Share

BAB 192

Penulis: Fredy_
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-22 18:50:48
Mobil melaju pelan meninggalkan area butik. Nayla yang sudah gelisah sejak mereka melakukan sesi foto, langsung merogoh tasnya, mengeluarkan ponsel, lalu menekan tombol video call ke nomor Surti.

Leo sempat melirik dengan senyum geli. “Baru juga beberapa jam, Nay…”

“Aku khawatir, Leo. Ini pertama kalinya aku ninggalin Matteo lama dari siang sampe sore,!” Nayla membalas lirih.

Video call tersambung, dan diangkat cepat. Wajah Surti muncul, rambut dicepol, kaos kuningnya tampak sedikit lecek.

"Ti, kamu aman? Matteo rewel, ya?" cerocos Nayla.

“Halo, Ibu Nayla!" sapa Surti, berjalan seperti keluar dari kamar.

“Ti… Matteo gimana? Udah minum susu? Rewel nggak? Dia nyariin aku nggak?” Nayla menembakkan pertanyaan. Surti mengernyit bingung.

“Eeeh… sabar, Bu Nay,” sahut Surti. Kamera bergeser, menyorot Matteo yang tidur pulas di dalam box bayi. “Nih lihat, pangeran kecilnya tepar. Dia tadi abis minum susu napsu banget, terus nemenin aku nyetrika sambil ngoceh-ngoceh sendiri… habis itu tid
Fredy_

Akhirnyaaaa bisa juga 3 bab sehari hahaha.....

| 17
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Apri Yani
resepsi aja belum tapi 'honeymoon' sudah ber part part, dasar pak leo...
goodnovel comment avatar
Bisri
Cepet selesaiin masalah sama adrian deh. Kesel sama muak bgt Lagi manis"nya malah ada masalah-,
goodnovel comment avatar
Mutaharotin Rotin
woooo LEO NAY mau wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 219

    Tanpa terasa, mereka sudah berpindah dari satu gerobak ke gerobak lain. Lima—bahkan mungkin lebih—kuliner sudah mereka cicipi. Keringat mengucur dari kening sampai leher dan terus meluncur ke punggu Leo, sebelum akhirnya ia menyerah, melepas jas dan menyampirkannya di lengan. Kemeja putihnya kini tergulung rapi sampai siku, dasinya sudah lama ia lepaskan entah sejak gorengan keberapa.Nayla tertawa kecil sambil mengusap perut. Ia dan Leo sudah berada di titik cukup kenyang. Sebaliknya, Emily justru terlihat seperti baru memulai. Gadis berambut pirang itu melangkah cepat menyisir barisan gerobak, matanya berbinar setiap kali membaca papan menu.“Oh! What is that?”“And this smells amazing!”“Leo, Nayla, lihat... kue-pan-cong-lu-mer?!” bacanya, dengan aksen yang lucu.Punggung Emily yang bergerak lincah di antara keramaian tertangkap jelas oleh pandangan Nayla. Gadis itu tampak begitu antusias, seolah dunia malam Jakarta adalah taman bermain barunya. Dan entah kenapa, di tengah riuh taw

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 218

    Sejak roda mobil Leo meninggalkan halaman rumah, Emily sudah tak bisa diam.“So… where are we going?” tanyanya antusias, duduk tegak di kursi belakang, matanya berbinar. "Aku cari di google... ada fine dining in SCBD. Review bagus, bintang lima. Atau... rooftop restaurant? With city view? Oh! Or Japanese omakase—”“No,” jawab Nayla singkat, sambil memeriksa lipstiknya di kaca kecil.Emily berkedip. “Okay… how about Italian? Pasta, wine—”“No.”“French?”“No.”Leo yang menyetir melirik sekilas ke spion, menahan senyum. Emily mulai tertawa kecil, mengira itu bercanda.“You’re joking, right? Kita mau dinner, kan?""Yes," sahut Nayla, melempar tatapan ke luar jendela.Emily cemberut di kursi belakang, lalu bergumam kecil, "Then where? Kita makan apa?"Nayla hanya tersenyum misterius. Leo fokus ke jalan, pura-pura serius, padahal bahunya sedikit bergetar menahan tawa.Mobil terus melaju, meninggalkan deretan gedung tinggi dan lampu-lampu elegan. Lalu perlahan, suasana berubah. Jalanan maki

