Dukung cerita ini terus yah.... See u next part :D
Dicintai Max membuat Lisa serba salah, apakah ia berhak mendapatkan itu semua, ataukah ia harusnya tak mempertimbangkan hal itu? Kini hujan membasahi kota Jakarta, ia yang akan berangkat ke kantor akhirnya batal karena Max memaksanya untuk tidak berangkat bahkan Max memanipulasi pekerjaan Lisa, dikatakan bahwa Lisa ikut dengan Max ke Bandung untuk perjalanan bisnis. Lisa sendiri hanya bisa menurut dan memiliki banyak waktu untuk bermain dengan baby Axel yang terus menempel padanya. Bahkan ketika Resti menawarkan untuk bergantian menggendong, baby Axel menolak dan menangis keras. "Hem, seneng banget ya Baby Mamanya gak berangkat kerja?" ujar Resti menggoda Lisa. Baby Axel malah semakin antusias, "Mama mama mama!" Lisa hanya bisa memutar bola matanya lelah, bagaimanapun ia tak bisa menyalahkan naluri si bayi yang masih merindukan sosok ibu. Hanya saja ia tak tau, apakah ia mampu meninggalkan baby Axel suatu hari nanti. "Kemarin pas Tuan malem-malem ke kamar baby Axel, baby Axel tib
Tengah malam sekitar jam 12.00 WIB ketika akan mengambil air di dapur yang ada di lantai dasar, Lisa melihat Max duduk di sana dan menunduk, tetapi Lisa jadi curiga karena Max tidak bergerak sama sekali. Kemudian Lisa berjalan menuju sang majikan dan terkejut ketika melihat Max tertidur."Pak!" panggilnya.Max terbangun dan terkejut melihat Lisa yang tengah menatapnya dengan wajah khawatir. Ia juga melihat sekeliling yang terang, tadi waktu ia ke dapur ia tak menyalakan lampu."Kenapa Bapak tidur di sini?" tanya Lisa penasaran.Mendengar pertanyaan itu, Max mengingat-ingat kejadian sebelum ia tidur."Tadinya saya mau buat kopi, tapi ketiduran. Kamu kenapa turun?" tanya Max.Ia baru sadar dan melihat Lisa yang membawa botol air minum."Saya mau ambil air, Pak, habis soalnya."Max mengangguk-anggu, kemudian membiarkan Lisa mengambil air putih di dispenser yang tersedia. Ia merindukan sosok Lisa itu, entah kenapa, padahal Ia sering melihat Lisa, tapi sudah hampir seminggu mereka tidak bi
Ada banyak resiko yang akan Lisa tanggung ketika ia bersama Max, menyetujui lamarannya. Ini berkaitan dengan status Max yang sekarang sebsgai kekasih orang lain. Namun, ia juga tak bisa membohongi dirinya sendiri tentang rasa nyaman, rasa suka dan bibit-bibit cinta yang timbul pada pria dewasa itu. Kata Mia, ia terlalu polos untuk menanggapi perasaan para laki-laki. Sahabatnya itu juga takut kalau Lisa dibohongi oleh seorang pria saat ia sudah merasa nyaman dengannya. Namun, entah apa yang Max lakukan, ia seperti mengaplikasikan sihir padanya hingga ia mengatakan 'iya' saat Max menanyakan jawabannya saat mereka berangkat bersama. Pria itu langsung tertawa bahagia, bahkan hampir memeluknya. Sehingga sekarang, ia dan Max tengah duduk di depan nenek Lisa sebagai walinya. "Lisa, kamu yakin dengan ini?" tanya sang nenek. Lisa mengangguk yakin, "Aku gak akan sampai sini kalau gak yakin." "Kamu masih muda, tapi kamu yakin dengan Tuan Alexander?" tanya neneknya lagi. "Iya Nek, aku sudah
"Tentu saja tidak, Mommyku tersayang. Aku punya alasan kuat, bahwa setelah aku menduda, aku paham bahwa aku salah langkah memilih wanita sebagai istri, akupun salah dalam menghadapi wanita, harusnya aku lebih perhatian dengannya, tapi aku egois." Diana berdecak sebal, "Kata-kata dari orang yang selalu mengulang kesalahannya." "Mom, aku bisa memperbaiki ini." "Dia lugu dan miskin, mudah dimanipulasi, sementara kamu ahli dalam hal manipulasi," ujar Diana tak mau kalah. "Terserah kalian, tapi Mommy tetap tidak setuju," tegasnya menunjukkan ekspresi tak suka. Ketiga orang tua lain dan Lisa hanya bisa menonton perdebtan Diana Vs Max yang sengit. Mereka tak mau kalah dua-duanya, masa-masa keras kepala dan terus berdebat sampai akhirnya Baby Axel menangis karena lapar. Lisa langsung minta izin untuk pergi dari ruangan itu agar bisa menyusui bayi susunya baby Axel. Baby Axel sepertinya tidak nyaman dengan atmosfer orang dewasa di ruang VIP itu, memang suasananya sangat tidak bagus untukn
