Share

Bab 4. Konspirasi

Bu Mirna melangkah mendekati ketiga wanita yang berbeda usia tersebut. Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah wanita yang bernama Erna.

"Tumben kamu ke sini, ada perlu apa?" tanya Bu Mirna lembut. Berbeda sekali saat ia berbicara dengan Ratih, kata-katanya selalu kasar, dan terkesan sinis.

"Kebetulan tadi aku ke pasar, lalu membeli kue ini buat Ibu," ucapnya sambil menyerahkan satu kotak kue pada Bu Mirna.

"Wah, kamu baik sekali Nak, beruntung sekali Miko jik mendapatkan seorang istri seperti kamu," puji Bu Mirna.

"Ibu bisa saja, ini juga beli Bu, bukan buatan sendiri," jawab Erna tersenyum malu.

" Ya tidak masalah Sayang, kalau pun beli, toh yang penting itu kan niatnya, jaman sekarang sangat susah mencari istri yang pengertian dengan ibu mertuanya," ucap Bu Mirna, lalu melirik sinis ke arah Ratih, dan itu disadari oleh Erna.

"Yati bilang, katanya Ibu sedang masak ya, apakah boleh aku bantu?" tanya Erna, sepertinya wanita itu berniat sedikit lama berada di sana.

"Tentu saja, nanti jangan pulang dulu sebelum ikut makan malam," ucap Bu Mirna. Setelahnya mereka langsung melangkah menuju dapur, sedangkan Yati sendiri memilih untuk kembali ke kamarnya. Sedangkan Ratih, mau tidak mau ikut kembali ke dapur.

"Bu, apa yang bisa saya bantu?" tanya Ratih lagi, yang sudah berada di dapur.

"Tidak perlu, memangnya kamu tidak lihat saya dan Erna lagi apa? Kalau niat bantu itu, dari tadi ke sini, bukan setelah ada Erna baru kamu datang, mau cari perhatian ya, kamu?" ucap Bu Mirna sinis.

"Baiklah Bu, kalau butuh apa-apa saya ada di kamar," ucap Ratih, yang langsung berbalik, hendak melangkah menuju kamar.

"Dasar perempuan pemalas," ucap Bu Mirna mencibir, namun masih bisa didengar oleh Ratih. Gadis itu hanya bisa menghela nafas, mendengar cibiran calon ibu mertuanya tersebut.

"Sebenarnya wanita itu siapa sih, Bu,?" tanya Erna, yang sejak tadi sangat penasaran, apa lagi setelah melihat cara Bu Mirna memperlakukan Ratih, yang menurutnya sangat kasar. Karena jika hanya teman kuliah Miko pasti Bu Mirna akan memperlakukannya dengan baik.

"Em, sebenarnya dia itu ...," Bu Mirna menggantung ucapannya, karena bingung harus mengatakan apa pada Erna, Bu Mifna merasa tidak enak hati jika mengatakan yang sebenarnya.

"Bu Mirna, kenapa diam? Wanita tadi siapa, Bu?" tanya Erna lagi, yang semangkin penasaran.

Terlihat Bu Mirna menghela nafas kasar, sebelum akhirnya ia memberitahukan yang sebenarnya pada Erna. " Er, sebelumnya ibu minta maaf sama kamu, sepertinya ibu tidak bisa memenuhi janji ibu sama kamu," ucap Bu Mirna.

"Maksud ibu, apa?" tanya Erna, kian penasaran.

"Wanita tadi, dia adalah calon istrinya Miko," ucap Bu Mirna, membuat raut wajah Erna seketika terkejut, setelah mendengar ucapan Bu Mirna.

"Apa Bu, calon istri? Kenapa Ibu baru mengatakan nya sekarang?" ucap Erna, penuh kecewa. Pasalnya, Erna sangat menantikan semua yang dijanjikan oleh Bu Mirna padanya, namun sekarang itu semua hanya tinggal angan-angan saja.

"Ibu benar-benar minta maaf, tapi ibu berjanji padamu, akan memperbaiki semuanya, asalkan kamu bersabar," ucap Bu Mirna.

"Janji? Janji apa lagi maksud Ibu? Asal Ibu tahu, Ibu itu sudah terlalu sering memberikan janji padaku, aku benar-benar sangat kecewa sama Ibu, ternyata selama ini Ibu hanya menipuku dengan memberikan janji palsu, padahal aku itu sangat mencintai Mas Miko, dan sangat berharap menjadi istrinya, tapi sekarang harapan itu semua pupus," ucap Erna mengeluarkan semua uneg-unegnya. dengan air mata berderai di pipinya.

