Share

I Raped Her!

Setelah selesai makan, Ken berjalan ke kamar Ray. Banyak hal yang ingin ia bahas dengan Ray. Semua masalah kantor begitu menggunung di otaknya. Ia tak mampu menghandlenya sendiri, ia butu kemampuan jenius Ray untuk membantunya menyelesaikan masalah-masalah itu.

Langkah kaki Ken menapaki setiap anak tangga utama mansion Ray. Perlahan tapi pasti, pijakkannya mengantarkan dirinya sampai di depan kamar milik Ray.

"Bukankah kamar ini?" Gumam Ken. Ia ingat jika ibunya mengatakan kamar Ray sudah pindah di sebelah kamar Ray yang sebelumnya.

Ternyata benar. Ini memang kamar Ray. Ia sangat tahu bagaiman karakter dari sosok seorang Ray. Hanya dengan memperhatikan kondisi ruangan, ia yakin seyakin-yakinnya jika itu adalah tipikal kamar Ray.

Sudah seperti biasanya, Ken masuk ke dalam kamar Ray tanpa mengetuknya. Dari dulu memang seperti itu.

Ray dulu tidak pernah menutup pintu kamarnya. Jendela juga selalu terbuka. Siang dan malam.

Ken juga tidak heran, jika lampu kamar Ray akan selalu menyalah meskipun siang hari. Ray tidak bisa terlalu lama di tempat yang gelap.

Ray bahkan membencinya!

Apakah Ray adalah sosok malaikat karena menyukai cahaya? Sayangnya bukan, dirinyalah satu-satunya jiwa yang bisa berdiri di antara keduanya. Ia bisa tersenyum bak malaikat, tapi juga bisa membunuh bak seorang iblis.

***

Ken mencari keberadaan Ray di kamar itu. Ternyata tidak ada di kamar.

Tidak ada!

Ray tidak ada di ranjangnya maupun kamar mandinya. Mungkin di tempat yang lain? Ken kembali mencari Ray, ia berjalan ke arah balkon. Sesuai dugaannya, Ray sedang duduk di balkon kamarnya.

Menyendiri menikmati hari yang cerah sambil meminum red wine keluaran tahun 1994.

“Minuman setan lagi?” Tanya Ken.

"..." Ray hanya menoleh tanpa memperdulikan Ken. Ray menikmati kembali minumannya itu.

“Apa kau setiap hari meminum minuman seperti itu? Apa kau tidak tahu jika itu hanya pemborosan saja? Red wine keluaran tahun 1994 itu seharga mobil!" Ken membaca tahun keluaran red wine pada botolnya.

"Aku membelinya dengan uangku sendiri."

"Apa kau terlalu bodoh untuk menyadari jika minuman itu tidak baik untuk kesehatanmu? Setidaknya sayangi nyawamu!”

“Kau cerewet sekali! Berisik! Red wine tidak seberbahaya itu!”

“Cih.. Hei Tuan, aku hanya menasehatimu!”

“Itu bukan urusanmu!”

Ken geleng-geleng tidak mengerti bagaimana cara berfikir Ray saat ini. Meski wine, tapi tetap saja berakhohol. Itu wajib dihindari.

“Astaga. Sudah gampang tersinggung, cepat marah, mata merah, cepat gerah, bertindak gegabah, hati gundah, tubuh terlihat lelah, tidak mau menyerah padahal sudah tahu kalah. Benar-benar parah. Payah!” Sindir Ken.

“Apa kau sedang belajar menjadi seorang penyair? Sepertinya kau memiliki bakat itu. Hik..” Ray mabuk.

Ray menuang kembali gelas kosong yang baru saja ia teguk. Ia mengisisnya penuh sampai wine-nya meluber ke meja.

“Aiisshh. Kau mabuk! Sudahlah Ray, berhentilah minum!" Pinta Ken.

"Lain kali aku akan mengajarimu syair yang lebih indah dari sebuah kematian." Ray mulai berbicara ngawur.

Kadang waras, kadang ngawur. Ngawurnya tentulah lebih banyak.

Haruskah Ken memahami Ray untuk yang kesekian kalinya?

Sayang sekali, meski kadang ada rasa lelah juga, tapi ia tidak setega itu. Ray terlalu sayang untuk diabaikan. Akan sangat merepotkan jika sisi iblis Ray bangkit. Serumah bisa tidak ada yang tidur karena harus membereskan amarah dari Ray.

"Ceritakan saja! Kau punya masalah apa?” Kata Ken.

