Terima Kasih Kak Alberth Abraham Parinussa dan Kak Mawar Elly atas hadiah Koinnya (. ❛ ᴗ ❛.) Terima Kasih Kak Babe Bintang, Kak Mawar Elly, Lak Alberth Abraham Parinussa, Kak Watiman Wahyu, dan Kak Pengunjung0861 atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Kalau sempat, othor kasih bab bonus hari ini. Tapi othor gak janji. jadi dilihat dulu nanti siang.
Di suite mewah Hotel Dorsett, udara terasa dingin mencekam.Henry Scott berdiri dengan wajah memerah menahan amarah sementara bawahannya berdiri gemetar di hadapannya, takut mengatakan sepatah kata pun."Sampah, kalian semua hanya sekumpulan sampah tidak berguna," desis Henry.Dalam satu gerakan cepat, Henry meraih perangkat komunikasi di atas meja dan membantingnya ke lantai. Suara benturan keras dan serpihan plastik yang berhamburan tidak memuaskan amarahnya."Aku menghabiskan banyak uang untuk membelikanmu sebotol racun langka itu, dan apa hasilnya? Kau tidak berhasil membunuh Ryan Drake, sebaliknya, kau malah melarikan diri dengan ekor terjepit di antara kakimu!"Pria paruh baya di hadapannya hanya bisa menunduk, tubuhnya gemetar hebat mendengar kemarahan tuannya.Henry telah menghabiskan 10 miliar WND untuk mendapatkan sebotol racun dari pasar gelap di negara barat. Racun yang dikembangkan oleh kekuatan kuno khusus untuk melawan praktisi bela diri tingkat tinggi. Menurut infor
Alicia Moore sedang duduk di sana, matanya yang indah memandang sekeliling.Pagi ini, dia sempat melihat ada yang berbeda dengan rumahnya, tapi tidak terlalu dipikirkannya. Sekarang, setelah mendengar komentar Pak Tua James, dia baru menyadari bahwa rumahnya memang terasa sangat berbeda.Mengingat sekarang sudah bulan Juli, suhu di luar pasti sudah mencapai 30 derajat. Di siang hari, siapapun yang berada di luar rumah pasti kepanasan dan berkeringat.'Tapi di rumahku sendiri,' pikirnya dalam hati, 'meski matahari tetap terik, udaranya terasa sangat sejuk. Aku sama sekali tidak merasakan panasnya musim panas.'Duduk di vila ini rasanya seperti ada AC alami yang terpasang, membuat seluruh tubuhnya merasa nyaman.Ryan memperhatikan perubahan ekspresi Alicia dan hanya tersenyum samar.Spirit Gathering Array yang telah dia pasang tidak hanya mampu mengumpulkan energi langit dan bumi, tapi juga mengatur suhu sekitar untuk menciptakan kondisi yang paling nyaman. Jika manusia tinggal di da
Pak Tua James masih memiliki rasa iba, tapi setelah bertahun-tahun menyaksikan begitu banyak penderitaan, perasaan itu perlahan memudar. Ketika James berusaha membujuk Ryan, sebenarnya dia juga sedang meyakinkan dirinya sendiri untuk kembali peduli pada orang lain.Dalam lingkaran para pemimpin, belas kasihan sering dianggap sebagai sifat kewanitaan, tanda kelemahan yang menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk mencapai hal-hal besar.Alicia yang duduk di sebelah Ryan mengangkat alisnya sedikit saat melihat interaksi kedua pria itu. Sejak masuk ke mobil, dia belum mengucapkan sepatah kata pun, meski dalam hatinya ingin membujuk Ryan, namun tidak tahu harus berkata apa."Hari ini adalah hasil dari kemarin," kata Ryan santai. "Ada takdir dalam setiap kegelapan. Karena dia telah mengalami cobaan ini, itu sudah menjadi jalannya. Aku hanya manusia biasa, mengapa harus repot-repot mengurusinya?"Mendengar kata-kata Ryan, James tiba-tiba mengangkat kepalanya. "Tuan, apakah Anda percaya b
"Bagus, bagus." Pak Tua James tersenyum dan mengangguk berulang kali, keriangan terpancar jelas di wajahnya yang berkeriput.Ryan mengamati reaksi pria tua itu sejenak, kemudian raut wajahnya berubah serius. "Namun, kamu harus membantuku dengan sesuatu."Mendengar perubahan nada suara Ryan, senyum James langsung menyusut. Dia mengulurkan tangannya dengan gestur terbuka. "Tuan, silakan bicara. Apa yang bisa saya bantu?""Bantu aku mencari tahu siapa yang mengirim orang-orang ini," kata Ryan dengan suara dingin yang menusuk.Saat itu juga, suhu di seluruh ruang tunggu seolah turun drastis. Dari yang semula nyaman di sekitar dua puluh derajat, mendadak terasa hampir mendekati titik beku. Alicia yang duduk di sebelah Ryan tanpa sadar merapatkan tubuhnya, mencari kehangatan.James, yang telah berjalan di medan pembantaian selama bertahun-tahun dan menyaksikan berbagai kekejaman, tetap merasa terintimidasi menghadapi aura membunuh yang memancar dari Ryan. Darahnya terasa membeku, keringa
