Home / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Perjanjian Malam Itu

Share

Ibu Muda Anak Mas Duda
Ibu Muda Anak Mas Duda
Author: Ocki yunita

Perjanjian Malam Itu

Author: Ocki yunita
last update Last Updated: 2024-11-26 22:04:57

"Ya Tuhan, Semoga bukan om-om botak yang bau rokok dan perutnya maju tiga langkah."  

Naya Savira kini berdiri di depan pintu sebuah kamar hotel mewah. Tangannya gemetar saat akan mengetuk. Di kepalanya hanya ada satu tujuan: melunasi utang ayahnya yang sudah menumpuk bertahun-tahun.

Meski apa yang dilakukannya salah, gadis itu tetap berdoa untuk kelancaran malam pertamanya.

"Tenang, Nay. Kerja sekali seperti ini untuk terakhir kali seumur hidup. Ini pasti mudah," bisiknya pada diri sendiri.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membuka pintu. Namun, bukannya kegelapan seperti dugaannya, ruangan itu langsung menyala terang setelah seseorang menyalakan lampu.

Di hadapannya berdiri seorang pria dengan postur tinggi, wajah tegas, dan sorot mata tajam. Ia sama sekali tidak seperti yang Naya bayangkan—tampan dan berkelas.

"Eh ... selamat malam, Mas." Naya mencoba bersikap santai, meski canggung. "Mau langsung dilayani, atau ngobrol dulu? Biar santai, soalnya ini pertama kalinya saya."

Namun, pria itu hanya menatapnya tanpa ekspresi, lalu berkata, "Kamu bisa ngurus anak kecil?"

Naya terdiam. Pertanyaan itu terdengar aneh dan tidak relevan. "Anak kecil? Maksudnya, Mas? Ini... ini mau ngapain, sih?"

"Aku sedang mencari pengasuh untuk putriku," jawab pria itu santai.

Naya mengerutkan kening. "Lho, kok jadi seperti ini? Ini beneran mau cari pengasuh, atau bercanda, Mas?"

"Serius." Pria itu duduk di sofa, menyilangkan kaki, dan memandang Naya. "Madam Dila bilang kamu baru. Itu artinya kamu belum terikat, dan aku yakin kamu cocok untuk putriku."

"Lho, lho! Saya ke sini kan bukan buat jadi pengasuh anak, Mas! Kalau soal itu, kenapa nggak cari di agen resmi aja? Kenapa lewat jalur begini?"

Pria itu tersenyum tipis. "Sudah. Tapi putriku tidak cocok dengan mereka. Aku butuh seseorang yang bisa benar-benar mengerti anak-anak, dan aku yakin kamu bisa."

Naya terdiam. Di satu sisi, ia ingin menolak dan pergi. Di sisi lain, ada rasa penasaran dan harapan untuk lepas dari pekerjaannya yang baru saja dimulai.

"Kalau saya mau, Mas bisa bantu lunasi utang keluarga saya?" tanyanya pelan.

"Berapa?"

"100 juta."

Pria itu mengangguk kecil. "Kalau kamu bisa membuat anakku berhenti menangis dan merasa nyaman, aku akan lunasi setengahnya lebih dulu."

Naya terkejut. Tawaran itu sangat menggoda. Namun, ia masih merasa aneh dengan cara pria itu. "Tapi kenapa lewat jalur ini? Mas pasti kaya. Rumah gede, duit banyak, tapi kenapa nggak langsung bayar pengasuh profesional aja?"

"Itu urusanku," jawabnya dingin. "Jadi, bagaimana? Kamu mau mencoba?"

Naya menarik napas dalam-dalam. "Oke. Saya terima. Tapi ini aneh banget, sumpah."

Pria itu bangkit, mengulurkan tangan. "Raka Wijaya," katanya memperkenalkan diri.

"Naya Savira." Ia menyambut tangan Raka, meski masih merasa ragu.

Malam itu juga, Naya mengikuti Raka ke rumahnya, sebuah mansion megah yang membuatnya kagum. Di sana, ia bertemu dengan seorang bayi mungil yang menangis tak henti-henti. Dengan segala usahanya, Naya berhasil membuat bayi itu tertawa, sesuatu yang bahkan pengasuh sebelumnya tak mampu lakukan.

