Share

Ray Talks About Kiara

Gadis yang Ray lecehkan adalah Kiara Fellicia!


Kiara Fellicia?

Benar, itu adalah nama yang Ray sebutkan. Itu adalah nama yang Ray ucapkan lewat mulutnya yang bau red wine itu. Ken sangat jelas mendengarnya. Ray bahkan mengatakannya beberapa kali agar ia percaya.

"Aku melecehkan Kiara Fellicia!" Kata Ray.

"..."

"Aku memperkosa Kiara Fellicia!" Ray bahkan memakai kata yang mudah dipahami.

"..."

"Aku memperkosa Kiara Fellicia berkali-kali dalam waktu semalam!"

"Aku mendengarnya! Kau tak perlu mengulangi kata-katamu dan menambahinya dengan kata-kata mengerikan! Aku sudah paham, bodoh!"

Ken menggertakan gigi-giginya karena kesal. Baru saja ia berniat ingin mengenal lebih jauh Kiara. Ternyata sudah keduluan Ray. Mengenal dengan cara yang maksudnya ingin tahu lebih jauh lagi. Kiara itu sangat cantik, memiliki senyum yang indah. Ketika ia melihatnya, hatinya merasa damai. Laki-laki mana sih yang tidak tertarik akan kecantikan Kiara yang tak biasa itu.

Jika sudah begini apa yang sebaiknya ia lakukan? Beruntung ia menyadari jika rasa penasarannya pada Kiara bukanlah perasaan cinta ala romantisme cinta pada pandangan pertama. Sedikit kecewa ada, tapi tidak sampai sakit hati.

Yang sakit malah melihat kelakuan Ray yang menurutnya lebih dari sekedar gila. Ray itu sangat sinting. Bagaimana bisa Ray melecehkan wanita secantik Kiara? Dengan cara yang tidak wajar lagi.

Kenapa saudaranya bisa sebejat ini?

“Pantas saja kalian terlihat canggung saat bertemu. Lalu, bagaimana hal itu bisa terjadi?” Tanya Ken.

"Haruskah aku menceritakannya padamu?" Tanya Ray balik.

Ray itu tidak suka menjawab, seringnya tanya balik. Jika Ken tak pandai mengatur kesabarannya yang luar biasa itu, ia pasti akan kesulita menanggapi Ray.

"Perlulah! Aku akan mendengarkannya." Jawab Ken.

"Oh." Bukannya tadi Ken enggan mendengar hal-hal yang menjijikkan? Kenapa saat ini malah pemasaran?

"..."

"..."

"Kenapa malah hanya oh saja? Kau bilang mau menceritakannya padaku? Katakan Ray bagaimana kau bisa melecehkannya!" Kata Ken.

Ray itu terlalu malas buka mulut atau irit bicara sih sebenarnya?

“Aku mabuk saat itu, aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Aku hanya tahu saat aku bangun, Kiara sudah ada di sampingku. Aku dan dia sama-sama telanjang. Kalau kau ingin tahu ceritanya, tanya saja padanya. Aku yakin dia mengingatnya. Dia dalam keadaan sadar saat aku perkosa.” Jawab Ray enteng.

"..." Sekali lagi Ken memukul keras kepala Ray.

“Sakit, bodoh! Aku hanya menceritakan apa yang terjadi, kenapa kau memukulku lagi, hah?” Protes Ray.

“Apa itu alasan kau tidak mau pulang ke mansion ini?”

"..." Ray mengusap-usap bekas pukulan Ken.

"Jawab, Ray!"

“Ya, seperti itu. Kenapa sih dari nyuruh-nyuruh bicara melulu? Mulutku pegal!”

Ken menarik nafasnya panjang. Karena Ray sedang terpengaruh alkohol, jadi ia berkata terlalu jujur. Sampai-sampai karena saking jujurnya membuat Ken tidak mengerti. Ray terlihat innocent seperti orang yang tak berdosa saja.

“Lalu, apa kau sudah meminta maaf padanya?” Tanya Ken.

“Belum. Aku langsung pergi pagi itu juga.” Jawab Ray. Ini fakta, memang ketika ia bangun dan mendapati Kiara tidur tanpa busana di sampingnya, ia langsung 'kabur' begitu saja.

“Oh God. Kau tahu perbuatanmu itu salah?”

“Tahu.”

“Kalau kau tahu kenapa kau melakukannya, bodoh? Kau bisa merusak masa depannya, Ray!”

“Sudah kubilang aku mabuk! Lagipula semuanya sudah terjadi. Aku bisa apa? Aku tidak akan bisa mengembalikannya jadi perawan lagi.” Ray menundukan kepalanya.

Ray terlihat buruk. Rupanya ia tidak bisa begitu saja melupakan kejadian itu. Pikiran dan perasaannya campur aduk.