Dia membuka wadah berisi cairan biru itu dengan santai, dan mencium bau aneh di sela nafasnya. Aroma tajam dan sedikit memabukkan langsung menyerang indera penciumannya yang sensitif.Ryan mengulurkan tangannya, menyentuh cairan biru itu dengan ujung jarinya. Matanya terpejam sejenak, mengkonsentrasikan indera dan energi spiritualnya untuk merasakan sifat dari cairan tersebut. Setelah beberapa saat, tatapannya berubah dingin, niat membunuh yang tak terkatakan melintas di matanya."Racun," gumamnya pelan.Dalam cairan biru itu, dia dengan jelas merasakan racun yang kuat. Insting dan pengalamannya selama ribuan tahun sebagai Iblis Surgawi membuatnya bisa mengidentifikasi bahwa racun ini berasal dari sejenis lidah dan taring beracun yang hanya bisa ditemukan di daerah terpencil, sangat jauh dari Windhaven."Bukan hanya satu jenis racun," Ryan menambahkan dalam hati. Di samping bisa ular, dia juga merasakan racun lain yang telah dicampurkan ke dalamnya.Kombinasi kedua racun ini menci
Suara lembut mengalun di udara seperti melodi kuno yang datang dari kedalaman waktu. Ryan Drake duduk bersila dengan mata terpejam, sementara getaran kecil terlihat di udara di sekitarnya. Energi spiritual berputar di sekeliling tubuhnya, menciptakan lingkaran cahaya samar yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki kemampuan khusus.Dengan suara berirama yang memenuhi ruangan, tingkat kultivasi Ryan Drake akhirnya menembus batas dan melangkah maju. Qi murni mengalir melalui meridian tubuhnya, menguatkan setiap sel dalam dirinya.Qi Gathering Tingkat Kelima!Setelah kembali ke Bumi selama lebih dari setengah bulan, kultivasi Ryan Drake akhirnya membuat terobosan besar, memasuki tahap kelima Qi Gathering. Dibandingkan dengan tahap keempat, meskipun hanya terlihat sedikit perbedaan, peningkatan ini sungguh signifikan. Kekuatan seorang praktisi kultivasi di tahap ini mengalami peningkatan kualitatif yang nyata.Setidaknya, seorang kultivator di tingkat ini dapat menggunakan seg
Telapak tangan Alicia Moore masih menempel di dahinya, namun tak lama kemudian dia merasakannya, panasnya berangsur-angsur hilang, dan dia tidak merasakannya lagi. Sensasi hangat jimat Dao yang Ryan tempelkan seolah meresap masuk ke dalam tubuhnya, menjadi satu dengan kulitnya.Dia menurunkan tangannya dan menatap pria di sebelahnya dengan tatapan penuh tanya."Apa aku akan bisa merasakannya lagi nanti?" tanyanya penasaran.Ryan tersenyum. "Hanya saat kau benar-benar dalam bahaya. Jimat ini akan aktif dengan sendirinya."Alicia mengangguk perlahan, mempercayai sepenuhnya kemampuan Ryan. Dia mengubah posisinya, berbaring nyaman dengan kepala di pangkuan pria itu."Apakah kamu tidak pergi ke kantor hati ini?" Ryan bertanya santai sambil meregangkan tubuhnya setelah semalam penuh meditasi."Tidak apa-apa, nanti saja perginya," jawab Alicia malas sambil memejamkan mata. Sangat jarang dia bisa bersantai seperti ini, terutama dengan jadwalnya yang biasanya padat.Ryan meletakkan tangannya
lSetelah makan malam, Ryan masih belajar mengenai Daoisme yang ada di bumi. Buku-buku kuno yang ia pelajari berserakan di atas meja. Pengetahuan Daoisme dari Bumi meskipun tidak sebanding dengan yang ia pelajari di Alam Kultivasi, tetap memiliki beberapa poin yang berharga. Alicia masuk ke perpustakaan kecil tempat Ryan berkonsentrasi, membawa secangkir teh hangat. Wanita itu meletakkan cangkir di samping tumpukan buku dan mengamati Ryan yang tenggelam dalam bacaannya. "Sudah hampir tengah malam," ucap Alicia lembut. "Apa kau akan tidur?" Ryan mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Sepertinya tidak malam ini." Ia menutup buku yang sedang dibacanya dan menyesap teh yang masih hangat. "Kamu tidurlah lebih awal, aku harus mengurus sesuatu malam ini." Alicia mengerutkan dahi, sedikit bingung. "Ada masalah?" tanyanya. "Tidak, hanya perlu melakukan kultivasi dengan Kristal Spirit," jawab Ryan sambil bangkit. "Aku akan menggunakan ruang tamu." Alicia mengangguk meski ada sedikit k
"Hari ini, mengapa kamu kembali begitu cepat?" Ryan Drake bertanya sambil tersenyum menatap Alicia Moore. Alicia yang sedang asyik mengobrol dengan Woody Spencer menoleh, dan senyum bahagia langsung merekah di wajah cantiknya. Sudut matanya berkerut membentuk garis tipis yang menawan. Melihat senyum itu, Ryan tertegun. Entah sejak kapan wanita ini jadi lebih sering tersenyum lagi. Saat ia pertama kali kembali, Alicia bagaikan es yang membeku—dingin dan tanpa emosi. Namun kini, kehangatan telah kembali ke dalam dirinya. Musim semi seolah telah tiba, mencairkan hati yang sempat membeku. "Hari ini aku bertemu dengan Charles Sunny," jawab Alicia dengan nada gembira. "Kami mencapai kesepakatan tentang pendirian perusahaan baru. Akhir bulan ini, perusahaan baru sudah bisa diluncurkan." "Jangan terlalu cepat senang," Ryan mengingatkan dengan lembut. "Resepnya belum diverifikasi di laboratorium." "Kalau formula atau produknya bermasalah, kegembiraan itu tidak akan bertahan lama