Share

Tujuh

Penulis: Aura_Aziiz16
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 12:40:57

Bab 7

Pov Rina

"Heh, diajak ngomong sama mertua, bengong aja! Dasar nggak sopan! Ya udah sana, balik lagi ke belakang! Bereskan semuanya sampai selesai!" bentak ibu mertua memutus lamunanku.

"Iya Mbak, jangan lupa cucikan bajuku yang bersih! Pake tangan! Kalau pake mesin cuci suka nggak bersih soalnya!" imbuh Dewi pula, adik iparku, seakan-akan aku adalah pembantu yang dibayar mahal untuk melayani kebutuhannya.

"Bajuku juga jangan lupa disetrika, Mbak! Besok pagi mau aku pakai soalnya!" Vita ikut memerintah, seperti putri keraton pada hamba sahayanya.

Tapi nggak papa! Aku yakin tak begitu lama lagi kalian pasti akan menangis untuk semua yang sudah kalian lakukan ini! Aku akan pergi dari hidup kalian, sehingga kalian akan merasakan sulitnya tak punya menantu dan kakak ipar sepertiku ...

Aku pun segera pergi menuju dapur kembali untuk melakukan pekerjaan yang mereka perintahkan itu.

"Ram, beruntung banget hidup kamu kalau kamu jadi menikah dengan Yuni. Kamu bisa punya dua istri yang saling melengkapi. Rina jadi pembantu gratis ibu yang nggak perlu dibayar, sedangkan Yuni jadi mesin ATM yang akan memberikan kamu banyak uang."

"Apalagi kalau dia jadi buka cabang baru dan kamu dipercaya mengelolanya. Kamu bisa langsung jadi bos rumah makan tanpa perlu kerja keras lagi. Enak banget jadi kamu, Ram. Pinter nyari istri," puji ibu mertua pada Mas Rama yang bisa kudengar dari balik dinding dapur ini.

Mas Rama tertawa lebar mendengar pujian tersebut.

"Ibu bisa aja bikin aku tersanjung mendengarnya. Siapa dulu dong Rama? Anak Ibu ... ha ... ha ... ha ...!" Mas Rama kembali tertawa sembari membusungkan dadanya.

Aku mencibirkan bibir mendengar perkataan penuh kesombongan dari suamiku itu. Belum tau saja dia kalau aku hanya sedang menunggu waktu. Waktu datangnya karma yang aku yakin akan menimpa setelah dia menikah lagi dengan Mbak Yuni. Dia tak akan lagi menjadi laki laki yang bebas melainkan akan dituntut untuk bekerja dengan sangat keras demi mewujudkan ambisi Mbak Yuni menjadi wanita kaya raya. Aku yakin itu ...

Ibu pun ikut tertawa mendengar perkataan putranya itu.

"Ibu beruntung sekali punya anak seperti kamu, Ram. Kamu bukan hanya patuh pada orang tua dan menomorsatukan ibu dan adik-adik kamu, tapi kamu juga pandai cari istri yang bisa berguna untuk keluarga ini."

"Rina walau pun miskin dan pengangguran, tapi dia berguna menjadi ART gratis ibu. Yuni nanti juga akan berguna jadi tempat ibu makan gratis. Jadi ibu nggak perlu lagi belanja, biar bisa hemat dan uang dari kamu bisa terkumpul semua. Soalnya biaya kuliah Dewi dan Vita makin lama makin mahal. Belum lagi kalau nanti menikah, ibu mau bikin pesta yang sangat meriah. Jadi nggak salah kamu nikah lagi dengan Yuni. Ibu setuju banget, Ram," ucap ibu mertua lagi masih terdengar memuji putranya.

"Iya, Mas. Dewi juga bangga punya kakak seperti Mas Rama. Sayang banget sama aku."

"Oh ya, kalau nanti Mas udah nikah sama Mbak Yuni, boleh dong aku tinggal bareng kalian. Pengen juga nyicipin tinggal di rumah besar dan mewah seperti punya Mbak Yuni, Mas. Pasti full AC setiap kamar."

"Beruntung banget kamu, Mas. Punya calon istri seperti Mbak Yuni. Nanti aku bisa juga dong pinjam mobilnya buat jalan jalan. Iya ngga, Nda?" timpal Dewi pula sambil mengajak Vita berkomentar.

"Iya, dong. Vita juga seneng banget dengan rencana pernikahan Mas ini. Pasti enak punya kakak ipar kayak Mbak Yuni. Banyak uangnya," timpal Vita.

