Ratih terhuyung dan hampir saja tersungkur di atas lantai, jika saja Miko tidak cepat menangkapnya, namun ternyata nasib buruknya tidak sampai disitu, belum lagi hilang rasa kagetnya, tiba-tiba saja Ratih merasakan panas diarea pipinya karena tamparan seseorang.
Plaak ..."Dasar wanita murahan, berani-beraninya kamu melakukan hal yang tidak senonoh di rumah saya, merayu Miko, hingga berbuat hal seperti ini, untung saja saya cepat melihatnya, coba kalau tidak, saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi," ucap Bu Mirna, dengan nafas naik turun karena amarahnya."Ibu, apa yang Ibu lakukan? Kenapa menampar wajah Ratih Bu," ucap Miko tidak terima dengan perlakuan Ibunya terhadap sang kekasih. Ya Bu Mirna lah yang dengan berani mendaratkan tangannya diatas wajah cantik Ratih, bahkan wajahnya terlihat ada gambar lima jari milik calon ibu mertuanya itu."Apa yang ibu lakukan kamu bilang? Tentu saja untuk memberi pelajaran pada perempuan murahan ini," ucap Bu Mirna sambil menunjuk ke arah Ratih. Jangan lupakan tatapan tajam Bu Mirna yang seolah ingin menyayat habis kulit mulus Ratih.Sedangkan Ratih sendiri terlihat masih shock, dengan kejadian yang menimpanya.Miko melihat kekasihnya yang terlihat memegangi pipinya sambil meringis, terasa panas dan juga kebas, sungguh Ratih tidak menyangka jika semua ini akan ia alami."Sayang, kamu tidak apa-apakan? Coba sini lihat wajah kamu," ucap Miko sambil memperhatikan wajah kekasihnya."Astaga, sampai memar seperti ini, Ibu benar-benar keterlaluan, Bu. Miko tidak menyangka kalau Ibu bisa berlaku sekejam ini sama calon istriku," ucap Miko marah."Miko, kamu kok jadi marah sama ibu sih?" protes Bu Mirna, tidak terima, wanita paruh baya itu merasa kesal, karena Miko lebih membela Ratih dan malah menegurnya."Jelas aku marah Bu, Ibu itu sudah menampar wajah Ratih, gadis yang aku cintai," jelas Miko, walaupun saat ini Miko sedang marah, namun sebisa mungkin lelaki itu masih mengontrol emosi dengan tidak meninggikan suaranya.Walau bagai manapun, Bu Mirna adalah ibunya, wanita yang melahirkannya. Miko sangat patuh dan menghormati Bu Mirna, tidak pernah sekalipun lelaki itu berkata kasar pada Bu Mirna, apa lagi meninggikan suara di depan sang ibu. Seperti saat ini, walaupun Miko marah karena perlakuan ibunya, namun Miko, masih mencoba mengontrol emosinya. Ia tidak ingin menjadi anak yang durhaka, karena melawan sang ibu."Lagi pula kalau Ibu mau marah, bukan pada Ratih, salahkan saja Miko, karena Miko yang memulainya." jelas pemuda itu. Miko melangkah menuju laci nakas, lalu mengambil sebuah salep yang berbentuk odol.Bu Mirna melirik Miko, yang terlihat sedang mengolesi wajah Ratih dengan salep, matanya menatap sinis ke arah gadis itu.'Sialan wanita ini, karena dia, Miko jadi marah denganku, untung saja Erna sudah pulang karena ada urusan, coba kalau dia melihat semua ini tadi, bisa gawat. Huh, awas saja kamu Ratih, tidak akan aku biarkan kamu menikah dengan putraku Miko,' batin Bu Mirna.