Bu Mirna melangkah mendekati ketiga wanita yang berbeda usia tersebut. Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah wanita yang bernama Erna.
"Tumben kamu ke sini, ada perlu apa?" tanya Bu Mirna lembut. Berbeda sekali saat ia berbicara dengan Ratih, kata-katanya selalu kasar, dan terkesan sinis."Kebetulan tadi aku ke pasar, lalu membeli kue ini buat Ibu," ucapnya sambil menyerahkan satu kotak kue pada Bu Mirna."Wah, kamu baik sekali Nak, beruntung sekali Miko jik mendapatkan seorang istri seperti kamu," puji Bu Mirna."Ibu bisa saja, ini juga beli Bu, bukan buatan sendiri," jawab Erna tersenyum malu." Ya tidak masalah Sayang, kalau pun beli, toh yang penting itu kan niatnya, jaman sekarang sangat susah mencari istri yang pengertian dengan ibu mertuanya," ucap Bu Mirna, lalu melirik sinis ke arah Ratih, dan itu disadari oleh Erna."Yati bilang, katanya Ibu sedang masak ya, apakah boleh aku bantu?" tanya Erna, sepertinya wanita itu berniat sedikit lama berada di sana."Tentu saja, nanti jangan pulang dulu sebelum ikut makan malam," ucap Bu Mirna. Setelahnya mereka langsung melangkah menuju dapur, sedangkan Yati sendiri memilih untuk kembali ke kamarnya. Sedangkan Ratih, mau tidak mau ikut kembali ke dapur."Bu, apa yang bisa saya bantu?" tanya Ratih lagi, yang sudah berada di dapur."Tidak perlu, memangnya kamu tidak lihat saya dan Erna lagi apa? Kalau niat bantu itu, dari tadi ke sini, bukan setelah ada Erna baru kamu datang, mau cari perhatian ya, kamu?" ucap Bu Mirna sinis."Baiklah Bu, kalau butuh apa-apa saya ada di kamar," ucap Ratih, yang langsung berbalik, hendak melangkah menuju kamar."Dasar perempuan pemalas," ucap Bu Mirna mencibir, namun masih bisa didengar oleh Ratih. Gadis itu hanya bisa menghela nafas, mendengar cibiran calon ibu mertuanya tersebut."Sebenarnya wanita itu siapa sih, Bu,?" tanya Erna, yang sejak tadi sangat penasaran, apa lagi setelah melihat cara Bu Mirna memperlakukan Ratih, yang menurutnya sangat kasar. Karena jika hanya teman kuliah Miko pasti Bu Mirna akan memperlakukannya dengan baik."Em, sebenarnya dia itu ...," Bu Mirna menggantung ucapannya, karena bingung harus mengatakan apa pada Erna, Bu Mifna merasa tidak enak hati jika mengatakan yang sebenarnya."Bu Mirna, kenapa diam? Wanita tadi siapa, Bu?" tanya Erna lagi, yang semangkin penasaran.Terlihat Bu Mirna menghela nafas kasar, sebelum akhirnya ia memberitahukan yang sebenarnya pada Erna. " Er, sebelumnya ibu minta maaf sama kamu, sepertinya ibu tidak bisa memenuhi janji ibu sama kamu," ucap Bu Mirna."Maksud ibu, apa?" tanya Erna, kian penasaran."Wanita tadi, dia adalah calon istrinya Miko," ucap Bu Mirna, membuat raut wajah Erna seketika terkejut, setelah mendengar ucapan Bu Mirna."Apa Bu, calon istri? Kenapa Ibu baru mengatakan nya sekarang?" ucap Erna, penuh kecewa. Pasalnya, Erna sangat menantikan semua yang dijanjikan oleh Bu Mirna padanya, namun sekarang itu semua hanya tinggal angan-angan saja."Ibu benar-benar minta maaf, tapi ibu berjanji padamu, akan memperbaiki semuanya, asalkan kamu bersabar," ucap Bu Mirna."Janji? Janji apa lagi maksud Ibu? Asal Ibu tahu, Ibu itu sudah terlalu sering memberikan janji padaku, aku benar-benar sangat kecewa sama Ibu, ternyata selama ini Ibu hanya menipuku dengan memberikan janji palsu, padahal aku itu sangat mencintai Mas Miko, dan sangat berharap menjadi istrinya, tapi sekarang harapan itu semua pupus," ucap Erna mengeluarkan semua uneg-unegnya. dengan air mata berderai di pipinya.Melihat Erna menangis, Bu Mirna merasa sangat bersalah, lalu wanita paruh baya itupun langsung memeluk tubuh gadis itu, dan menenangkannya. " Kamu tenang saja, walaupun Miko sudah memiliki calon istri, ibu akan tetap membantumu untuk mendapatkannya," ucap Bu Mirna, dengan suara pelan.Erna yang mendengar