Bab 17Malam setelah pertemuan Sam dengan ibunya, Airin. Bayi itu menjadi rewel. Tidurnya tak nyenyak, hingga berkali-kali membuat sang Daddy terjaga akibat tangisnya. Dengan menahan kantuk, Abraham berusaha menenangkan Sam.Ia memang berkomitmen bahwa malam adalah saatnya quality time dengan Sam, ia memutuskan untuk merawat sendiri putranya saat malam hari tanpa bantuan baby sister ataupun mamanya.Akan tetapi, malam ini pekerjaan menjaga Sam cukup memberatkannya. Bayi itu tak berhenti menangis sehingga membuatnya kewalahan.Abraham pun akhirnya memutuskan untuk menemui Ayleen dan meminta bantuannya untuk menenangkan Sam.Dengan Sam dalam gendongan, ia mengetuk pintu kamar Ayleen. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka, menampilkan Ayleen dalam versi bangun tidur."Pak Abra?" Ucap Ayleen terkejut. "Sam kenapa, Pak?" Tanya Ayleen."Iya, nggak tahu ini, kok tiba-tiba rewel aja, saya sampai nggak bisa tidur. Kamu bisa bantu jaga dia dulu tidak? Saya ngantuk banget, besok pagi ada meeti
Bab 18"Iya, Pak, buka baju. Kan skin to skin, bagaimana caranya bisa skin to skin kalau tidak membuka baju?" Tanya Ayleen bingung."Kan bisa pakai kulit tangan, atau kulit-kulit yang lainnya?" Sahut Abraham."Tapi lebih efektifnya memang dada bertemu dada, Pak." Ayleen menjelaskan."Ya sudah, kamu buka baju Sam, lalu biarkan dia di kasurnya, nanti biar saya urus sendiri," titah Abaraham, tentu dia tak nyaman jika harus bertelanjang dada di depan Ayleen."Baik, Pak." Ayleen pun segera mengukuti arahan tuannya, meletakkan bayi dalam gendongannya di kasur, untuk membuka bajunya.Namun baru saja Ayleen melepas Sam dari gendongannya, bayi itu kembali menangis histeris, membuat Ayleen merasa tak tega melihatnya, pun dengan Abraham, ia kembali meminta Ayleen untuk menimang bayi itu."Kamu lepas bajunya sambil digendong bisa, kan? Tanya Abraham."Bisa, Pak," sahut Ayleen."Ya sudah, lakukan!" Titah Abra.Ayleen pun duduk di tepi ranjang, masih dengan menimang Sam, ia bersenandung kecil, semb
Bab 19Abra berbaring di ranjang yang tersedia di kamar Sam, lalu meminta Ayleen meletakkan Sam di dadanya. Darah Ayleen berdesir hebat, kala punggung jarinya tak sengaja menyentuh dada Abra saat neletakkan Sam di sana. Bayi itu segera menemukan posisi nyaman di atas dada daddy-nya. Kedua tangan kekar Abra mendekapnya erat, memberikan kehangatan."Saya pakaikan selimut ya, Pak?" Tawar Ayleen."Heemm!" Jawab Abra dengan kesadaran tersisa lima watt.Ayleen segera meletakkan selimut di permukaan punggung Sam, sebuah kain tipis yang hanya melindunginya dari terpaan udara malam secara langsung. Saat demam, bayi tidak memerlukan selimut yang tebal, karena selimut tebal hanya akan memperburuk kondisinya."Kamu jangan ke mana-mana, ya? Jagain Sam, jangan sampai jatuh. Kalau dia sudah nyaman, dan demamnya sudah turun, pindah ke sisi saya. Saya ngantuk banget, nggak tahan lagi untuk tidak memejamkan mata," ucap Abraham dengan suara lebih seperti kumur-kumur."Ba ... baik, Pak," sahut Ayleen ter
Bab 20Ayleen mengerjap, seolah merasa ada pasang mata yang tengah memperhatikannya. Perlahan, katup matanya terbuka, sesaat ia terdiam, kemudian menyadari, bahwa kini telapak tangannya bertumpuk dengan telapak tangan Abraham memeluk Sam.Pandangan Ayleen kemudian beralih pada tubuh Abra yang berada di hadapannya, dada tanpa busana membuatnya yang belum sadar sepenuhnya mendadak berteriak.WeSontak Abraham terbangun karena terkejut, begitupun dengan Samuel. Bayi itu seketika menangis mendengar jeritan Ayleen."Ayleen! Kamu apa-apaan sih!" Tegur Abraham, tangannya dengan cepat mengambil Sam dan membawanya ke dalam gendongan. Menenangkan bayi itu dengan menepuk-nepuk pundaknya.Ayleen terlihat bingung. "Maaf, Pak ... saya terkejut melihat Bapak di sini," sahut Ayleen sekenanya."Kok kamu yang terkejut? Harusnya saya yang terkejut, kamu ngapain di sini? Bukannya semalam saya minta kamu langsung kembali?" Balas Abraham.Ayleen tampak mengingat-ingat, pandangannya masih mengarah pada dad
