ARMILAAku setuju sebab kelakuan sejoli jahat itu sudah keterlaluan. Mereka memang niat balas dendam dengan cara menimpakan keburukan pada kami.Seminggu setelah mas Andra pulang, barulah Reiga mengajak kami diskusi. Katanya dia sudah punya ide untuk menjebak mereka.Reiga juga minta bantuan sepupunya yang memang bekerja sebagai polisi. Ternyata Rafael dan Resti memang sedang dalam incaran. Mereka terindikasi kuat sebagaipemakai sekaligus pengedar narkoba.Baguslah, kalau nanti dipenjara akan lebih lama lagi sebab deliknya bukan hanya penganiayaan pada manusia. Tapi ada juga delik pengedaran narkoba. Pasti hukumannya berlipat-lipat.Aksi akan dimulai. Yang jadi pancingan adalah aku. Awalnya mas Andra tak setuju, tapi Reiga akan menjamin keselamatan. Masalahnya kondisi mas Andra belum mungkin bepergian. Karena tangan dan kakinya masih belum pulih utuh.Hari ini aku mengendarai mobil sendiri. Tapi di radius tertentu sudah ada yang mengawal. Reiga bahkan membayar preman untuk jadi bodyg
ANDRASungguh aku berat melepas Armila sebagai umpan. Tapi, hanya dia yang saat ini bisa menjadi pemancing Resti dan Rafael keluar dari sarang. Kalau tak dihentikan segerq, dua penjahat itu akan terus berkeliaran. Meneror kami kapan dan di mana pun. Orang yang sudah biasa berbuat jahat, sulit diluruskan. Hanya hukuman badan yang bisa menghentikannyq. Kali ini mereka akan lama masuk penjaranya.Dengan sangat terpaksa kuizinkan Armila jadi umpan. Karena tahu keraguanku, Reiga terus meyakinkan bahwa Armila akan baik-baik saja. Ia pun terus bilang bahwa kami harus berani agar masalah selesai. Wanita itu memang pemberani. Tak takut meski nyawa taruhannya. "Resti dan Rafael sudah tak waras. Kalau tak dihentikan mereka bisa membunuh kita semua!" jelas Reiga. Ia pantang menyerah melemoar argumen agar izinku keluar. "Oke, penjagaan pada Armila harus berlapis. Aku tak mau ambik resiko." tekanku pada Reiga. Aku tak mau spekulasi pada keselamatan nyawanya. Bisa merasa bersalah seumur hidup kala
ANDRASebelum Resti menyabetkan pisau, satu tembakan menembus tangannya. Ia histeris hingga seperti orang kesurupan. Pastilah tembusan peluru itu sangat menyakitkan. Aku dan Armila mundur. Dan, polisi pun melaksanakan tugasnya. Jeritan Resti hilang sama sekali setelah kami berhasil keluar dari gudang ini. Mungkin pingsan akibat sakit dahsyat. "Kalian tak apa?" tanya Reiga. Ia bicara berlomba dengan napas tersengal-sengal. "Tidak, kami selamat. Ide dokter Reiga memang top!" pujiku.Kami saling menepukkan tangan, lalu tertawa bersama. Sepertinya kemenangan ini harus dirayakan. Juga disyukuri sebab ini semata-mata berkat pertolongan Allah. *Di tempat persembuyian Rafael dan Resti, ditemukan narkoba. Dari penelusuran polisi mereka diketahui bukan hanya pemakai, tapi pengedar.Lepas dari penjara keduanya tak punya apa-apa. Mereka melakukan apapun demi bertahan hidup hingga bertemu gembong narkoba. Darisanalah berlanjut kejahatannya. Hukuman Rafael dan Resti kali ini takkan sebentar.