"Iya, iya. Kalian tenang aja. Mas menikah dengan Yuni juga demi membahagiakan kalian. Percayalah, kalau Mas sudah jadi suami Yuni nanti, mas akan pelan pelan mengambil alih hartanya untuk menyenangkan kalian. Jadi tenang aja ya. Kalian pasti akan hidup lebih enak dari sekarang kalau mas menikah dengan Yuni," jawab Mas Rama pula dengan sombongnya.

Lagi-lagi aku hanya tertawa lebar dalam hati. Benar benar tak tahu diri suamiku itu. Dia tak sadar bahwa harapannya itu belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Apalagi Mbak Yuni kulihat bukan wanita lemah dan bodoh. Dia justru pintar dan ambisius untuk cepat kaya.

Bisa bisa kamu bukannya bisa mengambil alih harta benda Mbak Yuni, tapi gajimu yang habis dia minta! Cibirku dalam hati.

Sedang asyik aku menguping pembicaraan ibu dan anak itu, tiba-tiba ponselku berdering pelan. Gegas aku membukanya dan tersenyum sangat bahagia saat melihat notifikasi yang baru saja masuk itu.

Notifikasi dari m-banking yang beberapa waktu lalu aku urus ke bank, yang memberitahukan kalau barusan di rekeningku telah masuk sejumlah uang sebagai bayaran pertama menjadi seorang konten kreator F* Pro.

Nilainya bagiku yang jarang pegang uang ini sangatlah banyak. Hampir lima juta rupiah. Tak sadar, air mata haru dan bahagia pun menetes di pipi.

Segera aku mendekati balai-balai di mana tubuh kecil Aldi tengah tertidur karena kecapekan habis menemaniku beres beres tadi dan memeluknya dengan erat.

Ya, tak lama lagi aku akan bisa membelikan kebutuhan anakku ini yang selama ini tak bisa aku penuhi dengan baik karena uang belanja yang hanya pas-pasan Mas Rama berikan itu dengan uangku ini.

Lihat saja, Mas! Tanpa kamu aku juga bisa mandiri dan menghidupi anakku dengan baik! Tekad ku dalam hati.

*

"Nina, ini uang yang aku pinjam kemarin, lima ratus ribu rupiah ya. Makasih banyak kamu udah minjamin aku uang, aku jadi bisa bertahan hidup sampai sekarang."

"Oh ya ini aku tambahin seratus ribu lagi ya. Itung itung nyicip gaji pertamaku jadi konten kreator. Diterima ya," ucapku pada Nina yang seketika tersenyum sumringah saat aku datang dan mengabarkan jika aku telah mendapatkan gaji pertama sebagai seorang konten kreator.

Nina pun memelukku penuh haru.

"Masya Allah, semangat ya, Rin, ngontennya. Nggak nyangka aku akhirnya kamu berhasil juga jadi konten kreator. Bangga aku sama kamu," sahut Nina dengan rona bahagia yang kentara di wajahnya.

Aku pun balas tersenyum dan memeluknya haru.

"Iya, Nin. Makasih support dan doa kamu selama ini, akhirnya aku bisa seperti sekarang."

"Kalau gitu aku pulang dulu ya. Mau ngedit video yang mau aku upload ke aplikasi, Nin. Nanti kapan kapan kalau ada waktu dan kamu libur, kita makan di luar ya. Biar aku yang traktir," ujarku.

Nina tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Oke, Rin. Nanti aku kabari kalau aku lagi off ya. Ya udah, hati hati di jalan," sahut Nina pula sembari berkali kali tersenyum haru.

Aku pun balas tersenyum, lalu setelah mengucapkan salam, aku pun menggendong Aldi meninggalkan halaman rumah Nina.

"Bu, ini berapa harganya?" tanyaku sambil menunjuk setelan baju dan celana anak seusia Aldi yang tergantung di gantungan baju sebuah toko pakaian anak-anak.

"Oh yang ini murah, Mbak. Cuma enam puluh ribu," jawab pemilik toko.

"Kalau yang ini?"

"Yang ini seratus ribu karena bahannya lebih tebal dan jahitannya lebih rapi. Bisa dicek, Mbak," sahut pemilik toko lagi sambil menurunkan setelan pakaian anak-anak yang barusan aku tunjuk tadi dan memberikannya padaku.

Setelah aku cek dan ternyata bahan pakaian tersebut memang lebih bagus dari yang pertama, akhirnya aku pun mengambil setelan yang kedua itu.

Selesai membeli setelan pakaian, aku pun membeli pakaian dalam Aldi. Kasihan, pakaian dalamnya sudah banyak yang rusak dan kendor. Gaji Mas Rama memang sebulan delapan juta rupiah, tapi kebutuhan hidup anak dan istrinya jauh dari kecukupan.

