Share

Kematian Gina

last update Last Updated: 2023-11-26 08:42:31

Aku memunguti pakaianku yang berceceran di lantai dan memakainya kembali.

"Mas, kamu mau kemana? Kan permainan kita belum selesai." Feni berusaha menghalangi dan mencengkeram tanganku.

Aku hanya diam saja. Aku langsung berjalan menuju garasi, tempat dimana aku memarkir mobilku.

Tak kusangka, Feni malah mengikutiku.

"Mas, kamu mau ke rumah sakit kan melihat istrimu yang tak berguna itu?" Feni terus memberondongku dengan berbagai pertanyaannya.

"Diam kamu! Jangan ikut campur urusanku!" Aku menepis tangan Feni yang sedari tadi berusaha memegang tanganku.

"Mas! Urusanku ya urusanku! Aku harus tahu kamu mau pergi!

Aku tak menghiraukan ocehannya. Aku langsung masuk ke dalam mobilku. Tetapi Feni malah berdiri di depan mobilku sambil merentangkan kedua tangannya dan berusaha menghalangi agar mobilku berjalan.

"Hei kamu! Jangan berdiri di depan situ dong! Gimana aku bisa lewat?" singgung aku kesal. Gimana nggak kesal. Aku penasaran dengan apa yang terjadi pada Gina eh dia malah menghalangiku.

"Biarin Mas! Kamu toh udah nggak peduli aku lagi! Kamu malah ingin mendatanginya!" 

Aku membunyikan klakson mobilku berkali-kali agar Feni minggir. Aku tak mau dia mati konyol! Kalau dia mati tentu saja akan menambah masalah!

"Minggir! Kalau kamu nggak minggir, uang jatah bulan ini nggak akan aku transfer!" gertakku.

Feni pun akhirnya minggir. Dasar jal*ang matre! Di iming-imingi duit aja baru bergerak! Dia kemudian langsung menghampiriku. 

"Inget ya, Mas! Hari ini juga kamu harus segera mentransfer jatahku!"

"Iya, iya. Berisik tahu! Dasar di otakku itu hanya ada uang, uang, dan uang!"

Aku meninggalkan Feni yang sepertinya dia mengumpatku. Tapi peduli amat! Aku juga tidak mendengarnya. Aku langsung melajukan mobilku ke rumah sakit. Perjalanan yang seharusnya di tempuh dalam waktu lima belas menit. Hanya lima menit saja aku sampai di sana. Aku benar-benar mengebut, tidak mempedulikan pengendara lain maupun rambu lalu lintas. Yang ada di otakku sekarang hanyalah Gina.

Aku menanyakan dimana ruangan Gina di rawat tapi pihak resepsionis mengatakan bahwa Gina masih berada di ruangan IGD. Tak berapa lama aku sampai di ruang IGD. Kulihat Ibu dan Tika menangis berpelukan.

"I, ibu. Tika. Ada apa ini? Kenapa kalian berdua menangis?" Ada apa yang terjadi sebenarnya. 

Ibu mertua menatapku dengan penuh kebencian. Sama dengan putriku, Tika, seakan dari sorot kedua matanya yang menatapku tajam, seakan-akan tidak ada kata maaf untukku. Apa dia lupa bahwa aku adalah ayah kandungnya?

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Ibu sambil menatapku dengan sinis.

"Bagaimana keadaan Gina, Bu?" tanyaku balik dengan nada cemas.

"Oh bagus ya kelakuan kamu, Rik? Gina sudah tidak ada baru kamu menanyakan keadaannya!"jawab Ibu sambil menunjuk mukaku.

"Maksud Ibu? Gina sudah tidak ada bagaimana?"

"Mama udah meninggal!" teriak putriku dengan histeris. "Puas Papa!"

"Kamu jangan mengada-ngada, Tik!" bentakku pada Tika.

"Apa aku terlihat bohong Pa! Silakan saja Papa lihat ke dalam ruangan kalau Papa tidak percaya!" Tika balik membentakku. 

Aku bergegas masuk ke dalam ruangan. Terlihat dua orang perawat sedang menutup kain selimut kepada salah satu pasien.

Aku menghampiri salah satu perawat tersebut.

"Pe, permisi sus. Apa benar ini pasien yang bernama Gina?"

"Maaf, anda siapanya Ibu Gina, Pak?" tanya salah satu perawat tersebut dengan sopan.

"Saya suaminya, Sus."

"Baik. Maaf Pak dengan berat hati, kami harus mengatakan bahwa istri anda sudah meninggal karena penyakit jantung."

"Terus bagaimana dengan bayi saya, Sus?"

"Bayi anda sudah tidak bisa kami selamatkan karena sudah meninggal di dalam perut ibunya. Jadi kami memutuskan untuk tidak mengeluarkan janinnya." 

"Apa? Innalillahi wa innalillahi rojiun."

Aku meminta para perawat untuk membuka kain penutup yang menutupi wajah istriku. Aku terkejut. Padahal istriku sudah meninggal. Dia tersenyum walau wajahnya sudah memucat. Ya Tuhan. Cantik sekali Gina. Tak kusangka. Baru kali ini aku menyadarinya.

