공유

Bab 64. Rebutan Andini

작가: Ucing Ucay
last update 최신 업데이트: 2025-08-11 09:08:38

Andini mengerjapkan mata perlahan. Sinar matahari menelusup masuk dari celah gorden kamar rawat inap, menyinari sebagian wajah bantalnya. Suara obrolan pelan dan dentingan alat medis samar terdengar di sekeliling. Yang membuatnya kaget bukan itu—melainkan suara tawa kecil yang dia kenal baik, tepat di sebelah telinganya.

"Nyenyak tidurnya, Sayang?" Suara itu menyapa dengan penuh kemenangan. "Meluk Mas sampai enggak bisa nafas."

Refleks, Andini membuka mata. Di hadapannya, tiga orang perawat berdiri sambil tersenyum kaku, baru saja menyelesaikan pemberian obat kepada Hannan yang duduk dengan santai di ranjang. Lelaki itu memasang senyum paling menyebalkan di dunia, membuat Andini langsung sadar situasinya.

Wajahnya memanas. Dia baru sadar—mereka tidur begitu dekat, posisi yang—sangat tidak pantas disaksikan oleh orang lain.

"Jangan bergerak, diam disitu," lanjut Hannan cepat, sebelum Andini sempat menjauh. Tatapan isengnya tidak berubah sejak semalam.

Andini ingin menghilang. Ingin men
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 75. Perang Sunyi

    Hujan tipis menggerimis di luar jendela gedung kosong sebelah proyek pembangunan milik Alfaruq Group. Lantai berderit, lampu remang, dan aroma alkohol menyatu dalam atmosfer gelap yang mencurigakan. Tempat itu jauh dari kesan profesional, namun sore itu, Dirga justru tampak duduk nyaman di sudut ruangan bersama seorang perempuan bermata tajam."Kukira kita sudah terlalu tua untuk bermain pekerjaan kotor seperti ini," ucap Dirga sambil menyalakan rokok. Asap mengepul perlahan, membentuk pola-pola samar yang langsung larut oleh embusan kipas angin berdebu.Dhira duduk di seberangnya, menyilangkan kaki dan menyentuh bibir gelas wine dengan jari. "Tapi kita belum terlalu tua untuk balas dendam."Mereka saling berpandangan. Tidak ada senyum. Hanya rasa puas yang muncul dari sudut bibir keduanya. Sebuah pesan singkat yang masuk ke ponsel Dirga beberapa menit lalu menjadi pemantik senyum lebar itu—pesan dari seseorang dalam sistem keamanan Alfaruq Group yang melaporkan ketegangan setelah ins

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 74. Tidak akan Kalah

    Senja jatuh pelan di balik kaca jendela ruang kerja keluarga Alfaruq. Warna jingga menelusup masuk, menabrak perabot mewah yang serba gelap. Di tengahnya, duduk dua sosok yang sedang tenggelam dalam percakapan: Lena Alfaruq, matriark penuh wibawa, dan Hannan Alfaruq, lelaki yang dunia hormati karena ketegasan dan ketepatan langkahnya.Meski damai dari luar, hawa di dalam ruangan terasa padat. Ada ketegangan halus yang mengendap, menyusup pelan ke dalam setiap jeda pembicaraan.Lena duduk di hadapan putranya, menyilangkan kaki anggun dengan elegansi khas seorang perempuan yang sudah terlalu sering bersentuhan dengan dunia kekuasaan. Wajahnya tenang, tapi matanya penuh isi."Mereka mencium desas–desus tentang kedekatanmu. Sesuatu yang tidak kamu sukai," ujarnya, membuka percakapan dengan nada hati-hati.Hannan yang sedari tadi menatap layar laptop lantas menutupnya pelan. Lelaki beralis tebal itu mendongak, menatap ibunya tanpa senyum."Sesuatu yang tidak saya suka?" ulangnya datar. Mat

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 73. Insiden Di Makam

    Udara terasa lembab, namun bukan karena hujan. Ada hawa ganjil yang Andini sendiri tak bisa jelaskan. Tangannya masih sedikit bergetar, sisa dari kejadian yang baru saja terjadi—kejadian yang nyaris merenggut nyawanya.Hannan berjalan setengah langkah lebih cepat dari Andini, menggendong Lingga yang masih tertidur di dadanya. Wajah pria itu nyaris tanpa ekspresi. Hening. Tapi mata tajamnya terus menelusuri sekitar. Sekilas, Hannan menoleh ke titik tempat motor berjaket hitam itu melintas, lalu lenyap. Tak ada suara kemarahan keluar dari mulutnya, tapi aura tubuhnya berbicara banyak—gelap, penuh tekanan.Andini memperhatikan langkah Hannan yang terasa lebih berat dari biasa. Pria itu memang tidak berkata apapun sejak menyelamatkannya. Tapi justru karena itu, dia tahu: sesuatu sedang bergerak di dalam kepala Hannan. Bukan sekadar marah. Melainkan lebih dari itu."Ada yang luka?" Hannan bertanya tanpa menoleh.Andini menggeleng pelan. "Enggak, Mas.""Masih shock? Yakin kuat jalan, atau m

