Share

Bab 4

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-19 23:19:08

ISTRIKU SERING MENANGIS

Bab 4

Ting ... tong .... Suara bel berbunyi, ada tamu datang, Mayang pun segera membukakan pintunya. Rupanya ibu mertuaku yang datang, mamanya Mayang. 

"Assalamualaikum," ucapnya ketika sudah diperkenankan masuk. 

"Waalaikumsalam," sahutku dan Mayang. Ratna Antika namanya, mamanya Mayang ini terbilang glamor penampilannya. Sering tetanggaku bilang bahwa Mayang dan mamanya seperti kakak dan adik. Wajah yang sangat glowing, penuh perawatan, pastinya akan membuatnya bertanya-tanya akan penampilan anaknya setelah melahirkan Arya.

"Cucuku di mana, Mayang?" tanya mama mertua. 

"Ada di dalam, tadi kecapean nangis, sekarang mungkin tidur," jawabku. Mayang pasti tidak mengetahui bahwa anaknya tadi nangis.

"Oh gitu, padahal mama kangen dengan Arya. Oh ya, Ardan, terima kasih uangnya sudah Mama terima, padahal Mama nggak berharap dikasih oleh kalian, yang penting kalian bahagia, Mama pun ikut bahagia," ungkapnya membuatku tercengang,

Aku mengernyitkan dahi, heran dengan ucapan mama mertua, ucapan terima kasih untuk apa? Aku tidak memberikannya apa pun! Tiba-tiba saja otakku berpikir, apa mungkin ini semua  jawaban dari teka-teki ini?

"Emm, sama-sama, Mah," jawabku. Terlihat wajah Mayang keheranan mendengar jawabanku.

Aku coba untuk mengindahkan ucapannya, jangan sampai mama mertua curiga dengan masalah kami berdua ini. Nanti setelah ia pulang, barulah kutanyakan pada Mayang baik-baik.

"Ya sudah, Mama mau ke kamar cucu Mama dulu, setelah ini pulang, mau mampir ke salon," sahutnya.

"Aku antar ya, Mah," celetuk Mayang. Mereka ke kamar Arya berduaan, dan aku di sini masih merenung dengan ucapannya tadi.

Kalau memang Mayang ingin memberikan uang pada mamanya, aku akan berikan, asalkan ia tidak ngojek lagi. Perih rasanya melihat wanita yang kucintai mencari rezeki di jalanan. Terlebih, imbasnya adalah ke tubuh anakku, Arya. Mbok Ani bilang ketika Mayang menyusui, ia tampak mengeluarkan air mata. Itu pasti karena letih dan tangisannya pecah karena melihat sosok anak yang ia cintai.

Setelah mereka keluar dari kamar, mama mertuaku pun pamit pulang. Seperti yang ia ucapkan tadi, sepulang dari sini ia hendak ke salon.

"Mama pulang dulu, ya," ucapnya.

"Bawa mobil, kan Mah?" tanyaku sambil melihat ke luar. Biasanya mama mertua memang bawa mobil sendiri ke manapun. Ia termasuk wanita mandiri, ke mana-mana sendiri.

"Iya, Mama bawa mobil. Oh ya, Ardan sesekali ajak Mayang ke salon, kusam banget itu mukanya, Mama aja yang udah tua masih perawatan, uang dari Papanya Mayang, Mama gunakan untuk mempercantik diri," terangnya.

Memang betul, penampilan mama jauh berbeda dengan Mayang, tapi ia juga kurang mengurus penampilannya setelah melahirkan Arya saja, makanya aku pikir ini hal wajar.

"Nanti aku ajak Mayang, Mah. Atau ke salon bareng Mama saja, aku izinkan kok," sahutku.

"Nggak mau, aku sibuk," cetus Mayang.

"Ya sudah, Mama pamit dulu, keburu sore," jawabnya. Kemudian, kami mengecup tangannya dan mama mertuaku pun pergi.

Aku menutup dua daun pintu yang terbuka lebar, kemudian masuk ke dalam kamar bersama Mayang. Sepertinya ia tahu ada yang ingin aku bicarakan setelah ini.

"Mayang, aku ingin menanyakan tentang Mama, tapi kamu jangan marah dan tersinggung," ucapku dengan jantung yang berdetak kencang. Khawatir salah bicara padanya. Sebab, aku benar-benar berada di pihak yang serba salah.

"Aku sudah duga itu, pasti kamu akan menanyakan hal ini padaku," sahutnya mengerti dengan apa yang aku ingin tanyakan. Namun, pertanyaan belum aku lontarkan, dada sudah berkejaran detakkannya. 