Bukan Diana kalau ia diam saja atas apa yang tidak ia tsetujui. Tentu ia akan melakukan sesuatu yang bisa membuat rencananya atau keputusan yang berhasil ia tidak suka dengan pilihan putranya dan ia sudah terlanjur menyukai lari saja di bagian manapun caranya next harus mau bersama Larissa meskipun ia tidak setuju sama sekalipun pada dasarnya Larissa sendiri sudah mengajukan beberapa ide untuk melancarkan niar mereka, seperti saat ini Diana dan Larissa sengaja mengunggah foto mereka berdua di atas kapal pesiar. Mereka sengaja melakukan itu tak lain untuk menegaskan bahwa Max dan Larissa memiliki hubungan serius, sampai Diana sebagai calon istri Max dekat dengan calon mertua. larissa.uk Quality Time hehe princessdiana_alexander Luv Disukai oleh 270.880 akun dan 1.890.456 akun, tentu saja keduanya adalah influencer di negara masing-masing dan mudah bagi mereka memanipulasi followersnya. Caption foto itu tentu sangat ambigu dan mengundang banyak spekulasi. Intinya adalah, Larissa da
Picture maxellio.alex3 Hi, Mama .... Foto itu mendapat 2.098.756 dalam sehari, lalu menjadi gosip panas sampai ke semua portal berita-berita yang ada di negeri ini. Larissa yang melihatnya pun mneggeram tak terima, bagaimana bisa Max melakukan hal-hal seperti itu. Padahal ia sudah menyerang dan ia kira itu berhasil, tetapi Max memang tangguh dalam hal melawan. Di sebrang sana, Diana sama kesalnya dengan Larissa, bagaimana bisa Max melakukan semua itu. Ia berhasil membuat postingannya dan Larissa tak berguna karena postingan sang anak yang lebih meyakinkan. "Ada apa, Di?" tanya sang suami melihat kegelisahan istrinya. "Anakmu membuat ulah, aku tak terima." "Ck, sampai kapan kalian akan perang begini? Aku sudah lelah melihatnya, kalian sudah sama-sama dewasa. Dia punya pilihannya sendiri." "Jadi kau membelanya?!" marah Diana. Lorey langsung memeluk sang istri, ia memang sangat sabar menghadapi istrinya yang bandel bin emosian, cemburuan pagi. Namun, Diana tak mau memperbaiki
"Lisa, ke ruangan saya sekarang," perintah Max tanpa menunggu jawaban. Ia langsung masuk ke dalam ruangan dan menunggu di pintu dengan menahannya dengan tangannya sendiri. Fano dan kedua sekretarisnya hanya planga-plongo melihat itu. Sementara sementara Lisa sudah seperti sapi yang dicocok hidungnya, ia tidak bisa bergerak menolak atau hanya sekedar beralasan kalau ia tidak bisa masuk ke sana karena sebuah tugas atau apa, karena pada akhirnya Max akan tau tugasnya persis dari Fano langsung. Sejujurnya, tugasnya di sana memang cukup remeh dan seperti kata sekretaris 1 Max, bahwa keberadaannya di sana kadang mengganggu pekerjaan mereka karena tidak efisien dan tidak membantu secara signifikan. Sehingga tanpa ada ia dalam pekerjaan itu mereka bisa berjalan dengan mudah. Maka, Lisa pun masuk ke dalam ruangan itu dengan Max si duda tampan sekaligus juga majikannya. Namun, ternyata mereka tidak hanya berdua, ada dua orang yang sepertinya siap mengambil gambar. Lisa sendiri menatap Max
Postingan yang diposting oleh Tiwi dan manajemennya pun langsung booming di media sosial. Tentu kebanyak dari mereka mempertanyakan siapa sosok calon istri Max yang misterius, bahkan mereka tidak tau namanya. Meski tak melihat wajahnya, dengan cepat Larissa tahu siapa sosok itu. Sebelumnya ia sudah menyelidiki siapa saja yang dekat dengan Max, tentu Larissa bisa langsung tahu siapa sosok itu. Max tidak jauh dengan dirinya, circlenya sama-sama orang yang bebas dan tidak religius, tapi satu-satunya orang yang dekat dengan Max sebagai karyawannya dan memakai pakaian yang memperlihatkan ketaatan pada agamanya adalah Lisa. Larissa tahu tentang itu, ia juga tau tidak hanya dirinya yang tau tentang fakta Lisa adalah orang yang ada di wawancara. Ia juga mencari cara untuk membalas postingan Max. Semua orang harus tau, ia harus terlihat baik-baik saja meskipun ia patah hati. Namun, belum sampai ia menemukan ide itu, Max sudah menelponnya terlebih dahulu. "Bagaimana kabarmu, Nona Larissa?" s