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 72. Lamaran Sederhana

    Pagi itu, matahari belum tinggi ketika Hannan mengetuk pintu kamar. Ketukan pelan, tapi cukup untuk membangunkan Andini yang masih tidur sambil mendekap Lingga. Mata perempuan itu terbuka perlahan, melihat Hannan berdiri di ambang pintu dengan pakaian santai—kaus hitam, celana panjang kain, dan sepasang sepatu hitam yang tampak baru."Mas Hannan?""Selamat pagi.""Pagi. Tumben sekali rapi.""Kamu juga harus siap–siap. Kita mau pergi."Andini bangkit pelan dari tempat tidur, mengerjap. "Pergi? Masih jam enam. Mau pergi ke mana?""Nanti kamu tahu," jawab Hannan singkat. "Saya mau bawa kamu ke tempat penting."Andini ingin protes, tapi mengenal Hannan, dia tahu itu sia-sia. Beberapa puluh menit kemudian, mereka sudah berada dalam mobil. Hannan menyetir sendiri, dengan satu tangan menggenggam stir, sementara tangan lainnya meremas pelan jemari Andini. Lingga tertidur di kursi belakang dalam dekapan hangat selimut.Beberapa kali Andini mencuri pandang. Wajah Hannan terlihat tegang, tapi da

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 71. Hujan Hangat di Balik Pintu Kaca

    Andini menggeliat pelan di bawah selimut ketika merasakan matanya mulai terbuka. Ruangan masih dalam nuansa lembut—dinding bercat hangat, jendela terbuka menyuguhkan bias cahaya pagi yang baru saja menyentuh permukaan lantai kayu.Di sebelahnya, Hannan masih lelap. Napas pria itu teratur, lengan panjangnya masih melingkar di pinggang Andini dengan posesif yang khas. Seolah dunia tak boleh menyentuh calon istrinya—selain dia.Andini menyentuh pipi Hannan pelan, kemudian bangkit hati-hati. Namun, belum juga dia berdiri, jemari Hannan menangkap pergelangan tangannya."Mau kemana?" suara itu berat, baru bangun, tapi tetap terdengar dominan. "Mau mandi. Badanku lengket banget, Mas. Kamu masa nggak ngerasa?""Saya juga mau mandi," jawabnya sambil membuka satu matanya.Andini tertawa pelan, menepis tangan Hannan. "Kalau gitu kamu mandi duluan, aku mau cek Lingga. Gantian."Namun Hannan malah menarik selimut, dan dalam satu tarikan lembut namun pasti, Andini sudah kembali bersandar di dadany

  • Ibu Susu Jadi Ibu Sambung Anak CEO   Bab 70. Janji Tidak Pergi

    Udara kamar menyisakan keheningan yang nyaris sempurna. Aromanya lembut—campuran lavender dari diffuser di sudut ruangan dan sisa aroma mint yang tertinggal di kulit pria itu. Andini menarik selimut hingga ke dada, mengira malam itu akan berakhir tenang, tanpa drama. Tapi hidup bersama Hannan Alfaruq tidak pernah sesederhana itu.Baru saja matanya mengatup, sebuah tangan berat meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya perlahan. Hangat. Kuat. Dan sangat familiar. Punggung Andini bertemu dada bidang Hannan, lalu dagu lelaki itu mendarat santai di atas bahunya.“Mas ...,” desis Andini, matanya setengah terbuka. “Katanya mau tidur.”“Tidur, iya. Tapi peluk dulu,” balas Hannan dengan suara malas, berat, dan ... manja.Andini mengerucutkan bibir, menahan tawa. “Lho, dari tadi ini apa kalau bukan dipeluk?”“Pelukan biasa. Aku maunya yang spesial. Yang lengket. Yang lama.”Andini terkekeh pelan. “Kamu tuh ... bayi besar. Nggak ada capeknya.”Tawa kecil mengisi ruang. Tapi keheningan kembali men

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status