Julian baru saja selesai menghadiri rapat penting saat ia mendapat telepon dari ibunya. Julian menghela napas panjang sambil menatap layar ponsel. Ia sudah tahu apa yang akan ibunya bicarakan. Meski begitu, Julian tetap menerima panggilan tersebut dengan enggan.
“Julian, kenapa nggak balas chat Mommy?” cecar Sandra di seberang telepon. Julian memijat pelipis. Tadi pagi ibunya memang sempat mengiriminya pesan, yang berisi alamat tempat pertemuan kencan buta dengan anak salah seorang kenalan ibunya itu. “Mom, sudah aku bilang, aku nggak tertarik ikut perjodohan lagi.” Julian bersikukuh. “Aku bisa cari calon istri sendiri.” “Kalau gitu buktiin dong ke Mommy dan Daddy. Dari dulu kamu selalu bilang begitu, tapi buktinya mana?” Sandra berdecak pelan. “Mau sampai kapan kamu hidup sendiri, Julian?” “Aku masih dua puluh sembilan tahun. Masih banyak waktu untuk memikirkan pernikahan,” timpKontrak telah berakhir.Seharusnya Bella senang karena telah putus dari hubungan kontrak antara dirinya dan Julian. Namun, entah mengapa Bella merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.Bella pikir, selama enam bulan mereka menjalani hubungan kontrak itu, tidak akan ada perasaan yang tumbuh di dalam hatinya untuk Julian.Namun ia salah. Nyatanya perasaan itu telah mengakar kuat di hatinya, entah sejak kapan.Kini setelah hubungan itu berakhir minggu lalu, Bella merasa dirinya merindukan kebersamaan mereka.Selama ‘berpacaran’ dengan Julian banyak sekali momen kebersamaan yang mereka lalui layaknya sepasang kekasih sungguhan. Ia begitu menikmati hubungan palsu itu. Hingga tanpa sadar Bella telah terjebak dalam pesona Julian yang tidak dapat ia pungkiri.Julian memberinya perhatian yang tidak pernah Bella dapatkan dari Alvin, meski Bella tahu Julian melakukan hal itu karena atas dasar kontrak. Namun Julian tampaknya tidak sadar,
Kai tersenyum sumringah pagi itu seolah-olah segala beban di pundaknya lenyap tak bersisa. Apa yang Kira lakukan padanya tadi malam berhasil membuat hati Kai bahagia.Kai bersiul sambil mengancingkan kemejanya di depan cermin. Lalu menyisir rambutnya hingga tertata rapi. Senyuman bahagia tak lepas dari bibirnya. Wajahnya berseri-seri.Kira yang memperhatikan tingkah Kai pagi ini hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Ia mendekati suaminya dan membantu mengikat dasi.“Kamu terlihat bahagia sekali, Mas,” komentar Kira sambil melirik Kai. Ia penasaran apa yang membuat Kai sampai sebahagia itu pagi ini.“Tentu saja, aku sangat bahagia.” Sudut-sudut bibir Kai terangkat tinggi membentuk senyuman menawan. “Kamu hebat semalam. Aku jadi nagih.”Kira tersenyum dengan pipi yang tiba-tiba terasa hangat. Entah mendapat keberanian dari mana tadi malam hingga ia bisa memuaskan suaminya dengan ‘cara lain’ lebih dari satu kali. Kira bersyukur karena sikapnya itu membuat Kai bahagia.“Ngomong-ngom
Kata-kata yang keluar dari bibir seksi Kira membuat saraf-saraf di sekujur tubuh Kai menegang.Kai memejamkan mata saat gerakan tangan istrinya begitu lembut hingga membuat tubuhnya panas dingin.Dua minggu tidak menyentuh istrinya membuat Kai kehausan dan kelaparan. Selama ini ia berusaha menahan diri untuk tidak meminta meski kehadiran Kira di dekatnya selalu membangkitkan gairahnya.Tanpa membuang-buang waktu, Kai menarik tengkuk Kira dan meraup bibir ranum yang tak bosan-bosan untuk ia cecap.Bibir itu terasa manis, lembut dan dingin, seperti es krim. Kai melumatnya dengan liar, membuat napas keduanya perlahan-lahan berubah memburu.Tangan Kira masih menyentuh sesuatu yang keras dan berdiri tegak yang masih terlindungi celana. Gerakan tangannya yang seduktif membuat Kai mengerang pelan dalam ciuman mereka.“Baby, jangan berhenti,” bisik Kai sebelum bibirnya turun ke leher Kira, menggigit dan menyesapnya hingga meninggalkan tanda merah di sana.Kira mengerang pelan. Erangan merduny