“Hik, ma..salah apa? Hik..” Ray malah balik tanya.

"Ya masalahmulah. Memangnya aku yang punya masalah? Dari dulu kan hanya dirmu yang sering menimbun banyak masalah."

"Ken, apa kau ingin aku kirim ke Afrika? Mau kemana? Zimbabwe? Madagaskar?Aku akan menyediakan fasilitas jika kau ingin berburu berlian di sana."

"Aku tidak butuh semua itu! Kau sudah berjanji untuk membiarkanku stay di Indonesia jika Serayu Corp berhasil aku bereskan! Jangan plinplan begitu kenapa sih?"

"Tapi kau akan terlihat sangat cocok di Afrika. Nanti tolong kirimkan fotomu dengan gajah Afrika ya? Ah, macan tutul juga boleh. Tolong berfotolah dengan jarak kurang dari sepuluh meter. Aku ingin melihatnya dengan dekat."

Gila.

Ray semakin gila saja. Sebenarnya apa yang sedang coba Ray katakan sih? Mabuk sih mabuk. Namun, apa sebegini absurdnya?

Tunggu, dari semua keabsurd-tan yang ada, intinya nyawanya akan terancam, kan?

"Kau bisa melihat gajah, macan tutul, atau bahkan amoeba di internet! Tak perlu melihat langsung ke tempat asalahnya!" Kesabaran Ken habis sudah.

Kesal dengan tingkah Ray, membuat Ken semakin ingin memukul wajah tampan Ray. Tapi lagi-lagi, ia selalu bisa mengatasi rasa kesalnya. Ken menarik kursi di depan Ray dan mendudukinya. Ia mengambil minuman berakohol milik Ray dan menuangkannya ke dalam gelas.

“Kau sedang apa, Ken?” Tanya Ray yang heran karena melihat Ken tiba-tiba menuangkan minuman berakohol kedalam gelas.

“Menemanimu menghabiskan minuman setan ini.” Jawab Ken serius.

Dengan cepat Ray menyahut gelas berisi minuman berakohol yang berusaha Ken minum.

“Kau gila ya? Minuman ini bahaya untuk jantungmu!” Teriak Ray.

Ken tersenyum senang dalam hati. Ken selalu memiliki cara jitu untuk membuat Ray kalah. Bukan kalah, lebih tepatnya mengalah padanya.

“Itu kau tahu. Kenapa kau masih meminumnya jika berbahaya?”

“Aku itu sangat sehat, berbeda denganmu.”

Ken tersenyum pada Ray. “Minuman setan, rokok, dan sejenisnya itu hanya akan merusakmu secara perlahan! Apa sulitnya untuk tidak menikmatinya? Kenikmatan dari setan itu hanya akan kau dapatkan sesaat. Setelah itu banyak kesengsaraan. Kau tidak bisa berfikir jernih.”

“Kau benar Ken, aku memang tidak bisa berfikir jernih sampai-sampai aku melecehkan seorang gadis.”

“Itu sudah tahu. HAH, APA? MELECEHKAN?” Ken membulatkan matanya selebar mungkin. Ia benar-benar sangat kaget.

Melecehkan seorang gadis? Itu yang baru saja ia dengar, kan?

“Tidak perlu sekeras itu! Suaramu itu sangat jelek.”

“Berbicaralah yang benar, Ray!” Ken masih belum percaya.

“Aku yakin kata-kataku tidak ada yang salah.”

“Jangan bercanda! Itu tidak lucu sama sekali!”

“Aku tidak punya keahlian seperti itu.”

Ken Menatap tajam mata Ray untuk mencari kebohongan di mata Ray. Tapi apa yang ia harapkan salah, Ray berkata jujur padanya.

“Otakkmu kau taruh dimana, hah? Bagaimana bisa kau melakukan hal keji itu pada seorang gadis?” Omel Ken.

“Otakku masih ada di tempatnya. Di dalam tempurung kepala.” Jawab Ray enteng. Ia bahkan menunjuk kepalanya.

"Kau..." Dengan cepat Ken memukul kepala Ray dengan botol plastik air mineral.

“AAKKHH, sakit bodoh!” Ray menguasap-usap bekas pukulan dari Ken.

Kenapa harus dipukul dengan botol plastik air mineral sih?

“Siapa gadis itu?” Tanya Ken mengintrogasi.

“Kiara.”

“Kiara yang tinggal di mansion ini?”

“Ya.”

"Katakan yang benar, Ray!"

"KIARA FELLICIA, gadis yang kutampung di rumah ini! JELAS?"

"Hah?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status