"Dia cocok," gumam Raka kepada pelayan rumahnya, Mbak Yuni.

Namun, ketika bayi itu tertidur dan Naya sedang bersiap untuk beristirahat, Raka memanggilnya ke ruang kerja.

"Jadi, Mas Raka, utang saya kapan lunas?" tanya Naya penuh harap.

"Saat kamu berhasil membuat anakku sepenuhnya nyaman dan berhenti menangis sama sekali."

"Kalau nggak?"

"Kamu tetap bekerja di sini tanpa gaji."

Hah?

"Mas ini pelit apa gimana sih?" kesal Naya.

Raka tersenyum tipis. "Bisa, kok. Ada cara lain supaya aku bayar utangmu lebih cepat."

Naya mengernyit. "Cara apa?"

"Jadi istri simpananku."

Deg!

Apa pria ini bercanda atau sudah gila?

Tapi, tampaknya Naya lebih gila dibanding Raka.

Pagi-pagi, ia sudah mengenakan seragam baby sitter yang diberikan oleh Mbak Yuni kemarin malam.

Gadis itu tersenyum miris mengingat bahwa dia akhirnya menerima penawaran itu!

"Ayah, Naya mau kerja," ujarnya saat melihat sang Ayah keluar dari kamar.

"Kerja apa, Nak?" tanyanya dengan suara lemah.

"Itu..." ragunya, "Jadi pengasuh bayi, Yah. Enggak jauh dari sini kok."

'dan juga jadi pasangan pura-pura si mas duda demi melunasi utang,' lanjut Naya dalam hati--berusaha menyembunyikan kepedihan. Ini gak dosa, kan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Doa dan Harapan

    Naya tersenyum sambil mengamati bayi kecil yang tertidur dalam pelukan Maria. "Aku senang bisa jadi bagian dari perjalanan ini, Kak. Tapi sekarang, aku rasa sudah waktunya aku pulang ke rumah. Aku juga kangen anak-anakku." Maria tersenyum lembut. "Iya, Nay. Terima kasih sudah banyak membantu kami. Anak-anakmu pasti sudah menunggu." Tak lama kemudian, suara klakson terdengar dari luar rumah. Raka, suami Naya, datang menjemputnya. Naya berpamitan dan memberikan kecupan sayang pada bayi Maria sebelum akhirnya beranjak pergi bersama suaminya. Setelah Naya pulang, Tommy menatap Maria yang tengah menimang bayinya. "Kita harus segera mencari nama yang bagus untuk anak kita. Aku ingin sesuatu yang punya makna mendalam." Maria mengangguk setuju. "Aku juga berpikir begitu. Bagaimana kalau Adrian? Nama itu berarti kuat dan pemberani." Tommy tersenyum. "Aku suka. Adrian, anak kita yang kuat

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Kembali Ke rumah

    Hari itu, matahari bersinar lembut, menandai awal babak baru dalam kehidupan Maria dan Tommy. Setelah beberapa hari di klinik, bidan Desi akhirnya mengizinkan Maria pulang bersama bayinya. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka saat mengemasi barang-barang yang telah menemani hari-hari pertama mereka sebagai orang tua.Tommy dengan penuh perhatian menuntun Maria keluar dari ruangan, sementara Naya sibuk menggendong si kecil dengan penuh kasih sayang. "Aduh, Kak, aku nggak rela lepasin ponakanku ini. Gemes banget!" katanya dengan nada bercanda.Maria tertawa lemah. "Hush, nanti dia jadi manja kalau kamu terus gendongin."Tommy tersenyum melihat interaksi mereka. "Yuk, kita pulang. Si kecil pasti lebih nyaman di rumah."Setibanya di rumah, suasana begitu hangat. Ruang tamu telah didekorasi sederhana dengan balon-balon berwarna pastel dan tulisan 'Selamat Datang, Baby!' yang dibuat oleh Naya dan beberapa anggota keluarga lainnya. Maria terharu melih

