Share

Tetangga Julid!

"Assalamualaikum, Ayah!" ucapku dan Aini secara bersamaan.

Tak berselang lama, pintu terbuka.

"Wa'alaikumsalam, sudah pulang ternyata. Ayo masuk," ucap Ayah.

"Ayah sudah makan?" tanyaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Tadi Alya sudah masakin telur balado kesukaan Ayah," ujarku lagi.

"Belum, Nak. Ayah baru selesai benarin kran air di dapur," jawab Ayah.

"Kenapa kran airnya, Yah? Bocor kah?" tanya Aini.

"Bukan, itu lho nggak mau jalan airnya. Ternyata ada sampah yang nyumbat," ucap Ayah lagi.

"Owalah. Oh, ya, Aini ada zoom nih, Mbak. Aini tinggal dulu ya," ucap Aini berpamitan lalu masuk ke kamarnya.

"Ayah kadang sunyi di rumah ini, adikmu kuliah jarang ada waktu kumpul bersama. Ya, Ayah paham dia sibuk juga untuk mencapai cita-citanya. Lalu, kamu ...."

"Sssst! Intinya yang terpenting sekarang Alya udah nggak kemana-mana, Alya di sini sama Ayah. Kita bisa sama-sama lagi," ucapku memotong ucapan Ayah. Aku sudah tak ingin mengingat masa-masa kelam yang pernah kulewati. Cukup semua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status