Share

41. Tidak Akan Tertarik

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-23 16:54:10

“Aku bilang berhenti tersenyum seperti tadi pada orang lain! Kamu sedang bekerja, bukan sedang memamerkan senyumanmu!”

Kira tidak mengerti kenapa Kai terus menerus melarangnya untuk tersenyum. Padahal menjadi ramah adalah bagian dari tugasnya, sama seperti Lia.

“Ini sudah di luar jam kerja, Mas, nggak seharusnya membahas hal itu sekarang,” ucap Kira pada akhirnya, membuat rahang Kai mengeras. Namun Kai tidak mengatakan apa-apa lagi dan memilih fokus pada makanannya.

Selesai makan beberapa saat kemudian, Kira bergegas pergi ke rumah Violet dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya ia malas bertemu dengan Violet, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan Luna.

Saat Kira keluar dari rumah, Kai mengikutinya, berjalan di belakang Kira tanpa berkata apa-apa, tapi Kira sadar bahwa Kai mengikutinya di belakang dan Kira merasa tatapan pria itu akan membolongi punggungnya.

Tiba di rumah Violet, Kira mendengar tangisan Luna yang kencang. Kira akan mengetuk pintu, tapi Kai yang tampak panik langsung
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
ingat perjanjian yg baru mas KAI.........
goodnovel comment avatar
Lucya Kurnialin Ha
klo ternyata julian tertarik sama kira hayo loo tw rasa qm kai..julian g bakal nglepasin kira klo tw suaminya kira punya selingkuhan
goodnovel comment avatar
Valenka Lamsiam
yang jelas kamu yang cemburu tak terima kira akrab sama julian. dan yang murahan itu ya cewek peliharan kamu itu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   188. Keputusan Kira

    “Kamu boleh mengabaikan aku, boleh mendiamkan aku, tapi aku mohon tarik gugatan cerai kamu dan kita tinggal satu rumah lagi.”Kira tertegun mendengarnya. Tak bisa dipungkiri bahwa hatinya tersentuh oleh kata-kata Kai yang terdengar tulus itu. Kira berusaha mencari-cari kebohongan dalam sorot mata Kaisar, akan tetapi hanya kesungguhan yang Kira dapati dari sana.Kira menunduk, menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Matanya semakin terasa memanas.“Kira…,” panggil Kai seraya mencapit dagu Kira dan mengangkatnya agar mereka bersitatap. Namun, dengan cepat Kira menepis tangan Kai dari dagunya. Kai tertegun sesaat. “Kumohon, beri aku kesempatan satu kali lagi saja,” pinta Kai dengan wajah memelas sembari mengacungkan jari telunjuknya. “Kali ini aku janji akan menggunakan kesempatan yang kamu berikan padaku dengan baik. Aku nggak akan menyia-nyiakannya, Kira.”Kira merasa bimbang. Ia mengalami pergolakan batin antara menerima permintaan Kai atau menola

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   187. Butuh Waktu

    Kai duduk bersandar pada pintu apartemen Julian. Ia menunggu Kira dengan sukarela mau membukakan pintu untuknya. Namun, hingga malam menjelang, Kira tak kunjung membuka pintu itu barang satu kali pun. Kai kedinginan di luar, tubuhnya yang hanya mengenakan kemeja putih dan celana bahan panjang, yang sudah kusut, terasa menggigil. Dan perutnya terasa lapar, entah sudah berapa hari tidak ada makanan yang masuk ke perutnya. Namun, Kai tidak memedulikan semua itu. Yang ia pedulikan hanya Kira. Ia tidak bisa makan dan tidur dengan tenang sebelum Kira kembali ke rumahnya dan menarik gugatan cerai itu. Sementara itu di dalam sana, Kira mengabaikan perutnya yang terasa perih. Sejak siang ia tetap duduk bersandar di pintu sambil memeluk lutut dan sesekali meneteskan air mata. Kira tidak mendengar Kai bersuara lagi sejak tadi siang. Mungkin pria itu sudah pergi dan menyerah, pikirnya. Dada Kira terasa sesak, ia butuh udara segar. Akhirnya Kira bangkit dengan perlahan-lahan, lalu membuka pint

