"Tidak Tuan, saya tidak bisa." "Lalu apa maumu Anisa, kenapa kamu mempermainkan aku seperti ini." Leo mulai merasa kesal dengan Anisa. Anisa juga bingung harus bagaimana, skandal percintaan dengan majikannya benar-benar menyakitkan, tapi semua ini harus segera diakhiri sebelum menjadi besar dan rumit. "Hubungan kita hubungan yang tak sepantasnya Tuan," sahut Anisa. Perdebatan mereka tak membuakan hasil, Leo keluar kamar Lean dan anisa dengan mood yang buruk, dia mencoba istirahat di kamarnya namun kehadiran Ana malah membuatnya tak karuan. "Aku minta uang Mas!" "Berapa?!" "Seratus juta, aku minta kompensasi atas rasa sakit ini." Leo melongo menatap Ana, bisa-bisanya Ana memalak dirinya atas permasalahan mereka. "Aku gak ada uang segitu." "Aku nggak mau tahu." "Terserah." Kesabaran Ana tak sekuat Anisa, sehingga dia mulai mengancam Leo atas hubungan Leo dan Anisa dia juga akan mengatakan jika Lean adalah anak dari hasil serogasi pada kedua orang tua Leo. "Kamu yakin mama da
"Tuan jangan seperti ini. jika Nyonya pulang habislah saya." Anisa merengek dan memohon.Baru saja melakukan penolakan Leo sudah tak sadarkan diri, buru-buru Anisa mendorong tubuh Leo dan dia segera keluar dari kamar atasannya tersebut. Di belakang pintu kamarnya, Anisa menangis dia benar-benar takut dengan keadaan yang seperti ini, posisinya begitu lemah, hanya saja dia adalah wanita yang dicintai majikannya. "Ya Tuhan tolong aku." Puas menangis Anisa berjalan mendekati bayi majikannya, dia memandang wajah polos bayi itu, "Jika bukan karena kamu mungkin ibu akan pergi Nak, meski kamu bukan benih ibu tapi ibu sangat menyayangimu dan tidak ingin jauh darimu." Bayi itu tersenyum seolah merasakan apa yang Anisa rasakan, dan dialah alasan Anisa bertahan di rumah itu. Keesokan paginya Ana pulang dengan wajah yang sumringah, dia membawa banyak belanjaan dan meletakkannya tepat di samping Leo yang masih memejamkan matanya. "Jam berapa ini Mas, tumben masih tidur." Ana menggoyang tubuh L
Kehadiran mertuanya membuat Ana tak bebas, dia juga sering mengurus Lean padahal sebelumnya dia tidak pernah sama sekali mengurus bayi kecil itu, sepenuhnya dia percayakan kepada Anisa. "Kenapa kamu sekarang sulit diajak bertemu." Arthur mulai protes dengan sikap Ana. "Ada mertua aku di rumah." Arthur mengerutkan alisnya merasa heran dengan alasan Ana, pasalnya dulu Ana bilang jika mertuanya sangat membencinya tapi kenapa sekarang malah sang mertua ada di rumah? "Kenapa mertua kamu ada di rumah kamu?" tanya Arthur. "Entahlah Arthur." Meski mereka tidak saling mengungkapkan perasaan tapi Arthur dan Ana sering bersama bahkan nafkah batin sering dia dapatkan dari Arthur. "Jadi malam ini kita tidak bisa bersama?" tanya Arthur. "Tidak, aku tiap malam harus ada di rumah, entah sampai kapan mertuaku akan kembali ke rumahnya." Meski kecewa tapi Arthur juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima alasan Ana, mengingat mereka sendiri juga tidak ada hubungan apa-apa. Sore itu sebe
Anisa sangat terkejut melihat Mama Leo yang tiba-tiba masuk, selama ini dia meletakkan asinya di botol sehingga tidak ada yang tahu."Nyonya." Dia segera menarik putingnya dan mengabaikan Lean yang menangis.Mama Leo mendekat, dia menatap Anisa dengan tatapan marah. "Bagaimana bisa kamu menyusui Lean?" tanyanya dengan nada tinggi.Wanita paruh baya itu kini baru ingat jika asisten rumah tangga anaknya itu pernah hamil, "Aku baru ingat dulu kamu pernah hamil, kenapa bisa kamu malah bekerja sebagai baby sitter bukannya merawat anak kamu?"Anisa begitu memucat, dia tidak mungkin menceritakan semua pada ibu majikannya itu."Itu Nyonya, itu....Itu...." Anisa benar-benar gugup dan tak tau harus menjawab apa."Itu apa Anisa!" Bentaknya.Bentakkan Nyonya besarnya membuat Anisa semakin ketakutan, dia benar-benar bingung harus bagaimana."Diam dulu ya Nak," Anisa berusaha mengayun tubuh Lean."Anak saya sudah meninggal Nyonya."Akhirnya jawaban meninggal yang Anisa berikan kepada Sang Nyonya,