ucapan itu, langsung mengurai pelukan mereka. "Maksudnya, Ibu mau memisahkan mereka?" tanya Erna memastikan."Kalau kamu mau, ibu akan melakukannya," jawab Bu Mirna terdengar serius."Apa Ibu yakin?" tanya Erna ragu."Tentu, sekarang tergantung kamu, mau atau tidak," ucap wanita paruh baya itu."Maulah Bu," jawabnya antusias. Seketika wajahnya langsung berbinar, seolah mendapat secercah cahaya."Tapi, bagai mana caranya? Bukankah Ibu bilang wanita itu adalah calon istrinya," ucap Erna yang seketika jadi ragu kembali." Asal ada kemauan, pasti ada jalan," ucap Bu Mirna.Erna hanya mengangguk pasrah."Ya sudah, kalau begitu kamu tenang saja, bagai manapun caranya Ibu akan gagalkan pernikahan mereka, lagi pula sejak awal ibu juga tidak menyukai gadis itu," ucap Bu Mirna."Kalau nantinya Ibu gagal, gimana?" tanya Erna."Ya misalkan nantinya mereka pada akhirnya tetap menikah, maka ibu akan tetap buat wanita itu hidup menderita," jelas Bu Mirna, membuat Erna bergidik mendengarnya."Ih, serem juga ya ternyata calon Ibu mertuaku ini," canda Erna."Ya begitulah kalau ibu tidak menyukai seseorang, berbeda denganmu Er, sejak awal Ibu itu inginnya kamu, yang bersanding dengan putra ibu Miko," ucap Bu Mirna.Bukan tanpa alasan Bu Mirna menginginkan Erna menjadi menantunya, selain karena kaya raya, Erna adalah anak seorang lurah, sosok yang disegani di tempat tinggalnya, dan tentu saja kebanggaan sendiri bagi Bu Mirna, jika bisa berbesanan dengan Pak Lurah.Sedangkan di kamarnya, terlihat Ratih sedang termenung, berkali-kali gadis itu menghela nafasnya, gadis itu bahkan tidak menyadari jika di dalam kamar tersebut bukan hanya ada dirinya seorang."Lagi mikirin apa sih?" tanya Miko, membuat Ratih tersentak kaget."Mas Miko, bikin aku kaget aja," ucap ya sambil mengusap dadanya."Habisnya kamu sih, lagi mikirin apa, hem?" ulang Miko lagi."Tidak apa-apa Mas, oya habis dari mana, Mas?""Oh, aku tadi habis dari rumah Kang Joko, ada keperluan sebentar, kenapa kangen ya?" ucap Miko sambil menarik turunkan alisnya."Ih, apaan sih Mas,"ucap Ratih tersipu."Kalau kangen bilang saja, tidak perlu malu begitu," ucap Miko lagi, pemuda berusia 23 tahun itu menangkup wajah kekasihnya, sambil menatapnya dengan lembut."Aku sangat mencintai kamu Ratih," ucap Miko tulus."Aku juga sangat mencintai Mas Miko, kamu tahu kan, seberapa besar aku mencintai kamu Mas, hingga aku rela meninggalkan keluargaku hanya agar aku bisa hidup bersamamu. Aku harap, Mas Miko menepati janji untuk selalu ada untukku, dan hanya aku satu-satunya wanita yang ada dalam hidupmu Mas," ucap Ratih dengan netra yang sudah berkaca-kaca."Pasti Sayang, kamu jangan pernah meragukan cinta dan ketulusanku ini, tidak akan ada wanita lain selain dirimu di hatiku sampai kapanpun, aku juga ingin membuktikan pada orang tuamu, jika aku bisa membahagiakanmu," ucap Miko yakin, membuat Ratih tersenyum mendengarnya.Miko mulai mengikis jarak diantara mereka, matanya yang sedikit sipit, menatap penuh minat ke arah bibir tipis sang kekasih, Ratih yang mengerti apa yang akan dilakukan oleh Miko selanjutnya, langsung saja menutup mata. Hingga akhirnya bibir keduanya saling bertabrakan. keduanya saling beradu bibir, mencurahkan semua rasa lewat penyatuan bibir mereka. Hingga akhirnya ciuman itu harus terhenti saat telapak tangan seseorang mendarat mulus di pipi Ratih.Plaak ....Ratih terhuyung dan hampir saja tersungkur di atas lantai, jika saja Miko tidak cepat menangkapnya, namun ternyata nasib buruknya tidak sampai disitu, belum lagi hilang rasa kagetnya, tiba-tiba saja Ratih merasakan panas diarea pipinya karena tamparan seseorang.Plaak ..."Dasar wanita murahan, berani-beraninya kamu melakukan hal yang tidak senonoh di rumah saya, merayu Miko, hingga berbuat hal seperti ini, untung saja saya cepat melihatnya, coba kalau tidak, saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi," ucap Bu Mirna, dengan nafas naik turun karena amarahnya."Ibu, apa yang Ibu lakukan? Kenapa menampar wajah Ratih Bu," ucap Miko tidak terima dengan perlakuan Ibunya terhadap sang kekasih. Ya Bu Mirna lah yang dengan berani mendaratkan tangannya diatas wajah cantik Ratih, bahkan wajahnya terlihat ada gambar lima jari milik calon ibu mertuanya itu."Apa yang ibu lakukan kamu bilang? Tentu saja untuk memberi pelajaran pada perempuan murahan ini," ucap Bu Mirna sambil menunjuk ke arah Rati
