Share

Iblis Jatuh Cinta
Iblis Jatuh Cinta
Penulis: Sata Erizawa

Kiara Fellicia

Saskiara Fellicia, lebih sering disapa Kiara duduk menunduk dengan menekuk kedua kakinya. Ia duduk di ranjang warna putih yang berukuran lumayan besar. Kepalanya yang terasa berat ia sandarkan pada kedua lututnya.

Mata beningnya tak urung juga meneteskan air mata. Ia sedang menangis. Menangisi kenyataan hidupnya yang seakan-akan tidak mampu ia lalui.

Berulang kali ia menyeka air matanya, tapi air matanya itu terus saja mengalir. Rasanya air matanya itu tidak ada habisnya. Terus mengalir saat ia mengingat kenangan yang tak ingin ia ingat.

Kenangan yang membuatnya tak mengerti.

Kenapa semua ini harus terjadi padanya? Ia hanya belum siap menerimanya. Bukan hanya belum siap, lebih tepatnya ia tidak mau menerimanya.

"Arrghh.. Kenapa? Tuhan, kenapa? Kenapa harus aku? Kenapa semua ini harus kualami?"

Hanya pertanyaan-pertanyaan putus asa yang mampu Kiara ucapkan. Ia bahkan menjambak-jambak rambut panjangnya sendiri. Ia hanya tidak tahu harus bagaimana. Ia benar-benar putus asa.

Kiara bisa merasakan sinar mentari pagi yang mulai menyusup lewat celah jendela kaca kamar. Kamar ini terasa asing untuknya.

Kiara beranjak dari duduknya. Tubuhnya terasa remuk, begitu perih untuk bergerak. Iapun berjalan tertatih menuju jendela dan membukanya.


Sinar mentari hangat terasa di permukaan kulitnya yang putih pucat. Kiara memejamkan matanya untuk menikmati sinar mentari pagi itu. Saat ia mencoba membukanya, baru ia rasakan jika matanya terasa pedih. Mungkin karena silaunya sinar mentari, atau mungkin karena ia terlalu banyak menangis?


Lalu dengan perlahan, Kiara mencoba memegang kedua pipinya yang terasa bengkak. Di sudut kiri bibirnya ada bekas darah mengering dan terasa sangat perih saat ia menyentuhnya.


Pagi ini terlihat cerah, tapi tak secerah hatinya. Ia kembali menangis.


Bosan menikmati sinar mentari, Kiara berjalan menuju kamar mandi. Kamar mandinya cukup luas. Ada sebuah bak mandi mewah di dalamnya. Ia mengisi bak mandi itu dengan air hangat.


Sembari menunggu air memenuhi bak mandi, ia memperhatikan dirinya di depan cermin kamar mandi. Benar, banyak luka lebam tak hanya di wajahnya, tapi di sekujur tubuhnya juga. Luka lebam itu terlihat membiru dan membengkak, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih.


Kiara bersyukur pada Tuhan karena Tuhan sudah menciptakannya dalam keadaan yang sebaik-baiknya, meski banyak luka di wajahnya, ia masih terlihat cantik. Memang tidak dipungkiri jika Kiara adalah sosok gadis yang sangat cantik dengan tubuh indah, tinggi semampai, dan memiliki kaki ramping.


Anugrah yang sangat disyukuri meski nyatanya ini juga sangat menyedihkan.


Seorang gadis?


Pantaskah sebutan manis itu disandangnya saat ini?


Kiara adalah seorang gadis, bukan lebih tepatnya seorang wanita. Ya, dirinya yang dipuja-puja banyak laki-laki itu kini sudah menjadi seorang wanita seutuhnya. Kisah Si Gadis Cantik Kiara itu sudah tidak ada. Yang ada hanya kenyataan menyedihkannya ketika ia kehilangan 'pangkat' kegadisannya. Itu juga menjadi alasan mengapa ia sangat berat harus menjalani hidup.


Suara gemercik air terdengar jelas di telinga Kiara. Tangan kanannya mengepal dengan kuat. Ia mencoba memecahkan cermin di depannya, tapi tidak bisa. Bukan karena cermin itu kuat, tapi memang tenaganya yang begitu lemah. Ia sudah sangat lelah, letih, bahkan bosan. Ia hanya memukul-mukul pelan cermin di depannya berkali-kali untuk melampiaskan kekesalannya.


"Kenapa aku menangis lagi? Bodoh! Bodoh! Bodoh!"


.

.

.


