengantikan pagar pembatas antara halaman dan jalanan.Rumah dengan desain minimalis dan tidak terlalu mewah itu nampak bersih dan terawat. Setelah turun dari mobil, keduanya bergegas menuju rumah tersebut dan mengetuk pintunya.Rumah itu adalah rumah yang ditempati oleh Aaira wanita yang pernah dinodai oleh Kevin berserta putrinya Thalia. Lina memaksa Kevin untuk menemui putrinya bersamanya.Setelah menunggu cukup lama, keluar seorang wanita setengah baya bersama anak perempuan. Lina sangat mengenal wanita ini, dia dulu adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja sejak masih muda dan membantu merawat serta membesarkan ketiga putranya.Sekitar empat tahun lalu dia pamit katanya hendak di ka
Seharian itu mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama, melihat berbagi jenis ikan juga di sea world. Tadinya Evan hendak mengajak Anin bermain air tapi tentu saja dia menolaknya.Setelah seharian menghabiskan waktu bersama mereka melanjutkan acara kencan mereka dengan malam malam bersama. Anin berkali-kali mengajak suaminya untuk pulang karena khawatir dengan putranya, Albanna. Tapi tetap saja Evan menolaknya, dia meyakinkan jika Albanna baik-baik saja bersama dengan sahabat mereka. Kalau Albanna ngambek atau marah pasti sudah menelepon kedua orangtuanya, nyatanya ponsel mereka anteng saja sejak tadi.Evan mengajak Anin makan di restoran 'Atap dunia' . Restoran yang terletak tepat kawasan jantung kota Jakarta, berada di lantai lima puluh enam itu menawarkan area indoor dan outdoor yang luas dengan pemandangan kota yang menawan. Pemandangan indah menjadi pilihan utama untuk menghabiskan kencan romantis bersama pasangan
Evan bergegas naik ke atas menyusul istrinya, dia khawatir jika perempuan itu kenapa-napa. Tangannya tadi begitu dingin saat berpegangan pada tangannya.Saat masuk ke dalam apartemennya, suasananya begitu sepi. Tiba-tiba saja timbul kekawatiran dalam dirinya, khawatir Anin pergi entah kemana lagi."Anin ... sayang!" seru Evan sambil membuka kamarnya.Kosong tidak ada orang, setengah berlari dia menghampiri pintu kamar mandi. Berpikir jika istrinya ada disana. Dibukanya pintu kamar mandi yang tidak terkunci."Apakah Anin tidak ada sini juga?" batin Evan.Saat pintu terbuka dia sangat lega melihat pemandangan didepannya. Anin tengah mengeringkan diri dengan handuk."Mas, apa-apa sih kamu!" pekik Anin sambil segera melilitkan handuk pada tubuhnya."Maaf, tidak dikunci kirain gak ada orang. Kenapa sih kaget dan ditutupi
Evan berkendara dengan frustasi menembus padatnya lalu lintas ibu kota. Dia segera pergi meninggalkan pekerjaannya saat mendapatkan telpon dari Meysha yang memberitahukan jika istrinya terjebak di lift bersama dengan adiknya. Kenapa tak bosan-bosannya anak itu terus berada disekitar istrinya.Ponsel Evan kembali berdering, Meysha menelponnya kembali. Kekhawatirannya semakin menjadi, takut adiknya itu melakukan hal yang tidak-tidak pada istrinya."Mas, aku sama Anin sudah ada dirumah sakit. Dia pingsan tadi di dalam lift," ucap Meysha dari seberang telepon."Kirim lokasi rumah sakitnya, biar aku langsung kesana!" pinta Evan.Setelah sambungan telepon terputus, Evan menerima pesan berisi lokasi tempat Meysha dan Anin berada. Evan bergegas menuju rumah sakit tersebut. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama di jalanan, akhirnya Evan sampai juga dirumah sakit tempat Anin berada.