Aku coba tarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Perasaan takut Mayang tersinggung terus menerus muncul, karena masalah uang itu rentan membuat pecah belah silaturahmi. Apalagi ini masalah keuangan yang diam-diam aku tidak ketahui arah jalannya.

"Aku mau tanya, apa kamu ngojek untuk memberikan Mama uang?" tanyaku penasaran.

Mayang mengecap bibirnya, ia tampak tidak menyukai pertanyaanku.

"Mayang, tolong jawab, jika memang iya, aku izinkan kamu untuk memberikan uang kepada Mama dari uang yang kuberikan," sambungku lagi.

"Sebelumnya aku minta maaf, telah berikan Mama uang memakai namamu, Mas," jawab Mayang.

"Justru karena kamu memberikan uang pada Mama atas namaku, ini membuatku tersentil, berati seharusnya aku berikan pada Mama. Bukan hanya namanya saja," jawabku.

Kemudian Mayang bergeming. Aku tidak tahu bagaimana caranya menanyakan rincian yang kulihat di buku diary Mayang. Mau langsung tanya, apakah untuk membayar utang mama atau bukan, tapi aku masih khawatir Mayang tersinggung.

"Mayang, memang kamu berikan uang pada Mama berapa? Hingga harus ngojek kepanasan?" tanyaku penasaran.

Mayang bergeming lagi. Kemudian, aku genggam tangannya erat-erat. Agar ia percaya padaku, bahwa kejujurannya takkan membuat suaminya ini luntur mencintainya.

"Mayang, aku mohon, jujurlah, Sayang. Kamu berikan uang untuk Mama berapa?" tanyaku sekali lagi meskipun dengan dada yang benar-benar kencang detakkannya. Kuberanikan diri untuk menghilangkan rasa penasaranku ini.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bangke nh manusia ibunya diksh 10 jt istrinya 1,5jt. Duit segitu mn cukup sh buat beli kebutuhan bayi blm jg duit buat emaknya. Anjing bgt sh nh org sumpah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Ekstra Part

    Pov MayangSemua yang terjadi atas izin pemilik Sang Alam, jalan yang dipilih pasti yang terbaik untuk manusia.Proses melahirkan tidaklah ada yang beda, semua ada rasa sakit, maka dari itulah Allah menyebutkan bahwa ibu yang meninggal ketika melahirkan termasuk mati syahid.Keramaian ketika menyambut kedatanganku membuat kami semua berpencar."Mbak, kamu lihat Sita, nggak?" tanya Rayyan menyorot sudut netraku."Nggak, memang nggak bareng kamu?" tanyaku balik."Nggak, Mbak. Aku cari Sita dulu, ya!" Rayyan berlalu pergi dengan melangkah setengah berlari.Rumah ini lumayan besar, jadi kalau terjadi sesuatu, pastinya takkan terjangkau dengan mata. Kecuali, ada yang melihatnya."Aku mau bantu cari Sita dulu, ya!" ucapku pada Rindu, adik kembaranku."Aku ikut, Mbak," sahutnya merangkulku.Kemudian, kami mencari Sita ke sudut taman, tapi tak ketemui juga bobot tubuhn

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 60

    Pov SitaAku tak menyangka semua sudah berakhir. Ibu mertuaku telah mengakui kesalahannya. Sekarang, semua akan baik pada Mbak Mayang. Beruntung sekali wanita itu, ia anak orang kaya dan ternyata Mas Ardan juga orang kaya raya. Tidak seperti aku yang harus menerima kenyataan memiliki suami yang kere.Aku sedang hamil anaknya, dengan usia yang rentan keguguran. Lebih baik memang aku tak usah melahirkan lagi anak dari Mas Rayyan. Percuma, hidupku akan susah terus menerus, karena didampingi oleh laki-laki kere dan mertua yang tidak mampu.Mumpung berada di rumah sakit, lebih baik aku melakukan aborsi saja di sini. Dari pada harus menanggung benih dari laki-laki yang tidak memiliki harta yang melimpah.Percuma rasanya menghasut Bu Diah bertahun-tahun jika akhirnya ia tersadar. Namun, ada sebagian harta Bu Diah yang sudah kuamankan di kampung. Ya, sebagian uang yang disuruh deposit oleh Bu Diah. Kini sudah kubelikan rumah da