ANDRA. Sangat beruntung lelaki yang memiliki Istri baik. Mereka siap membersamai dalam suka dan duka. Tak menuntut di luar kemampuan suami. Akan selalu berusaha menciptakan kenyamanan di rumahnya. Siap mengingatkan saat lelaki tersesat.Pantaslah menikah disebut sebagai ibadah sepanjang masa. Banyak pengorbanan yang dibutuhkan demi kelanggengannya. Kadang air mata terkuras di dalamnya. Menikah adalah menitipkan hidup pada pasangan. Sekaligus dititipkan kehidupan lain. Harus saling menjaga hingga raga bercerai dari nyawa.Setelah bertukar pendapat, kami sepakat untuk liburan ke Yogyakarta dan beberapa kota lain sekitarnya. Dirasa seminggu cukup menghabiskan waktu di sana. Untuk perjalanan jauh pun tak khawatir sebab anak-anak sudah bisa diajak jauh.Ketika diinfokan akan liburan, mama dan papa antusias untuk ikut. Mereka mengatakan pasti ikut. Baguslah, makin rame, makin seru.Kasihan juga kalau tak diajak. Para orang tua juga butuh hiburan di tengah kesuntukan. Mereka pasti akan se
ANDRAHari ini aku resmi memiliki dua istri. Pernikahan kedua nekat kulakukan meski tahu apa konsekuensi ke depan.Bagi Armila ini pasti berat, tapi seiring waktu ia akan terbiasa. Aku akan berusaha maksimal menjadikan kehidupan dua rumah tangga ini berjalan harmoni. Harapannya takkan ada yang tersakiti di kemudian hari.Armila kuizinkan pulang ke rumah orang tuanya saat hari pernikahan ini. Nanti kujemput jika seminggu sudah kuhabiskan waktu bersama Resti."Mas."Sapaan lembut Resti mereka membuyarkan lamunanku. Seketika kesadaran hadir bahwa aku tengah ada di antara banyak manusia.*Malam pertama kulewati bersama Resti. Begitu indah dan meledak-ledakan rasa. Hampir-hampir bayang kesedihan Armila hilang dari cerukan kepala.Aku seperti kembali ke masa tiga tahun lalu. Ketika hari pertama mencicipi madu malam pengantin bersama Armila. Kini, lautan nikmat itu kureguk kembali bersama Resti."Mas," bisik Resti ketika fajar telah menyingsing.Kemanjaan ini sangat kusukai. Kerling nakal d
ARMILAAkhirnya aku menyerah dengan keputusan mas Andra menikah lagi. Hal itu bukan karena ikhlas, tapi sudah tak tahan dengan omongannya yang tiap saat tak berhenti. Ia bilang tak ingin terjebak zina dengan mantan pacarnya sewaktu di kampus, ingin menjaga diri dari godaan setan. Entah, apakah itu benar atau tidak? Rupanya mas Andra diam-diam bermain api dengan Resti, mantan pacarnya di kampus dulu. Mereka sudah menjalin hubungan asmara sekitar enam bulan. Dan, aku tak pernah curiga sama sekali pada kisah-kasih terlarang itu. Terlalu percaya atau bodoh, sih aku?"Aku akan berlaku Adil, Mah. Aku janji!" Itulah ucapan mas Andra yang terus ia gaungkan di rentang waktu menuju pernikahannya. Dibumbui ribuan janji tentu Aku tak bersedia memberi tanggapan. Jangankan untuk percaya akan ada keadilan, ikhlas saja belum hadir pada diri ini. Aku diam itu tersebab kelemahan, bukan kerelaan.Kalau bukan karena anak masih bayi dan menjaga perasaan orang tua, aku sudah ingin mundur sebenarnya. Lebi
RESTIAkhirnya aku bisa memiliki mas Andra. Perjuangan panjang meraih hatinya tak sia-sia. Meski jadi yang kedua tak masalah. Toh, ini sementara. Aku yakin tak lama lagi akan jadi satu-satunya.Dari dulu, aku selalu ingin jadi nomor satu. Baik di rumah, di sekolah juga kantor. Maka dari itu dalam urusan cinta, Resti tak boleh ada di bawah Armila.Lihat saja, aku akan mendepak Armila dari jabatannya sebagai ratu di istana mas Andra. Pastinya tak lama lagi. Hanya perlu bersabar menunggu sedikit waktu. Harapanku akan segera terwujud nyata. Laki-laki mana yang bisa dipercaya. Ketika terpanah hatinya pada seorang wanita, rayuannya sampai berbuih-buih. Sesudah bosan, wanita itu dilupakan.Aku pun melihat itu pada mas Andra. Selama seminggu menikmati madu pengantin baru, ia seperti lupa daratan, lautan dan udara. Nama Armila yang dulu dipuja seakan terhapus oleh pesona yang kutawarkan.Kurang cantik bagaimana Armila? Bintang kampus, inceran banyak lelaki. Tapi, hari ini terbukti 'kan cantik
ANDRA"Mah, Affan nangis terus, mungkin ingin mimi!"Aku menghampiri Armila yang sedang sibuk di dapur untuk memberikan bayi kami. Aku menyerah dengan tangisan Affan yang tak henti meski sudah berupaya diredakan.Armila mengambil Affan setelah lebih dulu mematikan kompor. Tanpa bicara sepatah kata pun perempuan itu berlalu dari hadapanku.Kuhela napas ini dalam-dalam untuk meredakan kesesakan yang kembali menjelma. Seminggu sudah ibu anakku itu menganggap suaminya tak ada. Ia seperti patung yang tak punya kemampuan bicara.Esok, aku harus kembali menemui Resti. Rasanya berat untuk meninggalkan rumah di saat urusan belum kelar. Kalau begitu, aku harus menyelesaikannya hari ini.Armila harus ditundukkan hatinya. Aku bisa tak tenang kalau dia tetap dalam kemarahan. Aku khawatir wanita itu depresi bahkan menyakiti diri sendiri.Aku pergi sebentar untuk beli banyak makanan dan barang barang kesukaan Armila. Meski tak ada momen ulang tahun atau perayaan apapun aku tetap akan membuat acara r