“Sayang, sepertinya mommy-mu sedang merajuk. Kamu tahu kenapa dia marah sama Daddy?” Kai berbicara pada Chloe, sementara yang diajak bicara hanya mengerjapkan mata jernihnya dan menggerak-gerakkan bibirnya.Chloe sedang direbahkan di atas kasur, dengan Kai yang berbaring miring di sebelahnya.“Hm? Apa?” Kai mendekatkan telinganya pada bibir bayi itu, yang jelas-jelas belum bisa bicara, tetapi Kai bertingkah seolah Chloe sedang menjawab pertanyaannya. “Ooh… karena hari ini Daddy meninggalkan kalian berdua di rumah?”Kira yang tengah berpura-pura sibuk merapikan sprai pada boks bayi–demi menghindari Kai, mendelik mendengar dugaan Kai bahwa ia merajuk gara-gara Kai yang meninggalkannya.Apa sungguh pria itu tidak peka bahwa Kira cemburu pada Camelia?“Baiklah, besok Daddy akan tetap diam di rumah menemani kamu dan mommy kamu, ya.” Kai berbisik di dekat telinga Chloe, tapi suaranya sengaja dibuat agak keras supaya tetap terdengar oleh Kira. “Bilang pada mommy, bahwa Daddy frustrasi kalau
‘Tenang, Kira. Tenang. Dia lagi fokus kerja,’ batin Kira, berusaha menenangkan dirinya sendiri yang sedang dikuasai perasaan cemburu dan overthinking.Kira berjalan mondar-mandir di kamar sambil menempelkan ponsel di telinga.Ia sudah berulang kali menghubungi Kai, tapi tidak ada satupun panggilannya yang terangkat.Kira berusaha berpikir positif bahwa saat ini Kai pasti sedang sibuk bekerja, akan tetapi postingan Camelia di media sosialnya yang diunggah beberapa saat yang lalu, berhasil membuat Kira berpikiran tidak-tidak.Bagaimana tidak?Unggahan Camelia itu berupa sebuah foto yang menampilkan pemandangan ibu kota dari ketinggian sebuah gedung. Dan Kira sangat hafal, bahwa foto itu diambil dari ruangan kerja Kai. Salah satu dinding ruangan CEO itu memang terbuat dari kaca yang memperlihatkan lanskap kota Jakarta.Dan yang membuat Kira semakin cemburu adalah… caption dalam postingan tersebut. Yang berbunyi; ‘Siang yang panas bersamamu.’ Lalu dibubuhi emoticon api tiga kali di belaka
Kira sudah tidak menemukan Chloe dan Kai di sampingnya saat ia terbangun pagi itu. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Kira tertegun sejenak. Hari ini ia bangun kesiangan lagi.Bukan tanpa alasan ia bangun kesiangan. Sejak Chloe lahir, waktu tidurnya jadi berubah. Setiap malam Chloe selalu terbangun, membuat Kira begadang semalaman dan ia baru tidur sekitar pukul tiga pagi.Sejujurnya Kai juga selalu menemani Kira begadang, tapi Kira tahu bahwa keesokan harinya suaminya itu harus bekerja. Sehingga Kira memaksa Kai untuk tidur lebih cepat.Karena dipaksa oleh Kira, Kai pun menurut. Meski begitu, Kai selalu bangun lagi pukul tiga pagi untuk menemani Chloe dan menyuruh Kira untuk tidur.Sejak kehamilan Kira berusia delapan bulan hingga sekarang, Kai memilih bekerja dari rumah dan hanya sesekali pergi ke kantor.Kira bersyukur karena ia tidak sendirian melewati masa-masa ini. Kai selalu menemaninya, memberinya perhatian lebih, dan mengambil alih Chloe sebelum Kira kelelahan.Kini,