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 59

    Pov Bu Anika"Kalau bisa jangan ada pihak kepolisian," sahut Mayang."Itu harus, agar Bu Diah menyesal dan kapok," sambung Aldo."Tapi aku tidak ingin Bu Diah masuk sel," sahut Mayang lagi."Nggak, aku ingin Bu Diah sadar, meskipun kamu sudah disakiti olehnya, tapi berusaha untuk membantunya," usul Aldo."Bagaimana rencananya?" tanyaku."Ini kita butuh bantuan Rayyan, dan temanku yang bertugas di kantor polisi terdekat sini," ungkap Aldo.Kemudian, Aldo meminta ponselku untuk bicara dengan Rayyan."Halo, Rayyan, nanti ketemu di depan rumah sakit, kamu seperti sandiwara kecopetan atau jambret, ya," usul Aldo."Ya, kebetulan saya masih di depan rumah sakit. Saya tahu Ibu dan istri saya telah melakukan hal yang merugikan kalian, makanya saya sebagai anak dan suami, mencoba ingin membuat mereka sadar," ungkap Rayyan."Ya, itu saja dulu, untuk selanjutnya, nanti say

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 58

    Pov Bu Diah"Kalian ini ngomong apa sih? Saya juga sadar kalau sudah tus," sahutku kesal. Wajahku sudah mulai bisa tenang."Kamu kan yang ngerjain keluarga kami? Bu Diah, kamu tak bisa mengelak itu, ngaku saja!" tekan Rindu."Ardan, bantu Ibu yang telah mengasuhmu, bantu Ibu Ardan!" pintaku, tapi ia menepis rengekanku. Tanganku ditepis ketika bergelayut di lengannya."Bu, sudahlah jangan sandiwara, Ibu kan yang meneror keluarga kami?" sentak Ardan. Rupanya mereka mengetahui apa yang kulakukan. Tahu dari mana mereka? Apa jangan-jangan Sita telah mengkhianatiku?Aku menggelengkan kepala, masih mengelak atas apa yang telah kulakukan."Bukan saya," elakku."Ngaku, Bu!" teriak Rindu."Diah, ngaku saja, bukti sudah kami pegang, sebentar lagi, pihak kepolisian akan membawamu ke kantor polisi," ujar Anika membuatku semakin ketakutan. Astaga, mereka benar-benar mengetahui perbuatanku, tapi jika

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 57

    Pov Bu Diah"Sita, Rayyan sudah berangkat?" tanyaku pada Sita, menantu satunya. Kalau Mayang sudah tak anggap aku sebagai mertua, masih ada Sita yang bisa disuruh-suruh."Bu, Ibu udah bisa bicara? Maaf loh, aku pulang ketika Ibu sulit mengontrol mata dan mulut Ibu," ucapnya. Aku sudah melupakan hal itu, karena tahu ia sedang mengandung cucuku."Sudahlah, eh Ibu dapat cek senilai 1 milyar, bisa kamu cairkan," ucapku."1 milyar? Yang bener Bu?" tanya Sita dengan nada terkejut."Iya, kamu nanti ke sini, Ibu kasih kamu 20 juta, tapi harus ikutin apa kata mau Ibu dulu," suruhku. Untukku harus ada timbal balik, kalau aku kasih uang dua puluh juta, maka ia harus mengikuti perintahku lebih dulu."Apa Bu?" tanya Sita."Kamu teror Mayang dan keluarganya, suruh orang aja, pakai cara yang bikin Mayang stress, Ibu nggak rela Mayang sembuh," jelasku."Cara apa ya?" Sita berpikir sejenak.

  • ISTRIKU SERING MENANGIS   Bab 56

    Pov Ardan"Rumah Sakit Mayang Bhakti, mungkinkah ini Bu Diah?" tanyaku heran, tapi dadaku sudah bergemuruh ingin memakinya. Sudah dikasih ati minta jantung. Sudah diberikan kesempatan berkali-kali tapi tidak ada rasa penyesalanya sama sekali."Siapa, Mas? Bu Diah kah maksudnya?" tanya Mayang. Aku menyodorkan ponsel Aldo ke pangkuan Mayang. Rasanya aku sudah malu padanya."Tuh kan, apa kita laporkan ke polisi saja?" tanya Bu Anika."Tidak, Bu. Aku tidak ingin ke jalur hukum, nanti jadi panjang," cegah Mayang. Aku pun tak mampu berkata-kata, hanya kesal dan sesal telah berkali-kali menuruti keinginannya."Mayang, maafkan Bu Diah," ucapku sambil menutup wajah ini dengan kedua tangan. Malu pada Mayang terhadap kelakuan ibu asuhku."Kita kasih peringatan sekali lagi saja, sekalian tanya maksud Bu Diah itu apa?" usul Aldo.Aku yakin, tujuan Bu Diah hanya satu. Mayang stress dan tidak jadi berangkat ke lua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status