Share

Bab 5. Sebuah hinaan

Ratih terhuyung dan hampir saja tersungkur di atas lantai, jika saja Miko tidak cepat menangkapnya, namun ternyata nasib buruknya tidak sampai disitu, belum lagi hilang rasa kagetnya, tiba-tiba saja Ratih merasakan panas diarea pipinya karena tamparan seseorang.

Plaak ...

"Dasar wanita murahan, berani-beraninya kamu melakukan hal yang tidak senonoh di rumah saya, merayu Miko, hingga berbuat hal seperti ini, untung saja saya cepat melihatnya, coba kalau tidak, saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi," ucap Bu Mirna, dengan nafas naik turun karena amarahnya.

"Ibu, apa yang Ibu lakukan? Kenapa menampar wajah Ratih Bu," ucap Miko tidak terima dengan perlakuan Ibunya terhadap sang kekasih. Ya Bu Mirna lah yang dengan berani mendaratkan tangannya diatas wajah cantik Ratih, bahkan wajahnya terlihat ada gambar lima jari milik calon ibu mertuanya itu.

"Apa yang ibu lakukan kamu bilang? Tentu saja untuk memberi pelajaran pada perempuan murahan ini," ucap Bu Mirna sambil menunjuk ke arah Ratih. Jangan lupakan tatapan tajam Bu Mirna yang seolah ingin menyayat habis kulit mulus Ratih.

Sedangkan Ratih sendiri terlihat masih shock, dengan kejadian yang menimpanya.

Miko melihat kekasihnya yang terlihat memegangi pipinya sambil meringis, terasa panas dan juga kebas, sungguh Ratih tidak menyangka jika semua ini akan ia alami.

"Sayang, kamu tidak apa-apakan? Coba sini lihat wajah kamu," ucap Miko sambil memperhatikan wajah kekasihnya.

"Astaga, sampai memar seperti ini, Ibu benar-benar keterlaluan, Bu. Miko tidak menyangka kalau Ibu bisa berlaku sekejam ini sama calon istriku," ucap Miko marah.

"Miko, kamu kok jadi marah sama ibu sih?" protes Bu Mirna, tidak terima, wanita paruh baya itu merasa kesal, karena Miko lebih membela Ratih dan malah menegurnya.

"Jelas aku marah Bu, Ibu itu sudah menampar wajah Ratih, gadis yang aku cintai," jelas Miko, walaupun saat ini Miko sedang marah, namun sebisa mungkin lelaki itu masih mengontrol emosi dengan tidak meninggikan suaranya.

Walau bagai manapun, Bu Mirna adalah ibunya, wanita yang melahirkannya. Miko sangat patuh dan menghormati Bu Mirna, tidak pernah sekalipun lelaki itu berkata kasar pada Bu Mirna, apa lagi meninggikan suara di depan sang ibu. Seperti saat ini, walaupun Miko marah karena perlakuan ibunya, namun Miko, masih mencoba mengontrol emosinya. Ia tidak ingin menjadi anak yang durhaka, karena melawan sang ibu.

"Lagi pula kalau Ibu mau marah, bukan pada Ratih, salahkan saja Miko, karena Miko yang memulainya." jelas pemuda itu. Miko melangkah menuju laci nakas, lalu mengambil sebuah salep yang berbentuk odol.

Bu Mirna melirik Miko, yang terlihat sedang mengolesi wajah Ratih dengan salep, matanya menatap sinis ke arah gadis itu.

'Sialan wanita ini, karena dia, Miko jadi marah denganku, untung saja Erna sudah pulang karena ada urusan, coba kalau dia melihat semua ini tadi, bisa gawat. Huh, awas saja kamu Ratih, tidak akan aku biarkan kamu menikah dengan putraku Miko,' batin Bu Mirna.

***

"Ibu kenapa?" tanya Yati, saat melihat wajah kusut ibunya.

"Abangmu," jawab Bu Mirna.

"Abang? Maksudnya bang Miko?" tanya Yati memastikan.

"Iya, siapa lagi Abangmu kalau bukan Miko, asal kamu tahu, tadi ibu baru saja dibentak oleh Abangmu itu," adu Bu Mirna.

"Loh, kok bisa Bang Miko membentak Ibu, sih? Memangnya ada apa, Bu?" tanya Yati.

"Semua ini karena wanita sialan itu, Ratih." jawab Bu Mirna, wanita paruh baya itu mengepalkan tangannya, rasa benci semangkin tumbuh dihatinya untuk gadis itu.

"Bisa Ibu ceritakan padaku?" tanya Yati penasaran, bagai mana mungkin abangnya Miko bisa membentak ibu mereka, sementara Yati sangat tahu, jika abangnya itu sangat hormat, menyayangi ibu mereka.

"Bu Mirna pun lantas menceritakan semua, perihal yang dilakukan oleh Miko padanya, tentunya dengan dibumbui sedikit kebohongan didalamnya. Bu Mirna juga membuat seolah-olah Ratih lah yang bertanggung jawab dengan semua ini, Bu Mirna ingin kalau Yati juga membenci gadis itu dengan mengarang keburukannya.

"Benar seperti itu, Bu?" ucap Yati sedikit tidak percaya.

"Buat apa ibu membohongi kamu Nak, tidak ada untungnya. Ibu hanya kasihan saja pada Abangmu, jika sampai nantinya dia menikah dengan gadis itu, ibu takut Abangmu akan semangkin terpengaruh oleh keburukannya, atau mungkin dia akan mempengaruhi Miko dan mengusir kita dari rumah ini," ucap Bu Mirna.

"Kurang ajar sekali wanita itu, Yati kira dia wanita yang baik dan lembut, tidak sangka, ternyata calon istrinya Bang Miko seperti itu," ucap Yati geram.

" Maka dari itu Nak, jangan mudah terpengaruh dengan orang asing, apa lagi dengan wajah seperti Ratih," ucap Bu Mirna.

'Kamu tidak akan bisa hidup bahagia, jika masih ada aku sebagai ibunya Miko,' ucap hati Bu Mirna.

***

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Ratih yang sejak tadi tidak dapat memejamkan mata, langsung bangkit dari dari tidurnya. Wanita itu turun dari tempat tidur.

"Sebaiknya aku keluar sebentar," molognya.

Ratih membuat pintu kamarnya, gadis itu melihat lampu di ruang tengah telah mati, namun masih ada lampu yang menyala disudut ruangan.

Prang ...

Ratih terkejut saat mendengar suara benda pecah, dan itu terdengar dari arah dapur. Dengan sedikit rasa takut, gadis itu melangkah menuju dapur, untuk melihat apakah ada orang di sana. Saat sudah berada di dapur, Ratih melihat ada seseorang yang sedang berjongkok di atas lantai, sepertinya orang tersebut sedang membereskan pecahan kaca yang baru saja jatuh di lantai.

"Siapa dia? Apa dia Mas Miko," gumam Ratih, saat melihat sosok pria, yang sedang berjongkok sambil membelakanginya, saat itu lampu dapur terlihat remang, karena memang tidak seluruhnya menyala.

"Siapa kamu?" ucap Ratih, membuat orang tersebut langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kamu ...

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status