“Aku ulangi sekali lagi, kau Lucas Ryder, bukan?” Suara berat itu terdengar lebih tajam. “Ada paket untukmu.”
Lucas menelan ludah. Bahu pria itu masih kaku, tetapi matanya cepat-cepat mencari detail dari bayangan di kaca pintu minimarket. Lucas mengernyit. Perlahan, dia menoleh. “Paket?” tanya Lucas memastikan. “Iya.” Pria itu sedikit menunduk, lalu mengeluarkan kotak kecil dari tas selempangnya. “Tadi aku ke rumahmu, tapi ada tetanggamu yang bilang kalau kau baru saja pergi. Sayangnya, pengirim paket ini menyuruhku untuk memberikannya langsung padamu. Dia juga mengirimiku foto, jadi aku mengenalimu.” Lucas memicingkan mata. Dia menatap pria dengan tanda nama Parin itu dari ujung kepala sampai sepatu hitam kusam yang kurir itu kenakan. Raut wajah Lucas masih penuh waspada. “Siapa yang mengirim?” tanya Lucas tajam. Parin mengangkat alis sebentar, lalu membuka map ke“Su!” seru Sereia begitu melihat Sydney masuk ke kamarnya di pagi hari.Zaleia yang sedang duduk di playmate dan menyusun balok, hanya diam memperhatikan kembarannya.“Ya, ini waktunya menyusui. Siapa yang mau duluan?” tanya Sydney sambil tersenyum dan duduk di sofa menyusui.Sereia berdiri dengan kaki kecilnya yang masih sedikit gemetar.Bayi berusia satu tahun lebih itu tumbuh semakin mirip dengan Morgan versi perempuan.Begitu pula dengan Zaleia.Anak-anak yang Sydney kandung sendiri ini benar-benar tidak menurunkan satu bagian dari dirinya sedikit pun.“Ku!” jawab Sereia yang baru bisa mengoceh satu suku kata.Saat Sereia melangkah tertatih ke arah Sydney, sang ibu merentangkan tangan untuk menyemangatinya.Sereia akhirnya duduk di pangkuan Sydney dan mulai menyusu.“Kalau Sereia sudah selesai, Zaleia jalan ke Mami ya?” pinta Sydney pada Zaleia yang kini memainkan boneka yang tadi dimainkan oleh Sereia.Tanpa menoleh dan mengucapkan kata, Zaleia hanya mengangguk.Sebenarnya Zaleia
Di hati Sydney hanya ada Morgan. Tidak ada tempat lagi untuk pria lain.Dalam dunia bisnis, apalagi perusahaannya bergerak di bidang hiburan, sebenarnya tidak jarang Sydney mendapat rayuan dari para pria.Tidak hanya yang masih lajang. Pria yang sudah beristri dan cukup gila pun pernah ada yang berusaha mendekati Sydney.Semuanya Sydney tolak mentah-mentah. Wanita itu bahkan meminta Zya untuk membuat daftar hitam nama-nama rekan bisnis yang terlalu melewati batas.Mereka yang ada di dalam daftar hitam itu harus membuat surat permintaan maaf bermaterai lebih dahulu, jika ingin melanjutkan kerjasama dengan perusahaan Sydney.Malam itu, Morgan tidak langsung membawa Sydney pulang ke mansion. Dia justru memerintahkan sopir untuk pergi ke tempat lain.“Toko perhiasan?” Sydney mengangkat kedua alis kala melihat di mana mobil mereka berhenti.“Ya,” jawab Morgan singkat, lalu turun dari mobil lebih dulu.Seperti biasa, Morgan akan membukakan pintu mobil untuk Sydney dan membantu istrinya kelu
Seorang pria dapat mencium niat pria lain dengan mudah. Apalagi jika menyangkut daerah teritorinya yang akan dijajah.Sydney adalah daerah teritori Morgan. Dan Morgan dapat tahu dengan mudah bahwa dua pria yang sedang bersama istrinya itu punya maksud lain.Sekalipun pada awalnya mereka hanya membicarakan pekerja, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada akhirnya jika alkohol sudah berbicara.Morgan merasa sedikit lega, kala dia tidak mencium aroma alkohol dari mulut Sydney.Istrinya aman, tetapi jika terus bersama dua pria itu, tidak ada yang bisa menjamin keamanannya akan bertahan berapa lama.Morgan melepaskan bibirnya dari bibir Sydney. Matanya menatap dalam manik cokelat wanita itu.Sydney menghela napas dan berkata, “Aku suka bibirmu. Tapi kita baru saja berciuman di depan artisku.”Sydney akhirnya menarik Morgan lebih dekat.“Morgan, kenalkan, ini Jonatan dan Gilbert aktor di bawah naungan Zahlee Entertainment. Jonatan, Gilbert, kenalkan ini Morgan, suamiku.” Sydney memperkena