Jika tidak dengan penghasilan sebagai konten kreator F* Pro ini, mungkin pakaian dalam Aldi tak akan pernah terganti.

Usai membeli kebutuhan sehari-hari Aldi, aku pun mengajak buah hatiku itu makan di sebuah restoran cepat saji. Sudah lama Aldi minta makan di sini, tapi karena uang yang tak pernah cukup, sudah barang tentu makan di sini hanya jadi khayalan semata.

Alhamdulillah sekarang ada uang hasil ngonten, aku pun bisa makan di restoran ini.

Aku memesan dua porsi ayam goreng berikut nasinya dan dua cup es jeruk. Lahap sekali Aldi makan karena sudah lama sekali memang putraku ini ingin makan di sini. Tak apalah kalau sekali kali.

Selesai makan, aku pun mengajak Aldi pulang. Cukup happy-happy hari ini. Insya Allah di sambung besok lagi. Malam ini aku akan mengedit beberapa video lagi untuk aku upload besok hari agar dollarku kembali bertambah untuk memenuhi kebutuhanku sendiri dan Aldi ke depannya tanpa perlu dihina dan direndahkan oleh Mas Rama dan keluarganya lagi.

Ya. Sambil menunggu karma itu datang menimpa Mas Rama dan keluarganya, aku akan melewati hari hari dengan bahagia meski harus menyembunyikan semuanya dari suami dan ibu mertua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Enam Puluh Enam

    "Apa, Rid? Laila ditangkap kejaksaan karena kasus korupsi? Yang benar saja, Rid! Kok bisa? Memangnya Laila beneran korupsi di kantornya kok bisa ditangkap? Gawat kalau iya! Gawat, Rid!" Bu Marni meremas rambutnya dengan perasaan gundah dan kesal.Namun, Farid justru menyeringai kecil."Biar aja deh, Bu. Biar kapok! Gara-gara Mbak Laila, Farid jadi nikah sama Sinta yang Ibu tahu sendiri kan, matrenya luar biasa! Kalau nggak gara-gara dia, sampai saat ini gaji Farid masih utuh, Bu. Tapi gara-gara dia, sekarang kita jadi susah begini," jawab Farid tiba-tiba enteng.Bu Marni meremas rambutnya semakin kesal."Rid, ini bukan sekedar gaji kamu yang diambil Sinta, tapi mengenai rumah ini, Rid! Kalau Laila ditangkap kejaksaan dan dipenjara terus dipecat dari pekerjaan, bagaimana dengan rumah ini? Rumah ini juga akan disita bank karena surat tanah dan rumah ini kemarin dipinjam Laila untuk mengajukan pinjaman di bank, Rid! Kita mau tinggal di mana kalau rumah ini disita bank?" ujar Bu Marni lag

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Enam Puluh Lima

    "Nadira, sini kamu!" panggil Bu Marni esok harinya pada Nadira yang tengah menyiapkan sarapan pagi.Hari ini rencananya Nadira akan keluar rumah agar bisa bekerja kembali seperti biasanya dengan lebih tenang dan bebas. Akan tetapi baru saja hendak bersiap pergi usai menghidangkan sarapan pagi di meja makan, ibu mertuanya sudah lebih dulu datang memanggilnya.Nadira mendekat lalu membuka mulutnya."Ada apa, Bu?" tanyanya."Nadira, mana gaji kamu bekerja selama ini? Ini kan sudah sebulan lebih kamu kerja! Nggak mungkin kan belum gajian! Sini! Ibu minta gaji kamu!" ujar Bu Marni tanpa perasaan sambil menatap tajam ke arahnya.Nadira menghela napas. Sudah mendapat karma dari perbuatannya yang tega menikahkan suaminya dengan menantu baru yang ternyata tak sesuai ekspektasi nya, akan tetapi bukannya sadar, justru ibu mertuanya masih saja berusaha menindasnya.Padahal tadinya dia berpikir, ibu mertuanya sudah mulai insyaf dan bertaubat dari kesalahan dan sikap buruknya. Buktinya kalau tak sa