Seketika duniaku runtuh mengetahui bahwa anak dan istriku meninggal. Apalagi anak yang dikandung istriku berjenis kelamin laki-laki. Padahal aku sudah sangat ingin memiliki anak laki-laki. Tetapi harapan itu sudah sirna, karena aku malah menyia-nyiakan Gina. Dan malah lebih memilih selingkuh dengan Feni.

Aku meremas rambutku. Oh Tuhan mengapa secepat ini Kau ambil istriku. Ini tentu sangat tidak adil bagiku.

* * * 

Pihak keluarga Gina mengurus pemakaman almarhumah Gina dengan baik. Mereka tidak mengizinkan untuk turut serta dalam mengurus jenazah Gina. 

"Mau apa kamu ke sini?" gertak Bapak mertuaku ketika aku ingin membantu memandikan jenazah istriku.

"Ri, Riko ingin membantu mengurus jenazah Gina Pak. Anggap saja ini kewajiban Riko yang terakhir kepada Gina," kataku pelan.

"Apa? Orang seperti kamu masih pantas di sebut suami! Suami macam apa kamu! Yang tega berselingkuh di saat istri sedang hamil! Pergi kamu menjauh dari sini! Aku tidak rela almarhumah putrik

ku di sentuh oleh pengkhianat macam kamu!" jawab Bapak dengan berang.

"Ta, tapi Pak."

"Tidak ada tapi-tapian. Masih banyak di sini saudara dan kerabat kami yang sanggup untuk mengurus jenazah Gina."

Aku pun berlalu dari hadapan Bapak mertua. Percuma saja berdebat dengan beliau. Beliau wataknya keras. Kalau sudah bilang A ya tetap A. 

Aku melihat Tika menangis sambil memeluk Ibu mertuaku. Air matanya banjir membasahi kerudung dan gamis yang di pakai Ibu. Sesekali Tika menatapku dengan penuh kebencian seolah akulah yang menyebabkan Mamanya meninggal dunia.

Sementara Mama dan Papaku sudah datang dari tadi. Beliau membawa berbagai macam bahan sembako seperti gula, teh, kopi, dan masih banyak lagi. Katanya untuk membantu untuk acara selamatan tahlilan. Beliau sudah mengucapkan turut berbeda sungkawa atas kepergian menantunya kepada besan. Tetapi Ibu dan Bapak hanya menanggapinya dengan acuh tak acuh. 

Aku hanya bisa melihat jenazah Gina dari kejauhan berbaur dengan para tamu yang hadir sambil membacakan dia untuk almarhumah. Sampai tiba di pemakaman pun, keluarga Gina tak mengizinkanku untuk dekat-dekat.

Mereka seolah tak menganggapku ada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH   Sepak terjang

    Riko terkekeh mendengar kata-kata Feni. Ia merasa yakin kalau istrinya tidak bakal tau tentang perselingkuhannya dengan Feni. Apalagi Gina juga tipe istri yang polos. Tidak seperti istri lain yang garang. Gina tipe istri rumahan, sederhana, dan tidak terlalu banyak protes. "Ah, enggak usah kamu pikirin. Dijamin aman. Istri Mas enggak akan tau sepak terjang kita. Asalkan kita main cantik dan rapih," jawab Riko dengan santai. "Beneran lho, Mas? Aku enggak mau kalau sampai dilabrak. Oke, aku janji enggak akan lagi berhubungan dengan lelaki lain. Asal Mas pun juga bisa setia sama aku," sahut Feni cepat. "Siap. Bisa diatur." Mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di sebuah hotel bintang empat. Riko sudah memesan meja untuk dua orang. Candle light dinner acara spesial yang akan ia nikmati bersama Feni. Riko pun memarkirkan mobilnya. Mereka berdua terlihat berjalan melewati lobi hotel dan menuju restoran. Riko juga sudah memesan sebuah kamar untuk mereka berdua 'beristirahat.'Restoran

  • ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH   Rayuan maut 2

    Riko yang saat itu begitu muak dengan Gina. Ia berusaha menyimpan apa saja yang ia tidak suka dengan perubahan tubuh istrinya yang sedang mengandung anak mereka. Dengan dalih demikian, Riko mencari penyegaran di luar. "Mas, mau kemana malam-malam begini?" tanya Gina yang melihat suaminya bergegas mengambil jaket kulitnya. Riko sudah berpenampilan necis dengan kaos berwarna hitam dan celana jeans warna biru dongker. Riko kemudian berjalan mematut dirinya di depan cermin meja rias. Ia memastikan kalau rambutnya sudah tertata dengan rapi. Kemudian ia mengambil sebotol parfum aroma maskulin. Wangi segar parfum khas pria menguar ke seisi kamar mereka. Gina agak sedikit mual mencium aroma parfum tersebut. Memasuki usia kehamilan keempat memang rasa mual dan muntah yang ia rasakan mulai berkurang. "Mau ada meeting sama rekan bisnis di kafe. Kamu jangan terlalu kepo begitu, ah," jawab Riko seadanya. Ia sebenarnya sebal ditanya-tanya terus oleh wanita yang sudah menemaninya hidup selama bel

  • ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH   Rayuan maut

    Begitulah awal mula petaka yang terjadi. Hingga beberapa rentetan peristiwa yang masih segar dalam ingatan Riko sampai saat ini. Andai saja ia tidak tergoda dengan Feni, mungkin dia tidak akan berada di tempat ini. Mungkin juga mendiang Gina sampai saat ini masih hidup. Andai saja semua itu terjadi, mungkin Riko, Tika, dan mendiang Gina akan menjadi keluarga bahagia. Calon ak lelaki yang sebenarnya sangat Riko harapkan pun akan lahir ke dunia ini. Walau terpaut jarak usia enam belas tahun, Tika dengan senang hati menerima kehadiran adik lelakinya itu. * *Tertegun Tika kini berada di depan pusara wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya itu. Di dalam sana terbaring Gina dan calon buah hatinya yang belum sempat ia lahirnya ke dunia ini. Tika mencium batu nisan Mamanya. Air matanya yang tak bisa ia bendung lagi itu tumpah. Sebuah buket bunga mawar berwarna merah kesukaan Gina, Tika letakkan dia atas tanah makam Mamanya. Ia begitu menyesali kejadian itu. Andai saja waktu itu ti

  • ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH   Awal mula kisah Riko dan Feni

    Riko kini hidup dalam penyesalan, ia berada di panti jompo pasca pemulihan luka operasi di perutnya. Akibat ditvsvk olehFeni. Hari-hari yang dilalui Riko terasa sepi. Padahal banyak teman seusianya di sini. Tetapi ia lebih memilih menyendiri meratapi nasibnya. "Gina, Gina..." kata Riko mengigau dalam tidurnya pada suatu malam. Tak dapat dipungkiri. Laki-laki yang sebenarnya terbilang masih belum bisa dikatakan lansia itu masih merindukan istrinya yang sudah meninggal. Rasa bersalah menghantui pikirannya di setiap waktu. Andaikan waktu bisa diputar kembali. Mungkin dia tidak akan menjadi pesakitan seperti ini. Hal yang paling disesali Riko adalah berselingkuh dengan Feni. Seorang gadis remaja yang seumuran dengan Tika--putrinya. Pesona gadis itu memang memabukkan Riko. Semua memang berawal dari coba-coba. Hingga akhirnya dicoba terus dan ketagihan. --Flashback OnWaktu itu Riko menjemput putrinya ke sekolah karena sepeda motor yang digunakan Tika masuk bengkel dan harus diservis s

  • ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH   Penyesalan tiada berujung

    PoV Author Riko di temukan oleh Tika dan petugas bank yang akan menyita rumah KPR Feni. Sedangkan Feni dan Erik--ayahnya Riko-- melarikan diri ke sebuah hotel untuk bersembunyi sebelum akhirnya di tangkap oleh pihak kepolisian. Keadaan rumah ini tentu saja berantakan.Riko langsung di lakukan ke UGD karena kondisi perutnya yang sobek karena luka tusuk yang lumayan dalam. Darah pun mengalir, untungnya petugas medis dengan cepat mengambil tindakan untuk menolong Riko."Pa, bertahan ya, Pa. Tika ada di samping Papa," kata Tika dengan air mata yang mengalir menenangkan sang Papa. Padahal ia membenci tindakan Papanya yang menikah lagi dengan sang pelakor. Namun sebagai seorang anak satu-satunya, ia tetap tidak tega dengan kondisi Papanya yang sedang menahan kesakitan seperti ini.Riko yang sayup-sayup mendengar suara Tika yang menyemangati dirinya, dia sudah pasrah dengan keadaan. Walaupun tak sadarkan diri, dia dapat dengan jelas mendengar suara putrinya itu.Dokter dan para perawat yang

  • ISTRIKU MENINGGAL SAAT MEMERGOKIKU SELINGKUH   PoV Feni 1

    Aku sudah muak sekali dengan Mas Riko! Sudahnya nggak punya uang dan miskin tapi belagunya minta ampun! Aku kesal sekali ketika dia memergokiku berjalan dengan temanku. Huh itu baru temanku aja loh. Teman tapi mesra. Hihihi. Sebenarnya Mas Riko nggak tahu kalau aku sudah jadi simpanan om-om yang lain. Yaa, aku tahu kalau aku sudah menikah. Tapi nggak ada salahnya kan mencari om-om yang lebih kaya sebagai cadangan. Aku mengambil pisau lipat di saku celana jeansku dan tanpa sengaja aku sudah menusuk Mas Riko sebanyak dua tusukan. Astaga aku khilaf, bagaimana ini? Sebenarnya tadi aku nggak berniat untuk menusuk Mas Riko. Tapi dia ngomel terus. Bikin panas telingaku saja. Bergegas aku menelepon om kesayanganku. Om Erik, kalian tahu siapa Om Erik itu kan? Hehehe.Sementara menunggu kedatangan Om Erik. Aku segera mengemasi baju-baju dan juga barang-barangku. Aku takut nanti polisi datang dan mencidukku.Tak lama kemudian Om Erik yang sudah berumur tujuh puluhan itu datang dan membantu aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status