Ratih cukup terkejut saat melihat seorang lelaki dari masa lalunya, berada di rumah Miko, calon suaminya. Membuat berbagai pertanyaan langsung bersarang di kepalanya."Kamu ..." ucap Ratih, membuat lelaki tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara."Ratih," gumam lelaki itu. Walaupun tidak begitu jelas, namun pria itu tahu pasti, sosok gadis yang ada di depannya adalah Ratih. Mantan kekasihnya dua tahun yang lalu."Sedang apa kamu di rumah ini?" tanya Ratih."Seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kamu di sini?" tanya balik lelaki itu."Aku--,""Sayang, sedang apa kamu di dapur?" suara Miko tiba-tiba mengagetkan keduanya, lebih tepatnya Ratih, gadis itu langsung terlihat tegang. Seolah sedang tertangkap basah, padahal mereka sama sekali tidak melakukan apapun."Mas Miko," ucap Ratih sambil memaksakan senyum.Miko menekan tombol lampu, agar ruangan tersebut lebih terang. " Loh Andi, kamu sudah pulang ternyata," ucap Miko, saat melihat seorang lelaki yang ternyata bernama Andi."I
Pagi-pagi sekali, Ratih terpaksa berkutat di dapur. Sesekali gadis itu menutup mulutnya, karena menguap, bagai mana tidak, gadis yang berasal dari keluarga kaya itu, sudah terbiasa bangun siang, setidaknya paling pagi pukul 6 pagi. Namun hari ini, dirinya harus bangun lebih awal di rumah calon suaminya.Bu Mirna melirik ke arah Ratih, tampak seringai tipis yang menghiasi wajah tuanya."Aduk itu nasinya di majicom, biar merata," perintah Bu Mirna. Ratih yang saat itu sedang menggoreng ikan, langsung melangkah menuju meja yang ada di atas meja dapur, di samping lemari tempat menyimpan makanan."Uh, Ratih merasakan sedikit panas, bersamaan uap yang keluar, saat dirinya membuka tutup majicom tersebut. Gadis itu mengibaskan tangannya di atas ucap yang mengepul tersebut, lalu mengambil sendok nasi, dan mengaduknya. Setelah selesai, Ratih menutupnya, dan kembali dengan aktivitasnya semula.Sreeng ....Ratih memasukan ikan ke dalam minyak panas, dengan sedikit melemparnya, membuat minyak ters
Ratih mengamati wajah Miko, yang terlihat sedang serius saat mengobati luka di jari tangannya. Ratih tersenyum tipis, sungguh ia merasa sangat beruntung mendapatkan Miko, lelaki itu terlihat sangat menyayanginya. Walaupun keluarganya memperlakukannya dengan tidak baik, namun Ratih tidak begitu mempermasalahkannya, yang terpenting baginya adalah, dirinya selalu bisa bersama dengan Miko, sang kekasih hati."Lain kali kamu hati-hati," ucap Miko setelah selesai mengobati luka goresan ditangan calon istrinya tersebut."Iya Mas, lain kali aku akan lebih hati-hati lagi," jawab Ratih."Harus itu, lagian kamu tadi ngapain berada di dapur sih? Apa Ibu yang menyuruhmu? Kamu itu calon istriku, aku tidak mau kamu merasa terbebani dengan tinggal di sini, dan melakukan semua pekerjaan di rumah ini," ucap Miko, yang merasa keberatan jika kekasihnya itu ikut turun ke dapur, ada saatnya nanti, pikir Miko."Tidak apa-apa Mas, aku juga tidak ada kerjaan, tidak masalah jika aku ikut membantu Ibu di dapur,