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   186. Cinta

    Kira melihat kepergian Kaisar dengan dada yang terasa sesak. Pria itu terlihat kacau sekali. Bahkan jauh lebih kacau daripada yang terakhir kali Kira lihat saat ia makan bubur kemarin pagi.Dan Kira sempat tercenung saat melihat tangan kanan Kai yang diperban. Ada apa dengan tangan pria itu? Apa dia terluka?Namun, sedetik kemudian Kira menggelengkan kepalanya pelan, berusaha menepis rasa khawatir yang tiba-tiba memenuhi relung hatinya.“Kira, kamu baik-baik saja?” Julian akhirnya bersuara melihat Kira yang tampak sendu.Kira buru-buru menyunggingkan senyum samarnya. “Aku… mau masuk dulu. Terima kasih sudah datang, Julian.”Julian mengangguk, ia mengerti bahwa saat ini Kira butuh waktu untuk sendiri. “Baiklah, hati-hati. Kalau kamu butuh bantuan, jangan segan hubungi aku.”“Mm-hm.” Kini Kira yang mengangguk. Sebelum akhirnya Kira melangkah pergi meninggalkan Julian yang terdiam memandangi kepergiannya.Masuk ke dalam apartemen Julian, Kira duduk di sofa dengan tatapan menerawang ke ar

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   185. Jangan Sentuh Istriku!

    Kira sedang duduk di bangku taman apartemen sambil memperhatikan air mancur di hadapannya. Ia termenung sendiri, mengingat betapa rumitnya hubungannya dengan Kai saat ini.Setiap kali mengingat Kaisar, dada Kira selalu berdenyut nyeri dan sesak. Bahkan tak jarang matanya berkaca-kaca, seperti saat ini.Kira menunduk, satu tetes air matanya terjatuh.Tiba-tiba, tangan seseorang terulur memberikan sapu tangan sambil berkata, “Aku rasa kamu butuh ini.”Kira tidak perlu mendongak untuk tahu siapa yang datang. Dari suaranya yang familiar ia sudah mengenalinya. Kira mengambil sapu tangan tersebut dan menyeka air matanya.“Terima kasih,” gumam Kira sambil berusaha menyunggingkan senyuman kecil. “Kamu nggak ke kantor?”Julian duduk di samping Kira. “Sebentar lagi,” jawabnya, lalu ia menoleh, menatap Kira dengan tatapan dalam. “Kira, kamu menangisi suamimu?”Kira terdiam, ia kembali menunduk meremas sapu tangan dalam genggamannya. “Aku… nggak tahu,” gumamnya lagi, “kadang aku nggak tahu, apaka

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   184. Penyesalan

    “Aaarghhh…!!!” Kai berteriak marah sambil membanting barang-barang yang ada di atas meja kerjanya ke lantai. Ia benar-benar marah. Sangat marah hingga rasanya ia ingin menghabisi apapun dan siapapun yang ada di hadapannya. Sialan, Violet! Wanita itu telah berhasil membohongi dan membodohi dirinya. Kai tidak akan pernah bisa memaafkan wanita itu. Selama ini Kai rela memberikan apapun yang Violet inginkan demi memenuhi tanggung jawabnya sebagai ayah kandung Luna. Namun, sialan! Bahkan dalam hal sepenting itu pun Violet membohonginya. Harga diri Kai terlukai. Dan itulah yang membuat dirinya sangat murka. Kini Kai membanting vas bunga dengan kasar hingga serpihannya berceceran di lantai. Ia menyapu habis berkas-berkas di atas meja. Sekali lagi Kai berteriak marah seraya menonjok dinding. Darah menetes dari buku-buku jari tangannya. Dadanya naik turun, napasnya memburu penuh emosi. Sorot matanya menyala-nyala. Kai ingat, ia bahkan rela mengabaikan Kira yang sedang melahirkan hanya d

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   183. Terbongkar

    Kata-kata Kai membuat Violet seketika menangis. Isak tangisnya terdengar kencang, memenuhi lorong yang sunyi itu. Tangisan yang memilukan, tapi hal itu tidak membuat keputusan Kai berubah.“Nggak!” Violet menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Kalau kamu mengingkari janjimu, lebih baik aku mati saja! Kamu lihat nanti, aku akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan waktu itu!” tegas Violet, mengancam Kai bahwa dirinya akan melompat dari atap gedung seperti yang akan dilakukannya tempo hari.Kai mendengus kecil. “Vi, apa kamu mencintaiku?”“Tentu saja,” bisik Violet di sela-sela isak tangisnya. Ia memukuli dadanya dengan keras. “Kamu nggak tahu seberapa besar rasa cintaku untukmu, Kai. Aku bahkan rela mati demi kamu!”“Bukan, Vi.” Kai menggelengkan kepalanya pelan. “Yang kamu rasakan padaku itu bukan cinta, melainkan obsesi. Kamu terobsesi padaku hingga membuatmu kehilangan logika dan menyakiti dirimu sendiri.” Suara Kai terdengar rendah tapi tegas. “Itu bukan cinta, Vi. Cint