Bab 21Sore ini, Abra dan Ayleen melakukan perjalanan ke Malang, bersama beberapa orang suruhan Abra yang lainnya. Mereka telah merencanakan sesuatu untuk bisa mendapatkan berkas-berkas yang dibutuhkan Ayleen untuk pengajuan gugatan cerai.Sepanjang perjalanan, Ayleen terlihat tak tenang. Wanita itu terus terlihat gelisah, melihat itu, Abraham menjadi tak tega."Kamu kenapa, Ayleen?" Tanya Abraham."Ehm ... tidak apa-apa, Pak, saya hanya takut," sahut Ayleen sambil menunduk dan meremas jemarinya. Sore ini, mereka jalan ke Malang tanpa Sam. Untuk kali pertama, mereka jalan hanya berdua. Abraham sengaja meninggalkan Sam di rumah demi keamanannya."Apa yang kamu takutkan?" Tanya Abraham."Saya takut, Erwin mengetahui kedatangan saya, dan dia akan mencegah saya kembali, Pak, " tutur Ayleen menunduk."Itu tidak akan pernah terjadi, Ayleen!" Ucap Abraham yakin."Kenapa Bapak begitu yakin? Erwin adalah orang yang sangat licik dan licin, mata-matanya ada di mana-mana, ia akan dengan mudah men
Bab 22Mobil yang ditumpangi Ayleen dan Abraham berhenti tak jauh dari rumah Erwin."Saya harus bagaimana ini, Pak?" Tanya Ayleen bingung."Kamu harus tenang dulu, jangan turun sebelum kamu merasa tenang!" Sahut Abraham.Ayleen tampak menghembuskan nafas."Saya nggak bi—""Kamu bisa! Nggak usah takut, nggak usah khawatir, saya ada di sini untuk membantu kamu. Sekarang kamu minum ini, lalu atur nafas kamu sampai tenang," tutur Abraham perhatian. Tangannya bergerak memutar tutup botol air mineral yang masih tersegel dan menyerahkannya kepada Ayleen.Ayleen menerima botol tersebut, "terima kasih, Pak," ucapnya kemudian segera meneguknya sampai sedikit tumpah-tumpah karena tangannya gemetaran dan dia melakukannya dengan buru-buru."Pelan-pelan saja, Ayleen." Abraham memperingati."Maaf, Pak," sahut Ayleen, mengusap ujung bibirnya yang basah."Tutupnya!" Ucap Abraham menyerahkan tutup botol yang masih digenggamnya.Ayleen segera meraihnya, lalu menutup botol yang dibawanya."Sekarang atur
Bab 23"Lepaskan Ayleen!" Titah Abraham sekali lagi, tanpa memperdulikan pertanyaan Surya tentang siapa dirinya.Surya tersenyum sinis, "kau tak bisa seenaknya meminta seorang Ayah melepaskan putrinya." Surya berucap tak gentar, walau dalam hati ia penasaran, siapa gerangan lelaki tampan yang memberikan perlindungan untuk Ayleen itu.Daddy Sam itu tersenyum sinis. "Ayah mana yang tega mengorbankan kebahagiaan putrinya dengan membiarkannya berada di lembah kesengsaraan? Anda mengaku seorang Ayah tapi tak memiliki kasih sayang di hati Anda, apakah pantas disebut Ayah?" Sahut Abraham tenang, namun berhasil menohok relung hati terdalam ayah Ayleen."Kurang ajar!" Sentak Surya bersiap memberikan bogeman untuk Abraham. Namun Ayleen segera mencegah."Jangan, Yah!" Teriak Ayleen.Abraham hanya tersenyum tipis. "Lepaskan Ayleen untukku. Akan kukabulkan apapun permintaanmu!" Ucap Abraham menarik perhatian Surya."Pak, tidak perlu, sebaiknya kita pergi saja dari sini," cegah Ayleen, tak ingin le
Bab 24"Mas Arsya kerja di sini?" Ayleen bertanya setelah beberapa saat terkejut. Senyumnya tampak lebar menyambut pertemuan dengan lelaki bernama Arsya tersebut."Iya. Elite ya kamu sekarang, makannya di restoran, nggak di warteg Mak Dah lagi," canda Arsya menyebut warteg yang terkenal di kampung mereka.Benar, kampung mereka. Arsya dan Ayleen, keduanya adalah muda mudi yang cukup aktif berinteraksi, berasal dari kampung yang sama, namun terpisah karena Arsya memilih jalan hidup di perantauan, walau ternyata hanya di kecamatan sebelah saja.Ayleen hanya tersenyum canggung, "diajak majikan, Mas ... kalau nggak mana mungkin aku bisa makan di tempat kayak gini? Beliau Pak Abra, majikan aku." Ayleen mengarahkan pandangannya ke arah Abraham.Lelaki dewasa itu hanya tersenyum tipis ke arah Arsya."Mas Arsya ini tetangga saya di kampung, Pak," tutur Ayleen menjelaskan."Lebih tepatnya salah satu pengagum Ayleen yang terpaksa harus patah hati ditinggal nikah, Pak," sambung Arsya SKSD."Apa s