Sudah tiga hari Ratih tinggal di rumah Miko, selama tiga hari pula Pak Restu sang ayah tidak pernah menghubunginya, walaupun Ratih marah dengan penolakan ayahnya pada pilihan hatinya, namun sebagai seorang anak, Ratih juga merasa rindu dengan sosok tersebut. Karena setelah kepergian sang ibu, hanya tinggal Pak Restu lah keluarganya. Walaupun Pak Restu tidak pernah ada untuknya disaat dia butuh sosok seorang ayah. Namun Ratih tetap menyayangi dan menghormati ayahnya.Pernah suatu hari Ratih meminta perhatian sang ayah, walaupun hanya untuk sekedar makan malam saja, ataupun teman untuk bercerita, sebenarnya Ratih merasa kesepian, semenjak kematian sang ibu, Pak Restu sudah jarang di rumah, setiap waktunya selalu ia habiskan diluar, pergi pagi, dan pulang dimalam hari, itupun disaat Ratih sudah tertidur pulas di kamarnya. Jadi, walaupun mereka tinggal satu rumah, namun sangat jarang bertemu.Namun setiap Ratih mengutarakan keinginannya, Pak Restu selalu menolak, dengan alasan banyak kerj
"Dasar anak durhaka, bisa-bisanya kamu melawan papa hanya karena laki-laki kere ini," ucap seorang lelaki paruh baya, sambil menunjuk ke arah putrinya, yang saat ini sedang berdiri di depannya, bersama seorang lelaki yang dicintainya."Pah, aku dan Mas Miko saling mencintai, tolong restui kami, Pah." ucap gadis itu mohon, dengan netra yang terlihat sudah berkaca-kaca."Iya Om, saya mohon ijinkan kami untuk menikah, saya sangat mencintai Ratih, Om, saya janji akan membuat putri Om bahagia," ucap lelaki itu, mencoba meyakinkan ayah dari wanita yang dicintainya."Apa tadi kau bilang? Membahagiakan putri saya? Apa saya tidak salah mendengar? Bahkan kau sendiri saja belum bekerja, bagai mana caramu untuk membahagiakan anak saya? Jangankan membahagiakan nya, mungkin memberi makan saja belum sanggup kamu," ucap remeh lelaki paruh baya tersebut, dengan amarah yang mulai memuncak."Tapi orang tua saya punya usaha Om, dan saya yang akan meneruskan usaha tersebut, saya yakin, putri Om tidak akan
"Oh, jadi kamu orangnya, wanita yang sudah membuat anak saja tergila-gila, dan meminta agar saya, segera menikahkannya denganmu," ucap wanita paruh baya tersebut, dan dia adalah ibu dari Miko, kekasih yang dicintainya."Ratih, beliau ini adalah Ibuku," ucap Miko, memperkenalkan ibunya.Ratih langsung bangkit dari duduknya, dan langsung meraih tangan wanita paruh baya itu, bermaksud ingin menciumnya. Namun bukannya mengulurkan tangan, wanita itu malah dengan sengaja melipat tangannya di atas dada, sambil terus melempar pandangan sinis ke arah Ratih. Ratih kembali menarik tangannya, jangan lupakan senyum yang masih menghiasi wajah lembutnya, walaupun tidak mendapatkan respon yang baik, dari ibu kekasihnya, namun Ratih sama sekali tidak mempermasalahkannya."Bagai mana Bu, Miko tidak salah pilihkan? Ratih ini cantik, dan pintar Bu, dan yang lebih penting, Miko sangat mencintainya. Miko harap Ibu segera memberikan restu kepada kami Bu, karena Miko sudah tidak sabar ingin segera menikahi
Ratih terkejut bukan main saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, gadis itu mengusap dadanya beberapa kali, untuk menenangkan diri."Maaf, Mba siapa ya? Kenapa tiba-tiba masuk? " tanya Ratih.Terlihat seorang wanita muda yang lumayan cantik, sedang berdiri di depannya, dengan tatapan menyelidik, Ratih sedikit risih, karena wanita itu terus menelisik penampilannya sejak tadi."Jadi kamu calon istri, Bang Miko?" tanya balik gadis itu."I-iya, memangnya kamu siapanya Mas Miko?" tanya Ratih lagi."Aku adalah adiknya Bang Miko," ucap gadis itu."Oh, jadi kamu yang bernama Yati, adiknya Mas Miko ya, senang melihatmu, maaf ya, kalau tadi Mba kurang sopan sama kamu, habisnya Mba kaget saat kamu tiba-tiba buka pintunya," ucap Ratih. Padahal yang seharusnya minta maaf itu adalah Yati, sebab gadis itu yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dahulu."Tidak masalah, sebenarnya Ibu itu sudah memiliki seorang gadis yang ingin dijodohkan dengan bang Miko," ucap Yati santai. Gadis itu masih berdiri