Ini bab bonus Merayakan kemenangan novel ini dalam kontes di Good Novel. Terima kasih atas semua dukungannya (≧▽≦)
Ryan memusatkan pandangannya ke layar TV, melihat seorang wanita berambut panjang yang mengenakan pakaian ketat berwarna hitam yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan elegan. Jessica Gray. Ibu tunggal yang memiliki kaitan tak terduga dengannya di masa lalu. Bagi wanita ini, kesan yang dia berikan kepada Ryan cukup mendalam. Tentu saja bukan karena wanita ini sangat cantik, bukan pula karena tubuh dan penampilannya yang menawan, melainkan karena hal-hal lain yang lebih kompleks. Saat pertama kali bertemu, dia tidak tahu siapa sebenarnya wanita ini. Kemudian, saat dia merekomendasikannya kepada Alicia sebagai endorser, pemahamannya tentang artis wanita itu juga masih sangat terbatas. Sampai sekarang pun pengetahuannya tentang latar belakang wanita ini masih terbatas dan penuh misteri. Ryan menatap layar TV selama beberapa saat, kemudian mengalihkan perhatiannya dari acara tersebut. Dia benar-benar tidak tertarik dengan program hiburan yang tidak bergizi seperti ini dan memi
Dengan kekalahan Keluarga Scott, terutama dengan jatuhnya Kepala Keluarga Scott dan putranya di Crocshark, Moore Group dapat dianggap memiliki pijakan yang kuat. Sebagai hasil dari kesepakatan dan kompromi bersama sejak awal, beberapa perusahaan besar lainnya memberikan lampu hijau untuk akuisisi Glow Up Cosmetic oleh Moore Group. Semua masalah yang mungkin timbul telah diantisipasi dan diselesaikan terlebih dahulu. Ditambah dengan dukungan penuh dari pemerintah, pencaplokan Glow Up Cosmetic oleh Moore Group tentu berjalan sangat lancar tanpa hambatan berarti. Alicia Moore telah berkecimpung di dunia bisnis selama beberapa tahun dan memiliki ketajaman bisnis yang luar biasa. Sekarang, dengan semua dukungan yang diberikan dari berbagai pihak, bagaimana mungkin dia tidak berhasil meraih kesuksesan yang gemilang. Melihat senyum bahagia di wajah istri tercintanya di layar ponsel, Ryan tersenyum lebar dengan perasaan bangga. "Suamiku," kata Alicia dengan suara yang merendah dan pen
Ryan mengeluarkan ponselnya dan melihat layar sekilas. Ternyata itu adalah panggilan video dari Alicia Moore. Dia menekan tombol jawab dengan perasaan ringan dan menghubungkan panggilan video tersebut. Kemudian wajah cantik Alicia Moore muncul di layar ponsel, tampak segar dengan gaun berwarna terang yang membuatnya terlihat berseri-seri. Rambutnya yang panjang terurai indah, dan fitur wajahnya yang sempurna sungguh tak terlukiskan kecantikannya. "Ryan," kata Alicia dengan nada sedikit kesal tapi masih manja. "Kenapa kamu tidak menghubungiku sama sekali? Apa kamu sudah tidak memikirkanku lagi?" Mendengar keluhan dari kekasihnya, Ryan merasa sedikit bersalah dan tersenyum penuh penyesalan. Dalam dua hari terakhir, pikirannya memang tertuju pada masalah ruang bawah tanah, formasi spiritual, dan roh Pixie di tubuh Luina. Dia benar-benar melupakan untuk menghubungi Alicia Moore. Tentu saja, yang paling penting adalah dia memang tidak terlalu terbiasa menggunakan teknologi modern
Bagaimana pun juga, Luina Jefferson hanyalah manusia biasa. Dalam kesadarannya, mengetahui bahwa ada sesuatu seperti itu yang tinggal di dalam tubuhnya sendiri, hal tersebut tidak ubahnya seperti kiamat dunia baginya. Wajah cantiknya memucat dengan drastis, dan tangannya bergetar saat dia mencoba memproses informasi yang baru saja didengarnya. Mata indahnya melebar dengan campuran ketakutan dan kebingungan yang mendalam. "Sebenarnya, kamu tidak perlu khawatir," kata Ryan dengan nada yang menenangkan sambil melihat kepanikan Luina. "Entitas itu tidak akan menyakitimu. Justru sebaliknya, kehadirannya memberikan manfaat bagi tubuhmu." Mendengar kata-kata penghiburan dari Ryan, Luina Jefferson perlahan-lahan mulai mengendalikan emosinya. Napasnya yang tadi tersengal-sengal karena panik mulai kembali teratur, meski masih terdengar agak cepat. Luina duduk di bangku batu itu dengan posisi yang kaku, hanya menatap Ryan dengan tatapan yang penuh harapan sekaligus ketakutan. Dia tamp
Pixie—makhluk yang terlahir dari harmoni alam semesta itu sendiri—tidak dapat dikategorikan dengan standar moral sederhana seperti baik atau jahat. Mereka adalah entitas murni yang eksis tanpa wujud fisik, bergantung pada tubuh makhluk lain sebagai tempat tinggal sementara. Hanya pada malam-malam bulan purnama yang terpilih, ketika energi kosmik mencapai puncaknya, barulah mereka menggerakkan tubuh inang mereka dengan kehendak sendiri. Meski terkadang mengambil alih kontrol tubuh inang, Pixie tidak pernah berniat menyakiti. Sebaliknya, kehadiran mereka bagaikan berkah tersembunyi—esensi matahari yang hangat, cahaya bulan yang lembut, dan kekuatan bintang-bintang yang berkilauan mengalir dalam tubuh inang, memberikan manfaat yang tak terhingga. Di kedalaman dunia dantian Luina Jefferson yang misterius, mata spiritual Ryan menangkap sebuah pemandangan yang memukau. Sosok samar berkilau dalam cahaya bintang yang mempesona—siluet seorang gadis muda yang mengenakan gaun yang seper
Skizofrenia! Pikiran itu langsung terlintas di benak Ryan ketika mendengar deskripsi Luina tentang kondisinya. Namun setelah direnungkan lebih dalam, dia menggelengkan kepala pelan. Jika itu benar-benar skizofrenia, Keluarga Jefferson yang memiliki koneksi luas di dunia medis pasti sudah mengetahuinya. Tidak mungkin mereka tidak tahu dan membiarkan kondisi seperti itu tanpa penanganan. "Sudah berapa kali hal itu terjadi?" tanya Ryan setelah beberapa saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih masuk akal. "Tiga kali," jawab Luina dengan nada agak ragu. "Yang terakhir terjadi bulan lalu." Ryan mengangguk sambil menganalisis informasi tersebut. Tiga kali kejadian dalam periode yang tidak dia ketahui pasti, tapi frekuensi seperti itu menunjukkan pola tertentu yang tidak acak. "Lalu, apakah kamu ingat, ketiga kali itu terjadi pada jam berapa?" Ryan berpikir sejenak, kemudian melanjutkan pertanyaannya dengan lebih spesifik. "Maksudku, apakah ada kesamaan waktu atau k