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Junior Baru

    Hadiah Terindah Mobil melaju kencang menembus keheningan malam. Tommy menggenggam erat tangan Maria, mencoba memberikan ketenangan di tengah kepanikan yang melanda. Napas Maria semakin memburu, setiap kontraksi yang datang membuatnya semakin sulit menahan rasa sakit. Setibanya di klinik, bidan Desi dan timnya sudah bersiap. Maria segera dibawa ke ruang bersalin, sementara Tommy tetap berada di sisinya, tidak melepaskan genggaman tangannya sedetik pun. "Kamu pasti bisa, Sayang. Aku di sini," bisik Tommy dengan suara bergetar. Maria mengangguk lemah, matanya berkaca-kaca. Ini adalah momen yang ia nantikan sekaligus takuti. Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, ia berjuang melahirkan buah cinta mereka. Waktu seakan berjalan begitu lambat. Hingga akhirnya, tangisan nyaring seorang bayi pecah di ruangan itu. Tommy menahan napas, matanya langsung tertuju pada sosok kecil yang kini bera

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Mendekati Persalinan

    Beberapa bulan telah berlalu. Hari-hari terus berjalan, mendekatkan Maria pada masa persalinannya. Tommy pun untuk sementara menghentikan pekerjaannya di kebun demi merawat sang istri. Dengan penuh kasih sayang, ia memastikan Maria tidak perlu bersusah payah melakukan apa pun. Bahkan, ia melarangnya bergerak terlalu banyak agar tetap beristirahat. Beruntung, Naya adik perempuan Tommy turun tangan mengurus pekerjaan rumah, memastikan segala sesuatunya tetap berjalan dengan baik. Maria merasa tubuhnya gerah, sesuatu yang biasa dialami oleh wanita yang tengah hamil tua. Ingin menyegarkan diri, ia pun memutuskan untuk mandi. Namun, saat hendak masuk ke kamar mandi, Tommy segera menahannya. "Maria, jangan mandi sendiri. Aku khawatir kamu terpeleset," ujar Tommy dengan nada cemas. Maria tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, Tom. Aku hanya ingin segar kembali."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Pengalaman Pertama di Sawah

    Setelah beberapa hari Tomi pulang dari rumah sakit, Naya dan Raka memutuskan untuk membantu mengurus sawah yang disewa Tomi. Karena Tomi masih dalam masa pemulihan, mereka ingin memastikan bahwa pekerjaan di sawah tetap berjalan lancar. Di rumah, Naya sedang menyiapkan sarapan di dapur, sementara Raka duduk di meja makan sambil membaca berita di ponselnya. Naya menoleh ke arah suaminya. "Mas, gimana kalau kita bantu Mas Tomi urus sawahnya dulu? Dia kan masih belum sepenuhnya pulih." Raka meletakkan ponselnya dan menatap Naya dengan ragu. "Bantu di sawah? Aku nggak pernah turun ke sawah sebelumnya, Nay. Takutnya malah nggak bisa ngapa-ngapain." Naya terkekeh. "Nggak ada salahnya coba, kan? Lagi pula, Mas Tomi juga kerja sendiri di sana. Kalau kita bantu sedikit aja, pasti bakal meringankan bebannya." Raka menghela napas dan tersenyum kecil. "Ya udah, aku ikut. Tapi jangan harap aku bakal jago langsung, ya."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pulang ke Rumah, Kembali ke Hangatnya Keluarga

    Setelah lima hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Tomi diperbolehkan pulang oleh dokter. Kabar ini membuat Maria, istrinya, merasa lega dan bahagia. Sebagai langkah selanjutnya, ia segera menghubungi adik iparnya, Naya, untuk datang ke rumah sakit dan membantu mereka pulang ke rumah. Dokter tersenyum dan berkata, "Bu Maria, setelah lima hari menjalani perawatan, kondisi Pak Tomi sudah cukup stabil. Kami sudah memeriksa hasil lab dan tidak ada yang mengkhawatirkan. Jadi, hari ini beliau sudah boleh pulang." Maria menghela napas lega, lalu berkata, "Benar, Dok? Syukurlah… Saya sangat lega mendengarnya. Apa ada pantangan khusus untuk Tomi di rumah?" Dokter mengangguk dan menjelaskan, "Ya, pastikan beliau banyak beristirahat dan jangan terlalu lelah. Makan makanan bergizi dan jangan lupa kontrol sesuai jadwal. Jika ada keluhan seperti pusing atau nyeri yang tidak biasa, segera kembali ke rumah sakit."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status