“Berhenti mengurusku!” tegur Sydney sambil sedikit menggebrak meja pelan.Kedua pria itu tersentak. Mulut mereka tidak lagi saling berdebat untuk hal yang tidak penting.“Aku sudah cukup minum hari ini,” lanjut Sydney. “Sekarang jelaskan, apa keperluan kalian? Aku mungkin seumuran dengan wanita yang sering kalian rayu di klub malam, tapi aku ini atasan kalian yang sudah bersuami.”Sydney menyandarkan punggung ke sofa sambil melipat tangan di depan dada. Matanya menatap mereka bergantian dengan tajam.“Ada proyek film yang sedang saya incar, Nyonya. Tapi Gilbert menerimanya lebih dulu.” Jonatan bicara lebih dulu.Tatapan pria yang sudah menjadi artis Zahlee Entertainment selama 10 tahun itu berubah tajam saat menatap pria kedua yang bernama Gilbert.“Seperti katamu, aku menerimanya. Berarti aku ditawarkan!” balas Gilbert sengit sambil mengepalkan tangan di bawah meja.Jonatan terbungkam, seakan baru menyadari bahwa apa yang dikatakan Gilbert benar.Namun tidak mungkin Jonatan mengakui
“Bukannya aku ingin melarangmu, Honey. Tapi anak-anak butuh salah satu orang tuanya tetap berada di mansion, terutama Jade dan Jane,” jawab Sydney sambil mengusap lengan Morgan. “Mereka ada tugas merakit kapal laut mainan untuk Hari Orang Tua di sekolah.”Morgan masih mengernyitkan dahi tidak suka.“Atau lebih baik aku batalkan saja acara malamnya?” tanya Sydney beberapa saat kemudian, kala Morgan tidak kunjung menjawab.Sydney menaikkan salah satu sudut alisnya.Zya tampak cemas saat Sydney mengatakan hal itu. Namun dia tidak dapat menunjukkan ekspresinya dengan jelas.Sementara Morgan hanya mendengkus, sadar bahwa Sydney sebenarnya tengah merajuk.Sydney selalu berusaha memprioritaskan keluarga di atas segalanya. Apalagi jika bicara soal anak-anak.Namun Sydney ingin melakukan itu tanpa merasa dikekang oleh siapa pun, termasuk Morgan.Saat ini Sydney sudah terlanjur mengiakan undangan Zya. Tidak mungkin dia batalkan, sekalipun acaranya masih beberapa jam lagi.Apalagi sudah sejak la
“Kau serius melakukan ini padaku?” tanya Ken sambil mengernyitkan dahi dalam. Morgan mengangguk tanpa ragu. “Om Andrew sudah lama memiliki rencana untuk mengkhianatimu. Dan aku sudah memperingatinya saat kau terbaring di meja operasi, tapi dia tetap melakukan tindakan bodoh itu.” Ken mengepalkan tangan dengan kuat. Dia terdiam beberapa saat sambil menatap Morgan lurus-lurus. “Sekali pun aku akan menjadi Direktur Utama rumah sakit, aku tetap bisa menjalani peranku di Poseidon Exports. Sialan!” Ken mengumpat sambil memutar tubuh membelakangi Morgan dan berkacak pinggang. Morgan tersenyum miring. “Jadi kau menerima rumah sakit itu?” tanya Morgan seraya mengangkat salah satu alisnya. Ken sedikit menoleh ke samping hingga separuh wajahnya terlihat oleh Morgan. Dia tengah menyembuyikan matanya yang berkaca-kaca dari Morgan. “Kau sudah memecatku, aku harus mencari nafkah di tempat lain!” jawab Ken dengan galak, menutupi perasaan harunya. Namun Morgan dapat melihat itu dengan j