Benar juga yang Ray katakan, semua sudah terjadi. Ken merasa kasihan.

Tapi ia tidak akan pernah membenarkan apa yang sudah Ray lakukan pada Kiara.

Meski ia bersaudara dengan Ray, salah tetaplah salah! Sebagai saudara ia ingin Ray memperbaiki kelakukannya.

“Ini minumlah!” Ken menyodorkan sebotol air mineral. “Air ini berguna untuk menjernihkan kepalamu. Berhentilah meminum minuman setan itu!” Kata Ken.

"..."

"Ray?"

“Iya.”

"Jawab yang jelas!"

"Iya, iya."

“Jangan hanya iya, iya saja!"

"IYA AKU TIDAK AKAN MEMINUMNYA!"

Ken tersenyum. Tapi ia yakin, Ray di luar sana pasti akan kembali lagi meminumnya. Iblis mah iblis saja. Hah, Ken tahu, membujuk Iblis agar insyaf memang tak semudah itu.

"Karena kau tidak bisa mengembalikannya, setidaknya kau memperbaikinya. Awali dengan meminta maaf padanya. Sepertinya Kiara tipe gadis yang baik hati. Aku yakin dia akan memaafkanmu, yah mungkin saja akan sangat sulit jika mengingat bagimana perbuatanmu padanya."

"..."

"Setidaknya tunjukkan rasa tanggung jawabmu sebagai seorang laki-laki. Bagaimanapun kau sudah salah padanya. Itu perbuatanmu, Kiara berhak mendapatkan kebahagiaannya kembali.”

“Iya, nanti aku pikirkan. Ngomong-ngomong, apa kau sudah mendapatkan data baru tentang Angkara Corp?” Tanya Ray. Ia sudah bosan dengan topic pembicaraannya.

“Seperti biasanya, kau selalu menyepelekan masalahmu! Dasar.” Ken meneguk segelas penuh air mineral yang baru saja ia tuang.

"Aku bosan membahas soal pelecehanku pada Kiara. Kau pasti paham apa yang dimaksud dengan pelecehan. Aku menyetubuhinya berkali-kali malam itu. Kau pahami sendiri prosesnya! Aku enggan menceritakannya. Aku sudah bosan!"

Pisotol mana pistol?

Ken menghela nafas untuk kesekian kalinya jika harus berhadapan dengan Ray. Kenapa ia selalu sulit mengendalikan arah pembicaraan?

“Angkara Corp memang identik dengan Surya Dirga karena dia adalah pemiliknya, tapi ternyata semua kinerja perusahaan dipegang oleh Ren Dirga, anak sulung Surya Dirga. Surya Dirga hanya memberikan instruksi pada anaknya. Sepertinya ia tidak mau mengotori tangannya.” Jelas Ken.

“Hanya itu?”

“Aku butuh seorang peretas handal untuk membobol situs mereka. Dari mata-mata kita bilang jika Angkara Corp sangat sulit di dekati. Banyak mata-mata mereka dimana-mana. Mereka juga mengintai semua perusahaan yang menjadi pesaingnya. Sepertinya perusahaan kita menjadi salah satunya.”

“Sudah kuduga. Baiklah, kau hubungi dia!”

“Baiklah, Ray. Aku akan menghubunginya karena hanya dia orang yang paling cocok."

"Hn."

"Kau harus tahu, Ray! Angkara Corp sangat kuat. Mereka memiliki banyak relasi dalam negeri bahkan luar negeri. Mereka akan melakukan apapun untuk mendapatkan tujuan mereka. Menggunakan cara kotor sudah bukan hal baru bagi mereka.”

“Jadi, apa kau takut?”

“Bukan begitu, aku hanya memperingatkanmu untuk tidak gegabah.”

“Aku tidak akan melakukan kesalahan sedikitpun untuk satu ini. Perjuanganku, perjuangan kita sampai saat ini belum terasa sempurna jika Angkara Corp masih berjaya. Aku yakin dengan kekuatan kita yang sekarang, kita pasti mampu.”

“Berfikirlah positif, Ray!”

Ray hanya menatap segelas air mineral yang ada di genggamannya. Ia menggenggam keras gelas itu. Tatapannya tajam penuh dengan kebencian, dendam, luka, kelam, dan amarah.

Lukannya di masa lalu membuatnya bertahan. Ia hidup dengan rasa benci di hatinya.

Kebenciannya pada seorang yang membuatnya hampir kehilangan segalanya. Hidupnya, cinta, dan keluarganya. Ray juga sudah sangat lelah. Hidup lama dalam kegelapan dan kesedihan mendalam. Rasa lelah yang membuatnya ingin sekali sejenak tertidur untuk mengurangi bebannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status