"Mama benar-benar nggak habis pikir sama kamu Le, bisa-bisanya mengijinkan Ana pergi berlibur." Mama Leo nampak marah dengan sang anak."Sudahlah Ma biarkan saja mungkin Ana butuh waktu untuk bersenang-senang bersama teman-temannya."Mama hanya menggelengkan kepala, menjadi seorang istri dan seorang ibu tentunya lebih mementingkan keluarga daripada liburan dan teman-teman.Anisa juga sangat menyayangkan sikap Leo yang membuat sang mama kecewa, minimal jika mengijinkan Ana paling tidak setelah mamanya pulang."Jika kamu terus memanjakannya dia akan ngelunjak dan nggak peduli sama kamu!"Leo hanya tersenyum, memang selama ini Ana sudah ngelunjak bahkan dia tidak peduli lagi sama dirinya maupun Lean, ini yang menyebabkan cinta Leo terhadapnya benar-benar hilang.Rasa kecewa yang sangat besar membuat mama ingin istirahat di kamar, dia benar-benar nggak habis pikir dengan rumah tangga anaknya yang tidak selayaknya rumah tangga orang lain.Anisa juga kembali ke dalam kamarnya, sedangkan Leo
Baru saja akan memulai aksinya, Anisa harus beranjak karena Lean menangis, hal ini membuat Leo sangat frustasi pasalnya sudah alang tanggung."Sayang, gimana ini?" "Lean jauh lebih penting Tuan," sahut Anisa.Hasrat Anisa segera menghilang sedangkan Leo harus tersiksa dengan hasratnya yang masih menggebu.Di dalam kamarnya, Lean sudah menangis Anisa sungguh iba melihat bayi itu sampai mengeluarkan air mata."Maafkan ibu Nak." Anisa segera menyusui Lean.Beberapa saat kemudian, Lean sudah tidur dan baru saja ingin menutup dadanya tangan Leo sudah menahannya."Tuan." Leo benar-benar menjadi gila, baru saja menyusui Lean kini Anisa harus menyusui ayahnya."Tuan asinya keluar." Sembari menarik rambut Leo.Hasrat Anisa kembali muncul, lidah Leo benar-benar membuatnya menggeliat bak cacing kepanasan.Malam panas penuh gairah terulang kembali, hingga tengah malam keduanya masih saja asik bergulat, Leo benar-benar perkasa sampai Anisa lemah dia masih saja kuat menggempur habis-habisan wanita
Raut wajah Anisa seketika berubah, dia tidak bermaksud membuat Leo marah karena memang sedari tadi Lukas lah yang mengetuk pintu. "Maafkan saya Tuan, tadi Tuan Lukas yang selalu mengetuk pintu jadi saya kira anda dia." Leo berjalan mendekat, "Jangan macam-macam Anisa, kamu milikku hanya milikku." Ucapan Leo membuat Anisa merinding, raut wajah dingin dan menyeramkan dari majikannya dia lihat kembali setelah beberapa lama pria itu selalu dalam mode hangat dan menyenangkan. "Iya Tuan." Dari arah luar terdengar langkah kaki mendekat, Anisa sangat gugup dia sungguh takut apalagi Leo ada di dalam bersamanya. "Apa yang kamu lakukan disini Mas?" Ana datang mencari suaminya. "Tadi aku dengar Lean menangis jadi aku melihatnya," jawab Leo masih dengan wajah kesalnya. "Ya sudah ayo kembali, kamu dicari keluarga kamu." Ana berjalan mendekat lalu menggendeng tangan Leo dengan mesra, memang dia sengaja melakukan hal itu untuk membuat Anisa tau statusnya yang merupakan Nyonya di rumah itu s
Leo berusaha menahan rasa cemburunya, dan selepas Ana berangkat barulah dia mendatangi Anisa di kamar sang anak."Kamu terlihat senang sekali!" Sindir Leo."Senang bagaimana Tuan?"Anisa merasa ambigu dengan pernyataan Leo, pasalnya dia biasa saja."Sudahlah jangan bohong, kamu senang kan bisa bersama kak Lukas." Mendapati tuduhan dari Leo membuat Anisa sedih, dia tak menyangka jika Leo berpikiran sekeji itu terhadapnya."Saya tidak seperti itu Tuan." Air mata Anisa menetes, dia benar-benar sakit hati dengan ucapan Leo, dia paham dirinya kini adalah wanita rendah yang mau digagahi suami orang tapi bukan bearti dengan setiap lelaki dia welcome."Alah, jangan mengelak." Leo masih saja tidak percaya, rasa cemburunya membuat ucapannya tidak terkontrol sehingga menyakiti Anisa."Terserah anda Tuan." Anisa pun pasrah.Melihat sikap Anisa semakin membuat Leo kesal, ekspektasinya sungguh berbeda.Tanpa aba-aba pria itu membawa Anisa di atas tempat tidur dan segera menindihnya."Apa yang and