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 217

    Ya, suasana di ruang tengah sore itu sebenarnya memang sudah sempurna. Nayla sudah segar, Matteo sudah kenyang, Surti sudah selesai masak untuk dirinya sendiri—sampai tamu tak diundang itu masuk lewat jalur dianter CEO Graha Utama.Surti yang sedang duduk bersila di karpet, memainkan crib toys yang berputar warna-warni bersama Matteo, sontak menoleh begitu mendengar suara gadis yang sudah ia tandai di telinganya. Dan... Emily berdiri di sana, tersenyum lebar seperti di rumahnya sendiri saja.“Hi… Matteo!” sapa Emily riang dengan aksen Inggrisnya yang kental.Matteo yang sedang mencoba menggapai mainannya berhenti sejenak, menoleh Emily sekilas—lalu langsung balik lagi menatap Surti, tangannya terjulur-ulur penasaran.Surti cuek saja, memutar lagi tuas mainan yang hampir berhenti berputar, sambilengambil Matteo, aambil tersenyum kecut."Lucu ya, Teo... berputar... berputar...” ucapnya singkat, tetap fokus pada Matteo tanpa sedikit pun niat untuk berbasa-basi dengan Emily.Emily berkedi

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 216

    Aroma vanila dari diffuser di kamar menambah senyum lebar di wajah Nayla. Dia baru saja selesai mandi, lebih awal dari biasanya. Rambutnya sudah dikeringkan, sedikit disisir ke samping, dan kulitnya yang lembap setelah mandi membuat wajahnya tampak segar. Ia tersenyum kecil—malam ini, untuk pertama kalinya setelah resepsi, mereka akan makan malam sebagai suami–istri di luar rumah, tanpa perlu takut pada kamera dan sorotan.Maka ketika semalam Leo berkata, “Besok aku akan pulang cepat dari kantor. Kita dinner di tempat romantis, ya,” hatinya langsung melompat senang.Nayla meraih pouch make-up, hanya ingin menambahkan sedikit lip gloss dan blush tipis saja. Leo tidak pernah menuntutnya tampil berlebihan—hanya menjadi diri sendiri saja sudah cukup untuk membuat lelaki itu membolak-balik tubuhnya tiga kali sehari.Nayla sudah menunggu Leo di ruang tengah, bersama Matteo dan Surti, ketika suara pintu depan terbuka.“Aku pulang…”Suara maskulin itu... meski sudah sering mendengarnya, tetap

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 215

    Suasana ruang rapat Graha Utama beberapa hari ini terasa berbeda—lebih hidup, lebih optimistis. Semenjak ucapan selamat berbahagia membanjiri Leo, pria itu memang seakan tak pernah kehabisan energi.Diagram proyeksi keuntungan terpampang di layar pun menambah kebahagiaan bapak anak satu itu. Blueprint rencana pembangunan resort baru di Austria memenuhi meja, lengkap dengan catatan-catatan detail.Leo berdiri di depan, rapi dengan kemeja putih dan setelan charcoal grey, memimpin jalannya presentasi dengan percaya diri tinggi.“Dengan koneksi dari Tuan Borden, dan seluruh penjualan aset Berlin yang sudah resmi dialihkan ke proyek Austria, pembangunan resort akan berjalan sangat cepat—perkiraan saya hanya tiga bulan,” ucap Leo, nada suaranya mantap.Beberapa manajer senior saling pandang—semua sama-sama melihat peluang besar di depan mata.Leo melanjutkan, “Fase satu dimulai bulan depan. Saya minta semua tim siap dalam dua minggu. Putra, kamu pimpin koordinasi dengan tim arsitek. Meeting

  • Ibu Susu Polos Pak Boss   BAB 214

    Hari-hari setelah resepsi berlalu secepat gosip tetangga yang baru mampir lima menit tapi sudah tersebar ke seluruh kompleks. Rutinitas kembali seperti semula—atau setidaknya, kembali ke versi 'baru' setelah pesta besar mereka.Leo berangkat kerja setiap pagi, tapi sedikit berbeda dari sebelumnya, kini ada dua orang yang menunggunya dipeluk lama-lama sebelum ia pergi. Nayla, dengan rambut digulung asal-asalan dan piyama kusut minta dikoyak, selalu menjadi tujuan pertama.Setelah itu, Matteo—yang kini semakin lincah—merengek protes kalau belum mendapat jatah pelukan ayahnya.“Papa kerja dulu, ya. Papa sayang kalian,” ujar Leo sambil memeluk dua orang kesayangannya—menciumi pipi Nayla, kening Matteo, lalu kembali ke pipi Nayla lagi seakan belum puas.“Dadaaaah Papa… pulang bawa oleh-oleh, yaaa…” ujar Nayla menirukan suara bayi, lengkap dengan ekspresi menggemaskan."Hei..." Leo tertawa sambil menempelkan wajahnya ke leher Nayla, enggan melepaskan. “Aku cuma ke kantor, bukan ke luar nege

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status