***"Ibu kenapa?" tanya Yati, saat melihat wajah kusut ibunya."Abangmu," jawab Bu Mirna."Abang? Maksudnya bang Miko?" tanya Yati memastikan."Iya, siapa lagi Abangmu kalau bukan Miko, asal kamu tahu, tadi ibu baru saja dibentak oleh Abangmu itu," adu Bu Mirna."Loh, kok bisa Bang Miko membentak Ibu, sih? Memangnya ada apa, Bu?" tanya Yati."Semua ini karena wanita sialan itu, Ratih." jawab Bu Mirna, wanita paruh baya itu mengepalkan tangannya, rasa benci semangkin tumbuh dihatinya untuk gadis itu."Bisa Ibu ceritakan padaku?" tanya Yati penasaran, bagai mana mungkin abangnya Miko bisa membentak ibu mereka, sementara Yati sangat tahu, jika abangnya itu sangat hormat, menyayangi ibu mereka."Bu Mirna pun lantas menceritakan semua, perihal yang dilakukan oleh Miko padanya, tentunya dengan dibumbui sedikit kebohongan didalamnya. Bu Mirna juga membuat seolah-olah Ratih lah yang bertanggung jawab dengan semua ini, Bu Mirna ingin kalau Yati juga membenci gadis itu dengan mengarang keburukannya."Benar seperti itu, Bu?" ucap Yati sedikit tidak percaya."Buat apa ibu membohongi kamu Nak, tidak ada untungnya. Ibu hanya kasihan saja pada Abangmu, jika sampai nantinya dia menikah dengan gadis itu, ibu takut Abangmu akan semangkin terpengaruh oleh keburukannya, atau mungkin dia akan mempengaruhi Miko dan mengusir kita dari rumah ini," ucap Bu Mirna."Kurang ajar sekali wanita itu, Yati kira dia wanita yang baik dan lembut, tidak sangka, ternyata calon istrinya Bang Miko seperti itu," ucap Yati geram." Maka dari itu Nak, jangan mudah terpengaruh dengan orang asing, apa lagi dengan wajah seperti Ratih," ucap Bu Mirna.'Kamu tidak akan bisa hidup bahagia, jika masih ada aku sebagai ibunya Miko,' ucap hati Bu Mirna.***Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Ratih yang sejak tadi tidak dapat memejamkan mata, langsung bangkit dari dari tidurnya. Wanita itu turun dari tempat tidur."Sebaiknya aku keluar sebentar," molognya.Ratih membuat pintu kamarnya, gadis itu melihat lampu di ruang tengah telah mati, namun masih ada lampu yang menyala disudut ruangan.Prang ...Ratih terkejut saat mendengar suara benda pecah, dan itu terdengar dari arah dapur. Dengan sedikit rasa takut, gadis itu melangkah menuju dapur, untuk melihat apakah ada orang di sana. Saat sudah berada di dapur, Ratih melihat ada seseorang yang sedang berjongkok di atas lantai, sepertinya orang tersebut sedang membereskan pecahan kaca yang baru saja jatuh di lantai."Siapa dia? Apa dia Mas Miko," gumam Ratih, saat melihat sosok pria, yang sedang berjongkok sambil membelakanginya, saat itu lampu dapur terlihat remang, karena memang tidak seluruhnya menyala."Siapa kamu?" ucap Ratih, membuat orang tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara."Kamu ...Ratih cukup terkejut saat melihat seorang lelaki dari masa lalunya, berada di rumah Miko, calon suaminya. Membuat berbagai pertanyaan langsung bersarang di kepalanya."Kamu ..." ucap Ratih, membuat lelaki tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara."Ratih," gumam lelaki itu. Walaupun tidak begitu jelas, namun pria itu tahu pasti, sosok gadis yang ada di depannya adalah Ratih. Mantan kekasihnya dua tahun yang lalu."Sedang apa kamu di rumah ini?" tanya Ratih."Seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kamu di sini?" tanya balik lelaki itu."Aku--,""Sayang, sedang apa kamu di dapur?" suara Miko tiba-tiba mengagetkan keduanya, lebih tepatnya Ratih, gadis itu langsung terlihat tegang. Seolah sedang tertangkap basah, padahal mereka sama sekali tidak melakukan apapun."Mas Miko," ucap Ratih sambil memaksakan senyum.Miko menekan tombol lampu, agar ruangan tersebut lebih terang. " Loh Andi, kamu sudah pulang ternyata," ucap Miko, saat melihat seorang lelaki yang ternyata bernama Andi."I