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Enam Puluh Empat

    "Iya, Bu. Farid akan segera mengurus perceraian dengan Sinta. Pernikahan ini nggak bisa dilanjutkan lagi. Ibu tahu nggak, kalau ke depannya Sinta bukannya mau separuh gaji Farid aja, tapi semuanya, Bu! Dia bilang Farid harus seperti Mas Ari dan Mas Doni, memberikan semua gaji Farid ke dia. Sinta juga nyuruh Farid ngasih tau Ibu supaya Ibu, Dina dan Rara cari kerja dan cari duit sendiri supaya nggak perlu ganggu gaji Farid lagi. Dia cuma akan ngasih Ibu lima ratus ribu rupiah setiap bulan seperti Mbak Niken dan Mbak Laila, Bu.""Jadi, sudah sepantasnya Sinta, Farid ceraikan kan, Bu? Farid izin soalnya kemarin Ibu yang maksa Farid menikahi dia. Betul kan dugaan Farid kemarin, Sinta ternyata nggak seperti yang kita harapkan, Bu," sahut Farid lagi.Bu Marni menganggukkan kepalanya gundah."Iya. Ibu juga menyesal berat, Rid. Kalau tahu Sinta begini kelakuannya, nggak mungkin Ibu maksa kamu nikah sama dia, sampai bela belain jual mobil segala!""Jadi dia nyuruh Ibu dan adik adik kamu cari k

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Enam Puluh Tiga

    "Bu, ini uang gajiku bulan ini. Aku hanya bisa kasih empat juta ya, Bu, karena yang enam juta diminta sama Sinta," ujar Farid pada Bu Marni.Bu Marni mendelik kaget, menatap tak percaya putranya."Apa? Ibu cuma dapat empat juta! Gila! Jadi sisanya kamu berikan semua pada Sinta? Bahkan lebih besar punya dia dari pada punya Ibu? Kok bisa begini gimana ceritanya sih, Rid! Ini nggak masuk akal sama sekali! Ini ... ini ...!" Bu Marni kehilangan kata-kata sehingga tak mampu lagi bicara. Mulutnya menganga tapi tak ada satu kata pun yang mampu dia ucapkan karena rasa shock dan tak percaya yang membuatnya tak sanggup untuk meneruskan ucapannya.Farid menghela napas berat lalu duduk di samping ibunya dengan tubuh lunglai. Benar-benar semua ini di luar ekspektasinya. Tadinya dia berharap hidupnya dan keluarganya akan semakin baik dengan dia menikah lagi dengan Sinta yang bekerja di bank ternama, tapi bukannya hidupnya semakin baik, justru semakin gulung tikar! Arrgh!"Sekarang Sinta mana? Panggi

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Enam Puluh Dua

    "Apa kamu bilang? Kamu ngancem Mas?" Farid berkata gusar sembari berkacak pinggang mendengar ancaman dari Sinta.Sinta tersenyum tipis lalu kembali membuka suaranya."Aku nggak cuma ngancem, Mas, tapi juga akan membuktikannya kalau kamu berani macam-macam sama aku. Jadi mending kamu kasih uangnya sekarang juga ke aku daripada kamu aku laporin ke atasan kamu. Oke? Sini! Mana uangnya? Jangan bikin aku habis kesabaran minta hakku karena percayalah, itu nggak akan baik buat karir kamu di kantor ini!" ucap Sinta lagi sembari mengulurkan tangannya ke arah Farid.Farid menelan ludah mendengar perkataan Sinta. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Haruskah dia memberikan semua gajinya pada Sinta dengan resiko dirinya dan keluarganya pasti akan kelaparan tak bisa makan, atau ... karirnya di kantor mungkin akan terhambat jika Sinta beneran melaporkannya pada atasannya?Dua-duanya cukup berat baginya resikonya. Akhirnya setelah berpikir panjang, Farid pun mencoba untuk bernegosiasi. Dia akan mint

  • ISTRIKU TERNYATA KONTEN KREATOR TERKENAL    Enam Puluh Satu

    "La, tunggu! Ibu belum selesai ngomong! Jangan ditutup dulu teleponnya!" ujar Bu Marni saat Laila menutup telepon, tapi telat karena menantunya tersebut telah mematikan sambungan. Ketika ditelpon ulang, Laila tak mengangkat justru mematikan data internetnya sehingga panggilan Bu Marni tak bisa tersambung. Mendapati hal tersebut, Bu Marni pun seketika merasa kesal. Diremasnya ponsel kuat-kuat untuk menyalurkan rasa kecewanya. Sial Laila ternyata, pikirnya. Bukannya membantu masalah ekonomi keluarganya dengan mencarikan menantu baru yang bersedia memberikan sebagian gajinya untuk mertua, justru mencarikan menantu baru yang ikut memoroti gaji anaknya! Arrgh! "Rid, gimana ini? Laila ternyata salah omong ke Sinta, bukannya bilang Sinta nggak boleh minta nafkah lagi dari kamu malah bilang kalau dia harus ngasih sebagian uang kamu buat Ibu! Kan asem! Percuma dong Ibu nyari menantu baru kalau gitu! Bukannya ikut bantuin mertua malah tambah nyusahin!" seru Bu Marni kesal saat telepon ke F

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status