Melihat Erna menangis, Bu Mirna merasa sangat bersalah, lalu wanita paruh baya itupun langsung memeluk tubuh gadis itu, dan menenangkannya. " Kamu tenang saja, walaupun Miko sudah memiliki calon istri, ibu akan tetap membantumu untuk mendapatkannya," ucap Bu Mirna, dengan suara pelan.

Erna yang mendengar ucapan itu, langsung mengurai pelukan mereka. "Maksudnya, Ibu mau memisahkan mereka?" tanya Erna memastikan.

"Kalau kamu mau, ibu akan melakukannya," jawab Bu Mirna terdengar serius.

"Apa Ibu yakin?" tanya Erna ragu.

"Tentu, sekarang tergantung kamu, mau atau tidak," ucap wanita paruh baya itu.

"Maulah Bu," jawabnya antusias. Seketika wajahnya langsung berbinar, seolah mendapat secercah cahaya.

"Tapi, bagai mana caranya? Bukankah Ibu bilang wanita itu adalah calon istrinya," ucap Erna yang seketika jadi ragu kembali.

" Asal ada kemauan, pasti ada jalan," ucap Bu Mirna.

Erna hanya mengangguk pasrah.

"Ya sudah, kalau begitu kamu tenang saja, bagai manapun caranya Ibu akan gagalkan pernikahan mereka, lagi pula sejak awal ibu juga tidak menyukai gadis itu," ucap Bu Mirna.

"Kalau nantinya Ibu gagal, gimana?" tanya Erna.

"Ya misalkan nantinya mereka pada akhirnya tetap menikah, maka ibu akan tetap buat wanita itu hidup menderita," jelas Bu Mirna, membuat Erna bergidik mendengarnya.

"Ih, serem juga ya ternyata calon Ibu mertuaku ini," canda Erna.

"Ya begitulah kalau ibu tidak menyukai seseorang, berbeda denganmu Er, sejak awal Ibu itu inginnya kamu, yang bersanding dengan putra ibu Miko," ucap Bu Mirna.

Bukan tanpa alasan Bu Mirna menginginkan Erna menjadi menantunya, selain karena kaya raya, Erna adalah anak seorang lurah, sosok yang disegani di tempat tinggalnya, dan tentu saja kebanggaan sendiri bagi Bu Mirna, jika bisa berbesanan dengan Pak Lurah.

Sedangkan di kamarnya, terlihat Ratih sedang termenung, berkali-kali gadis itu menghela nafasnya, gadis itu bahkan tidak menyadari jika di dalam kamar tersebut bukan hanya ada dirinya seorang.

"Lagi mikirin apa sih?" tanya Miko, membuat Ratih tersentak kaget.

"Mas Miko, bikin aku kaget aja," ucap ya sambil mengusap dadanya.

"Habisnya kamu sih, lagi mikirin apa, hem?" ulang Miko lagi.

"Tidak apa-apa Mas, oya habis dari mana, Mas?"

"Oh, aku tadi habis dari rumah Kang Joko, ada keperluan sebentar, kenapa kangen ya?" ucap Miko sambil menarik turunkan alisnya.

"Ih, apaan sih Mas,"ucap Ratih tersipu.

"Kalau kangen bilang saja, tidak perlu malu begitu," ucap Miko lagi, pemuda berusia 23 tahun itu menangkup wajah kekasihnya, sambil menatapnya dengan lembut.

"Aku sangat mencintai kamu Ratih," ucap Miko tulus.

"Aku juga sangat mencintai Mas Miko, kamu tahu kan, seberapa besar aku mencintai kamu Mas, hingga aku rela meninggalkan keluargaku hanya agar aku bisa hidup bersamamu. Aku harap, Mas Miko menepati janji untuk selalu ada untukku, dan hanya aku satu-satunya wanita yang ada dalam hidupmu Mas," ucap Ratih dengan netra yang sudah berkaca-kaca.

"Pasti Sayang, kamu jangan pernah meragukan cinta dan ketulusanku ini, tidak akan ada wanita lain selain dirimu di hatiku sampai kapanpun, aku juga ingin membuktikan pada orang tuamu, jika aku bisa membahagiakanmu," ucap Miko yakin, membuat Ratih tersenyum mendengarnya.

Miko mulai mengikis jarak diantara mereka, matanya yang sedikit sipit, menatap penuh minat ke arah bibir tipis sang kekasih, Ratih yang mengerti apa yang akan dilakukan oleh Miko selanjutnya, langsung saja menutup mata. Hingga akhirnya bibir keduanya saling bertabrakan. keduanya saling beradu bibir, mencurahkan semua rasa lewat penyatuan bibir mereka. Hingga akhirnya ciuman itu harus terhenti saat telapak tangan seseorang mendarat mulus di pipi Ratih.

Plaak ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status