Pada akhirnya Anin mau menemani mertuanya bertemu dengan Aaira, mereka memilih untuk bertemu di hari Minggu. Selain karena wanita itu libur, Albanna juga bisa ditinggal bersama papanya.Lina memilih untuk bertemu disebuah restoran menjelang makan siang. Dia sengaja tidak memilih private room karena ingin suasananya lebih santai antara dia dan kedua wanita yang memiliki hubungan dengan kedua putranya.Anin dan mertuanya sampai di restoran tersebut menjelang jam sebelas siang, tidak lama kemudian Aaira juga datang dan langsung menuju tempat dimana Anin dan mertuanya duduk.Dalam pandangan Anin, wanita yang bernama Aaira itu cukup sempurna. Pantas saja Kevin bisa tertarik dengannya. Wajahnya terlihat polos dan manis, namun dari gaya berpakaian dan body language-nya terlihat smart. Rambutnya yang panjang dan lurus di kuncir kuda, dengan memakai dress dengan panjang sedikit dibawah lutut membuat
"Enggak serius kok ma, cuma berbincang biasa aja," sahut Anin."Mama sudah dari tadi selesai dari toilet?" lanjutnya bertanya."Enggak, mama baru datang. Kalian serius sekali sampai gak tahu mama sudah disini," jawab Lina."Kalian baru bertemu sudah terlihat akrab, mama harap begitu seterusnya."Obrolan mereka kembali terjadi secara random, setelah itu pada akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kembali karena waktu sudah lewat tengah hari."Kapan-kapan jika kamu libur mama akan ke rumah," ucap Lina pada Aaira.Mereka tengah menunggu supir yang akan menjemput Anin dan mertuanya."Baik, ajak serta mbak Anin dan anaknya biar bisa main dengan Thalia," sahut Aaira sambil memandang pada AninAnin membalasnya dengan anggukan kecil."Mau sekalian bareng?" Lina menawarkan tumpangan saat mobil mereka sudah datang."Tidak perlu, saya naik taksi saja. Pasti kalian akan kerepotan jika mampir kesana
Selepas isya, Evan beserta anak dan istrinya bercengkrama sambil menemani Albanna bermain puzzle."Mas, Meysha ingin kita jalan-jalan dan liburan bersama. Menginap di Villa misalnya. Bagaimana menurut?" tanya Anin membuka percakapan dengan suaminya."Boleh juga tuh, sejak menikah kita belum pergi kemanapun. Kita bisa liburan bersama dengan Meysha dan Fajar sekaligus, sepertinya menyenangkan. Kapan kalian ingin pergi?" tanya Evan."Nanti coba diomongin lagi sama Meysha deh kalau gitu," sahut Anin."Kapan Albanna punya adik?" celetuk Albanna tiba-tiba.Anin dan Evan berpandangan, kenapa tiba-tiba bocah itu ingin memiliki adik."Kenapa Albanna ingin adik?" tanya Anin."Karena Al sudah besar dan ingin punya teman bermain," jawab Albanna."Berdoa sama Allah ya, minta padaNya supaya Albanna cepat punya adik," t
Aaira segera pergi ke restoran sesuai keinginan Kevin, tepat setelah dia masuk kedalam dan sibuk mencari sosok laki-laki itu, datang seorang pelayan yang kemudian membawanya ke sebuah privat room.Sesampainya di ruangan pribadi itu, Kevin sudah menunggunya dengan santai dan dengan hidangan yang sudah tersedia."Gimana kabarmu?" Kevin mengulangi pertanyaan yang sama seperti yang dia tanyakan saat di kantor tadi pagi."Aku baik-baik saja, papamu sudah menjagaku dan putriku dengan baik," jawab Aaira yang sudah duduk sempurna dihadapan Kevin. Mereka dipisahkan oleh meja yang sudah terisi dengan beberapa menu."Mungkin suatu saat aku bisa mengambilnya dari kalian semua, biar beliau hanya menjaga kami saja. Aku ingin tahu gimana kalian merasakan rumah tangga yang rusak," lanjutnya.Aaira berkata dengan santai, menatap kearah Kevin. Ingin melihat reaksinya bagaimana jika ay