ANDRAHari ini aku resmi memiliki dua istri. Pernikahan kedua nekat kulakukan meski tahu apa konsekuensi ke depan.Bagi Armila ini pasti berat, tapi seiring waktu ia akan terbiasa. Aku akan berusaha maksimal menjadikan kehidupan dua rumah tangga ini berjalan harmoni. Harapannya takkan ada yang tersakiti di kemudian hari.Armila kuizinkan pulang ke rumah orang tuanya saat hari pernikahan ini. Nanti kujemput jika seminggu sudah kuhabiskan waktu bersama Resti."Mas."Sapaan lembut Resti mereka membuyarkan lamunanku. Seketika kesadaran hadir bahwa aku tengah ada di antara banyak manusia.*Malam pertama kulewati bersama Resti. Begitu indah dan meledak-ledakan rasa. Hampir-hampir bayang kesedihan Armila hilang dari cerukan kepala.Aku seperti kembali ke masa tiga tahun lalu. Ketika hari pertama mencicipi madu malam pengantin bersama Armila. Kini, lautan nikmat itu kureguk kembali bersama Resti."Mas," bisik Resti ketika fajar telah menyingsing.Kemanjaan ini sangat kusukai. Kerling nakal d
ARMILAAkhirnya aku menyerah dengan keputusan mas Andra menikah lagi. Hal itu bukan karena ikhlas, tapi sudah tak tahan dengan omongannya yang tiap saat tak berhenti. Ia bilang tak ingin terjebak zina dengan mantan pacarnya sewaktu di kampus, ingin menjaga diri dari godaan setan. Entah, apakah itu benar atau tidak? Rupanya mas Andra diam-diam bermain api dengan Resti, mantan pacarnya di kampus dulu. Mereka sudah menjalin hubungan asmara sekitar enam bulan. Dan, aku tak pernah curiga sama sekali pada kisah-kasih terlarang itu. Terlalu percaya atau bodoh, sih aku?"Aku akan berlaku Adil, Mah. Aku janji!" Itulah ucapan mas Andra yang terus ia gaungkan di rentang waktu menuju pernikahannya. Dibumbui ribuan janji tentu Aku tak bersedia memberi tanggapan. Jangankan untuk percaya akan ada keadilan, ikhlas saja belum hadir pada diri ini. Aku diam itu tersebab kelemahan, bukan kerelaan.Kalau bukan karena anak masih bayi dan menjaga perasaan orang tua, aku sudah ingin mundur sebenarnya. Lebi
RESTIAkhirnya aku bisa memiliki mas Andra. Perjuangan panjang meraih hatinya tak sia-sia. Meski jadi yang kedua tak masalah. Toh, ini sementara. Aku yakin tak lama lagi akan jadi satu-satunya.Dari dulu, aku selalu ingin jadi nomor satu. Baik di rumah, di sekolah juga kantor. Maka dari itu dalam urusan cinta, Resti tak boleh ada di bawah Armila.Lihat saja, aku akan mendepak Armila dari jabatannya sebagai ratu di istana mas Andra. Pastinya tak lama lagi. Hanya perlu bersabar menunggu sedikit waktu. Harapanku akan segera terwujud nyata. Laki-laki mana yang bisa dipercaya. Ketika terpanah hatinya pada seorang wanita, rayuannya sampai berbuih-buih. Sesudah bosan, wanita itu dilupakan.Aku pun melihat itu pada mas Andra. Selama seminggu menikmati madu pengantin baru, ia seperti lupa daratan, lautan dan udara. Nama Armila yang dulu dipuja seakan terhapus oleh pesona yang kutawarkan.Kurang cantik bagaimana Armila? Bintang kampus, inceran banyak lelaki. Tapi, hari ini terbukti 'kan cantik
ANDRA"Mah, Affan nangis terus, mungkin ingin mimi!"Aku menghampiri Armila yang sedang sibuk di dapur untuk memberikan bayi kami. Aku menyerah dengan tangisan Affan yang tak henti meski sudah berupaya diredakan.Armila mengambil Affan setelah lebih dulu mematikan kompor. Tanpa bicara sepatah kata pun perempuan itu berlalu dari hadapanku.Kuhela napas ini dalam-dalam untuk meredakan kesesakan yang kembali menjelma. Seminggu sudah ibu anakku itu menganggap suaminya tak ada. Ia seperti patung yang tak punya kemampuan bicara.Esok, aku harus kembali menemui Resti. Rasanya berat untuk meninggalkan rumah di saat urusan belum kelar. Kalau begitu, aku harus menyelesaikannya hari ini.Armila harus ditundukkan hatinya. Aku bisa tak tenang kalau dia tetap dalam kemarahan. Aku khawatir wanita itu depresi bahkan menyakiti diri sendiri.Aku pergi sebentar untuk beli banyak makanan dan barang barang kesukaan Armila. Meski tak ada momen ulang tahun atau perayaan apapun aku tetap akan membuat acara r