Satu bulan yang lalu Kiara adalah putri dari pemiliki perusahaaan property yang cukup besar. Tapi hidupnya seketika berubah saat perusahaan yang orang tuanya bangun susah payah mengalami kebangkrutan.


Karena tidak bisa menerima kenyataan itu, Ayah Kiara memilih mengakhiri hidupnya dengan menembakkan peluru ke kepalanya sendiri. Ibunya Kiara yang sangat mencintai ayahnya Kiarapun melakukan hal yang sama.


Kurang dari seminggu, Kiara sudah kehilangan segalanya. Orang tua, rumah, bahkan perusahaan ayahnya. Ia tidak memiliki siapa-siapa. Ia anak tunggal.


Hingga pada akhirnya, ia menerima tawaran seorang laki-laki usia lima puluhan tahun untuk ikut dengannya. 


"Tinggallah bersama kami, Tuan Muda tak akan mempermasalahkannya karena rumah kami sangat luas."


Laki-laki tua itu merasa iba melihat keadaan Kiara yang terlihat menyedihkan. Kiara memanggilnya paman Willy. Paman Willy sangat baik padanya, begitu juga dengan istrinya, bibi Willy.


Dari awal paman Willy sudah bilang pada Kiara jika ia hanyalah seorang pelayan di sebuah mansion mewah. Kiara tidak mempermasalahkan hal itu. Ia sudah bertekat untuk menjalani hidupnya yang baru, meski jadi asisten rumah tangga sekalipun.


Kiara bahkan tidak menyangka jika rumah tempat paman Willy bekerja itu sangat besar layaknya istana. Sebuah mansion besar yang jauh lebih besar dari rumahnya dulu.


Kiara hanya bisa terkagum-kagum melihat mansion besar dan mewah yang sekarang menjadi tempat tinggalnya itu. Ia memang pernah kaya, tapi tidak sekaya pemilik mansion ini.


Kiara mendapatkan izin tinggal di mansion itu berkat bantuan paman Willy. Kadang Kiara berpikir, paman Willy itu hanya seorang pelayan tapi kenapa begitu dekat dengan pemilik mansion? Kiara tidak bisa melihat dengan jelas wajah dari pemilik mansion yang ia tempati. Ia jarang sekali bertatap muka secara langsung.


"Kau bisa memanggilku Ray, selamat datang di mansionku!"


Namun dari cara bicaranya, Kiara yakin jika pemiliki mansion adalah oarng yang sangat dingin. Pemilik mansion itu adalah Alfaro Rayvansha, seorang laki-laki berusia tak jauh darinya yang mulai ia ketahui sebagai sosok laki-laki tak banyak bicara dan terlihat angkuh.


Namun lagi, tak dapat Kiara pungkiri jika tuannya itu memiliki wajah rupawan, tubuh yang bagus, dan berkarisma. Tinggi, putih, memiliki kaki jenjang, meski sedikit agak kurus. Kiara bahkan sempat berpikir jika tuannya itu seperti tokoh animasi.


Mirip tokoh-tokoh utama dalam manga shojou atau otome game.


.

.

.


Di mansion itu, Kiara membantu melakukan bersih-bersih dan memasak. Ia beruntung karena ibunya tidak memanjakannya. Ia bisa melakukan pekerjaan rumah dengan baik.


Sebenarnya, Ray atau Tuan Mudanya tidak menyuruh Kiara melakukan tugas sebagai seorang pelayan, tapi Kiara sendiri yang bersedia melakukannya karena ia tidak mau hanya menumpang saja di mansion Ray.


Ray memperlakukannya dengan sangat baik. Bagi Kiara, Ray mengizinkannya tinggal di mansionnya saja sudah lebih dari cukup. Setidaknya ia tidak menjadi tuna wisma. Ia sungguh bersyukur akan hal itu.


Namun, semua berubah setelah Ray menunjukkan jiwa iblisnya malam itu. Dan saat itu, mimpi buruk Kiara dimulai. Ia harus mengalami malam paling panjang dalam hidupnya dimana sang Tuan Muda yang sangat baik hati seperti yang ia kenal, tiba-tiba menjadi sosok asing yang begitu gelap dengan segala siksa yang dibawa.


Menyentuh bak duri yang ditancapkan. Membelai bak sayatan silet yang begitu tajam. Menghujami dengan segala cumbuan yang menggores hati. Tak ada yang tersisa, hanyalah tangis getir di sepanjang malam yang membeku.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
LiTerresa
pengungkapan perasaannya keren
goodnovel comment avatar
ZiChimi
chapter satu yg nyesek banget. udah diwaring dark romance sama lama bahagia, tapi aku suka.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status