Pagi-pagi sekali, Ratih terpaksa berkutat di dapur. Sesekali gadis itu menutup mulutnya, karena menguap, bagai mana tidak, gadis yang berasal dari keluarga kaya itu, sudah terbiasa bangun siang, setidaknya paling pagi pukul 6 pagi. Namun hari ini, dirinya harus bangun lebih awal di rumah calon suaminya.Bu Mirna melirik ke arah Ratih, tampak seringai tipis yang menghiasi wajah tuanya."Aduk itu nasinya di majicom, biar merata," perintah Bu Mirna. Ratih yang saat itu sedang menggoreng ikan, langsung melangkah menuju meja yang ada di atas meja dapur, di samping lemari tempat menyimpan makanan."Uh, Ratih merasakan sedikit panas, bersamaan uap yang keluar, saat dirinya membuka tutup majicom tersebut. Gadis itu mengibaskan tangannya di atas ucap yang mengepul tersebut, lalu mengambil sendok nasi, dan mengaduknya. Setelah selesai, Ratih menutupnya, dan kembali dengan aktivitasnya semula.Sreeng ....Ratih memasukan ikan ke dalam minyak panas, dengan sedikit melemparnya, membuat minyak ters
Ratih mengamati wajah Miko, yang terlihat sedang serius saat mengobati luka di jari tangannya. Ratih tersenyum tipis, sungguh ia merasa sangat beruntung mendapatkan Miko, lelaki itu terlihat sangat menyayanginya. Walaupun keluarganya memperlakukannya dengan tidak baik, namun Ratih tidak begitu mempermasalahkannya, yang terpenting baginya adalah, dirinya selalu bisa bersama dengan Miko, sang kekasih hati."Lain kali kamu hati-hati," ucap Miko setelah selesai mengobati luka goresan ditangan calon istrinya tersebut."Iya Mas, lain kali aku akan lebih hati-hati lagi," jawab Ratih."Harus itu, lagian kamu tadi ngapain berada di dapur sih? Apa Ibu yang menyuruhmu? Kamu itu calon istriku, aku tidak mau kamu merasa terbebani dengan tinggal di sini, dan melakukan semua pekerjaan di rumah ini," ucap Miko, yang merasa keberatan jika kekasihnya itu ikut turun ke dapur, ada saatnya nanti, pikir Miko."Tidak apa-apa Mas, aku juga tidak ada kerjaan, tidak masalah jika aku ikut membantu Ibu di dapur,
Sudah tiga hari Ratih tinggal di rumah Miko, selama tiga hari pula Pak Restu sang ayah tidak pernah menghubunginya, walaupun Ratih marah dengan penolakan ayahnya pada pilihan hatinya, namun sebagai seorang anak, Ratih juga merasa rindu dengan sosok tersebut. Karena setelah kepergian sang ibu, hanya tinggal Pak Restu lah keluarganya. Walaupun Pak Restu tidak pernah ada untuknya disaat dia butuh sosok seorang ayah. Namun Ratih tetap menyayangi dan menghormati ayahnya.Pernah suatu hari Ratih meminta perhatian sang ayah, walaupun hanya untuk sekedar makan malam saja, ataupun teman untuk bercerita, sebenarnya Ratih merasa kesepian, semenjak kematian sang ibu, Pak Restu sudah jarang di rumah, setiap waktunya selalu ia habiskan diluar, pergi pagi, dan pulang dimalam hari, itupun disaat Ratih sudah tertidur pulas di kamarnya. Jadi, walaupun mereka tinggal satu rumah, namun sangat jarang bertemu.Namun setiap Ratih mengutarakan keinginannya, Pak Restu selalu menolak, dengan alasan banyak kerj
"Dasar anak durhaka, bisa-bisanya kamu melawan papa hanya karena laki-laki kere ini," ucap seorang lelaki paruh baya, sambil menunjuk ke arah putrinya, yang saat ini sedang berdiri di depannya, bersama seorang lelaki yang dicintainya."Pah, aku dan Mas Miko saling mencintai, tolong restui kami, Pah." ucap gadis itu mohon, dengan netra yang terlihat sudah berkaca-kaca."Iya Om, saya mohon ijinkan kami untuk menikah, saya sangat mencintai Ratih, Om, saya janji akan membuat putri Om bahagia," ucap lelaki itu, mencoba meyakinkan ayah dari wanita yang dicintainya."Apa tadi kau bilang? Membahagiakan putri saya? Apa saya tidak salah mendengar? Bahkan kau sendiri saja belum bekerja, bagai mana caramu untuk membahagiakan anak saya? Jangankan membahagiakan nya, mungkin memberi makan saja belum sanggup kamu," ucap remeh lelaki paruh baya tersebut, dengan amarah yang mulai memuncak."Tapi orang tua saya punya usaha Om, dan saya yang akan meneruskan usaha tersebut, saya yakin, putri Om tidak akan