ARMILAAku memandangi cermin yang tengah menampilkan satu sosok wanita cantik, muda dan tubuhnya masih padat berisi Sayangnya fisik yang sempurna tidak mampu menjadikan sang suami tetap setia.Seluruh syarat jadi istri yang baik telah kupenuhi. Pekerjaan rumah tangga, pengasuhan anak dan pelayanan kebutuhan biologis kulakukan sempurna. Tentang pergaulan pun aku selalu berusaha menyenangkannya.Bersikap romantis, lembut dan manja senantiasa mengiringi rumah tangga kami. Hadiah kejutan kadang kuberikan untuk menciptakan dinamika kehidupan kami.Aku merasa itu sempurna, nyatanya tidak. Semuanya tak pernah mampu menundukkan pandangan mas Andra pada pesona kerlingan wanita lain. Ia tergoda, terpedaya oleh bunga yang bersedia menggoyangkan putiknya.Meski aku tengah berupaya membekukan hati, tetap saja nyeri jika mengingat sketsa hidup kali ini. Betapa kebahagian yang sedang ada di puncaknya, seakan dileburkan dengan satu hantaman.Aku pernah berharap akan menua bersama. Menyelaraskan langk
RESTI"Mas, bangun, Mas!"Aku mengguncang-guncangkan tubuh mas Andra yang baru saja tidur memunggungi. Aku tak mau terus dicuekin begini. Pokoknya malam ini harus terjadi itu. Bingung banget, salahku di mana coba? Tiap hari aku dandan habis-habisan buat nyenengin dia. Bergaya manja dan centil supaya suami tetap bergairah. Intinya mau mengikatnya sangat kuat."Aku cape, Res. Nanti saja mainnya!"Mendengar itu emosiku naik lagi. Enak bener ngomong gitu. Aku sudah seminggu sabar nunggu, pas ada di rumah malah diabaikan."Mas ini kenapa, sih? Kok jadi cuek gini? Aku udah sabar, loh nungguin kamu seminggu!"Mas Andra bergeming. Ia tetap saja pada posisinya, yaitu membelakangi. Aku makin sebal sebab ocehan ini tak direspon.Kupaksa tubuh mas Andra berbalik. Berat banget emang, tapi harus bisa. Lumayanlah dia jadi mau membalikkan badan. "Oh, apa karena mas udah kenyang di rumah Armila, terus lupain aku gitu?" serangku sesaat setelah mata kami saling tatap."Aku 'kan kerja, Res, bukan ke ru
ANDRASekarang bukan hanya Armila yang membuatku pusing tujuh keliling, Resti pun mulai berulah. Dia tak pernah membiarkanku duduk di beranda untuk sekedar menenangkan diri. Pasti curiga dan marah-marah. Wanita itu sangat manja dan egois. Dia selalu menuntut suaminya untuk perhatian detik demi detik saat di rumah. Tak peduli suaminya capek pulang kerja seharian. Hobinya mengganggu dan meminta perhatian. Sebisa mungkin kupenuhi nafkah lahir batin Resti. Tapi Resti tidak pernah puas. Kadang aku sudah terkapar pun tetap saja wanita itu meminta. Apa memang tergolong maniak? Gairahku memang tak meledak-ledak lagi mungkin itu pengaruh dari tekanan batin. Tapi, tetap bisa, kok melayani keinginannya. Baik siang maupun malam. Anehnya Resti selalu bilang, aku tak pernah menyentuhnya. Lalu, yang kami lakukan dianggap apa.Pun dengan uang belanja. Selalu bilang sedikit dan kurang. Malah lancang menyelidiki berapa yang kuberi pada Armila. Jelaslah berbeda sebab Armila sudah punya bayi, dia masi
ANDRABadanku malam ini panas tinggi. Untuk pertolongan pertama, Armila mengompres dahiku, juga memberikan tablet paracetamol. Aku biasa menggunakan obat ini bila demam menyerang. Kalau tak sembuh dalam tiga hari barulah pergi ke dokter.Semalaman aku merasa tubuh ini menggigil. Tidur tak lelap Sebentar-sebentar bangun dengan kondisi terkaget-kaget. Untunglah Armila terjaga hingga ia sigap memberi bantuan jika suaminya memerlukan sesuatu."Tidurlah, nanti kamu sakit. Aku sudah mendingan!"Setelah yakin aku membaik, Armila merebahkan diri di sampingku. Dalam hitungan menit, napasnya sudah teratur. Ia pasti sangat lelah begadang mengurusiku. Belum lagi kalau bayi kami bangun, haruslah disusui dan ditidurkan lagi.Paginya badanku membaik, tak lagi panas, tapi masih lemas. Mau tak mau harus istirahat jadi tak bisa pergi kerja.Meski Armila tak bicara, ia melayaniku dengan baik. Pagi-pagi sudah disiapkan sarapan dan vitamin herbal yang selalu distok. Juga menyiapkan pakaian ganti."Aku mau