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   182. Tidak Ada Perceraian

    “Kira….” Suara Kai kembali terdengar lirih. “Aku tahu aku banyak salah. Tapi percayalah, aku menyesal. Aku nggak pernah benar-benar ingin kehilanganmu.”Kira tercenung sesaat, tapi kemudian ia mengembuskan napas kasar sambil menaruh sendok ke atas mangkuk hingga menimbulkan suara yang cukup kencang.“Aku sudah kenyang,” ucap Kira sambil berdiri, ia mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan dari dalam dompetnya, dan menaruhnya tepat di hadapan Kaisar. “Untuk buburku. Aku nggak minta kamu yang bayar.”Setelah mengatakan kalimat tersebut, Kira pun bergegas pergi meninggalkan Kaisar yang termenung.Seketika itu juga Kai bangkit dan berseru, “Kira, tunggu!” Lalu menyusul Kira tanpa sempat menyantap buburnya dan ia mengabaikan rasa lapar di perut.Kira tidak menghiraukan Kai dengan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang barang sedikit pun. Namun tiba-tiba Kai menarik tangan Kira, hingga tubuh Kira berbalik menghadap pria itu.“Apa

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   181. Tidak Mau Kehilanganmu

    Mata Kira dan Kai sempat saling pandang satu sama lain, sebelum akhirnya pintu lift menutup dengan sendirinya. Kira tertegun seraya menatap pantulan dirinya di pintu lift. Barusan ia sempat melihat sorot mata Kai yang tampak kacau.Sementara itu di luar sana, Kai mengumpat ketika ia menekan call button tapi pintu lift tak kunjung terbuka. Alhasil, ia bergegas menuruni anak tangga dari lantai 10 menuju lobi dengan langkah setengah berlari.Napasnya terengah-engah begitu ia sampai di lobi, keringat bercucuran di dahi. Mata elangnya mengedar ke sekeliling lobi demi menemukan sosok Kira. Namun, ia tidak menemukan Kira di manapun. Kai mengerang pelan sambil menjambak rambutnya sendiri.Tak ingin menyerah, Kai lantas bergegas keluar lobi dan matanya seketika melebar tatkala melihat Kira sedang menyeberangi jalan. Ia mempercepat langkah karena tak ingin kehilangan jejaknya lagi.“Kira, tunggu!” seru Kai.Namun, Kira seakan tidak ingin memperdulikan Kaisar. Wanita itu terus berjalan cepat hin

  • Ibu Susu untuk Madu Suamiku   180. Pertahanan Yang Hampir Runtuh

    Kira sedang duduk melamun di depan televisi yang tidak benar-benar ia tonton saat mendengar bel berbunyi, yang mengeluarkan Kira dari lamunannya.Kira ingat, bahwa tadi pagi Julian berkata akan menemuinya sore hari. Kira pun beranjak dari tempat duduknya dan sempat terdiam sesaat di depan pintu. Entah mengapa Kira merasa khawatir jika yang ada di luar sana bukanlah Julian.Bel kembali berbunyi untuk kedua kalinya. Kira akhirnya berseru, “Siapa?”“Aku,” jawab pria itu. “Aku ingin bicara denganmu.”Seketika itu juga punggung Kira menegang kala mendengar suara berat Kai di luar sana. Tubuh Kira tiba-tiba menggigil, dan jantungnya berdebar-debar. Mendengar suara pria itu seolah menghidupkan kembali semua luka dan rindu yang selama ini Kira coba kubur dalam-dalam.“Kira, buka pintunya! Kita selesaikan masalah ini secara baik-baik!” Suara Kai tiba-tiba berubah sedikit meninggi.Hening. Kira tidak menjawab. Kira tidak mau membuka pintu. Sebab Kira khawatir, jika ia bertemu dengan Kai secara

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status