"Oh, jadi kamu orangnya, wanita yang sudah membuat anak saja tergila-gila, dan meminta agar saya, segera menikahkannya denganmu," ucap wanita paruh baya tersebut, dan dia adalah ibu dari Miko, kekasih yang dicintainya."Ratih, beliau ini adalah Ibuku," ucap Miko, memperkenalkan ibunya.Ratih langsung bangkit dari duduknya, dan langsung meraih tangan wanita paruh baya itu, bermaksud ingin menciumnya. Namun bukannya mengulurkan tangan, wanita itu malah dengan sengaja melipat tangannya di atas dada, sambil terus melempar pandangan sinis ke arah Ratih. Ratih kembali menarik tangannya, jangan lupakan senyum yang masih menghiasi wajah lembutnya, walaupun tidak mendapatkan respon yang baik, dari ibu kekasihnya, namun Ratih sama sekali tidak mempermasalahkannya."Bagai mana Bu, Miko tidak salah pilihkan? Ratih ini cantik, dan pintar Bu, dan yang lebih penting, Miko sangat mencintainya. Miko harap Ibu segera memberikan restu kepada kami Bu, karena Miko sudah tidak sabar ingin segera menikahi
Ratih terkejut bukan main saat pintu kamarnya dibuka oleh seseorang, gadis itu mengusap dadanya beberapa kali, untuk menenangkan diri."Maaf, Mba siapa ya? Kenapa tiba-tiba masuk? " tanya Ratih.Terlihat seorang wanita muda yang lumayan cantik, sedang berdiri di depannya, dengan tatapan menyelidik, Ratih sedikit risih, karena wanita itu terus menelisik penampilannya sejak tadi."Jadi kamu calon istri, Bang Miko?" tanya balik gadis itu."I-iya, memangnya kamu siapanya Mas Miko?" tanya Ratih lagi."Aku adalah adiknya Bang Miko," ucap gadis itu."Oh, jadi kamu yang bernama Yati, adiknya Mas Miko ya, senang melihatmu, maaf ya, kalau tadi Mba kurang sopan sama kamu, habisnya Mba kaget saat kamu tiba-tiba buka pintunya," ucap Ratih. Padahal yang seharusnya minta maaf itu adalah Yati, sebab gadis itu yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dahulu."Tidak masalah, sebenarnya Ibu itu sudah memiliki seorang gadis yang ingin dijodohkan dengan bang Miko," ucap Yati santai. Gadis itu masih berdiri
Bu Mirna melangkah mendekati ketiga wanita yang berbeda usia tersebut. Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah wanita yang bernama Erna."Tumben kamu ke sini, ada perlu apa?" tanya Bu Mirna lembut. Berbeda sekali saat ia berbicara dengan Ratih, kata-katanya selalu kasar, dan terkesan sinis."Kebetulan tadi aku ke pasar, lalu membeli kue ini buat Ibu," ucapnya sambil menyerahkan satu kotak kue pada Bu Mirna."Wah, kamu baik sekali Nak, beruntung sekali Miko jik mendapatkan seorang istri seperti kamu," puji Bu Mirna."Ibu bisa saja, ini juga beli Bu, bukan buatan sendiri," jawab Erna tersenyum malu." Ya tidak masalah Sayang, kalau pun beli, toh yang penting itu kan niatnya, jaman sekarang sangat susah mencari istri yang pengertian dengan ibu mertuanya," ucap Bu Mirna, lalu melirik sinis ke arah Ratih, dan itu disadari oleh Erna."Yati bilang, katanya Ibu sedang masak ya, apakah boleh aku bantu?" tanya Erna, sepertinya wanita itu berniat sedikit lama berada di sana."Tentu saja, nanti j