Share

Ibu Tiriku Malaikatku
Ibu Tiriku Malaikatku
Penulis: putri ratna

Masa Kecil ( Prolog )

   Nayara Callista, itu namaku. aku

suka di panggil naya karena itu nama panggilanku, aku duduk di bangku kelas 5 SD. aku memiliki sifat yang keras kepala, bandel, dingin dan pemalu. tetapi di balik sifatku itu aku juga memiliki sifat kemandirian, ya. itu karena aku terbiasa hidup mandiri sejak kecil dan tidak pernah manja. aku juga memiliki sifat sedikit ramah tetapi hanya untuk orang yang ku kenal saja. sebaliknya jika aku tidak mengenalinya aku akan bersikap dingin terhadapnya.

Aku tidak bersama Ibu kandungku sejak aku umur 1th, Ayah ku cerai dengan Ibu kandungku setelah Ibu kandungku meninggalkan ku disaat malam hari dimana saat itu saat aku dan ayah ku yang selalu tidur di sampingku tertidur pulas dan ibuku meninggal kan ku dengan memberi surat dan menaruh nya di dadaku. aku tidak tahu alsanya entah kenapa ibuku pergi meninggalkan aku dan ayahku. hari mulai fajar dan matahari tampak muncul dari timur, saat ayah bangun dan tidak sengaja melihat ada surat di dadaku "surat apa itu" gumam ayah lalu ayah membuka surat itu dan membaca nya . selesai membaca surat itu ekspresi ayah agak aneh seperti orang bingung, kecewa dan marah. aku pun penasaran kenapa setelah ayah membaca surat itu ekspresinya berubah seolah olah ingin marah, tapi apa dayaku yang masih kecil yang tidak bisa membaca dan tidak tahu apa masalahnya.


Setelah itu ayah mengemasi semua mainan ku dan pakaianku ke dalam tas dan kardus. lalu ayah ku menggendongku dan membawaku ke terminal, dan kita naik salah satu bus yang ada di terminal itu. saat aku dan ayah naik tiba tiba ada seorang pengamen yang mencubit kakiku. entah itu karena gemes dengan ku akupun tidak tahu, tapi ayah mengabaikan itu dan ayah melanjutkan jalan ke arah kursi-kursi yang ada di dalam bus sambil menggendongku.

Tanpa ku sadari tiba tiba kita sampai di salah atu pedesaan, aku dan ayah pun turun sambil menggendongku dan membawa tas serta kardus ditanganya agak nya seperti orang repot. dan kita masuk gang dan sampai di salah satu rumah yang depanya ada rel kereta api serta kereta nya, ya. memang jaman dulu kata orang-orang di desa yang saya tempati sekarang didepan rumah mereka dibangun jalan kereta atau bisa di sebut rel kereta api. tapi sekarang sejak dikenal nya jaman modern depan rumah mereka di bangun jalan dan menggusur rel kereta itu.


aku tidak tahu dan masih bingung rumah siapa ini. lalu disambut lah kakek nenek, serta dua anak laki-laki yang umur nya muda dan remaja dan kakek nenek itu tampak bingung dan terkejut setelah aku dan ayah datang kesini. dan ayah mengatakan padaku "kamu disini ya nak tinggal sama kakek dan nenek, ayah mau cari uang buat jajan dan beli susu kamu" kata ayah sambil mengelus pelan kepalaku.


kakek dan nenek yang masih penasaran ada apa sebenarnya terus bertanya kepada ayah, secara tiba-tiba ayah menyuruh salah satu adik nya laki-laki itu untuk mengajakku bermain. saat aku lihat dari kejauhan ayah seperti menceritakan sesuatu kepada mereka, dan aku juga melihat nenek yang sedang menangis. dan disitu aku cuman berharap supaya aku cepat besar dan bisa mengerti semua apa yang sebenarnya terjadi.


keesokanya ayah pamit untuk balik ke jakarta sembari mengatakan

"naya disini aja ya sama kakek sama nenek, soalnya kalau naya disana nggak ada yang menjaga naya disaat ayah kerja nanti" kata ayah sambil mengelus kedua pundaku.

"nanti kalau naya udah besar, naya bisa kesana dan kumpul lagi sama ayah" lanjutan ayah dan setelah itu ayah langsung mengulurkan tangannya untuk salaman. dan aku pun langsung meraihnya. sembari mengatakan...

"hati-hati ya yah" kata ku dengan nada rendah dan menahan rasa ingin menangis.


setelah ayah balik ke jakarta, aku mencoba memulai hidup tanda adanya seorang ayah dan ibu di sini, dan aku cuman tinggal bersama kakek nenek dan om om (adiknya ayah). rasanya hampa dan tidak membuat diriku nyaman karna hidup tanpa kedua orang tua. tapi aku menahan rasa tidak nyaman ku itu dan berusaha untuk nyaman dan terbiasa hidup tanpa adanya mereka disampingku.


saat aku umur 5th aku berani keluar dan bermain, tidak jauh sih cuman samping rumah saja. karena kakek melarangku untuk main jauh-jauh. dan saat aku terbiasa bermain akhirnya aku dapat sahabat, namanya berlin dia sahabatku sejak kecil. berlin anak yang baik dan asik, aku sudah menganggapnya seperti saudara ku sendiri. dia juga cantik dengan rambut sebahu dan selalu memakai gamis karna gamis pakaian favorite nya. dan dia tidak suka rambut panjang, setiap tumbuh melebihi bahu pasti dia potong. ntah risih atau apa alasanya saya tidak tahu.


Flashback on...


sore-sore saat hujan deras, main hujan-hujanan karna aku suka dengan hujan. lalu saat sampai di depan rumah tetangga tiba-tiba ada anak perempuan yang menghampiriku dari arah dalam rumah.


"kamu enak ya bisa dibolehin hujan-hujanan sama ibu kamu" ucap nya setelah sampai di depanku.


"aku disini tinggal sama kakek-nenek ku saja, orang tuaku sedang bekerja di jakarta" jawab ku sedikit judes karena aku tidak mengenalinya.


"oh pantas saja, nama kamu siapa?" ucapnya sembari mengulurkan tanganya untuk mengajak ku kenalan.


"nama ku naya, nama kamu siapa" tanyaku balik sembari meraih tanganya.


"nama aku berlin" jawab nya


"ohh, salam kenal ya berlin" ucap ku dengan penuh senyuman sembari melepaskan tanganya.


"nayaaaa" teriak nenek mencariku


aku pun langsung pulang dan meninggalkan berlin.


"iya nek" jawabku.


"kamu dimana saja, jangan main jauh-jauh nanti kamu tersesat" tegasan nenek


"aku cuman main didepan rumah tetangga saja kok nek" jawabku


"ya sudah kamu buruan masuk, dan mandi, nenek buat kan kamu teh supaya tidak kedinginan" ucap nenek dan aku pun langsung masuk dan mandi.


pagi hari nya aku mendengar suara ketokan pintu dan aku pun membuka nya.


"berlin" ucapku saat membuka pintu dan mengetahui kalau itu berlin.


lalu dia mengajakku bermain di taman anak-anak seperti main ayunan dan lain lain.


setelah itu aku meminta izin nenek supaya nenek membolehkan aku bermain dengan berlin di taman.


"hati-hati ya, cepat pulang dan jangan jauh-jauh kalau main" ucap nenek.


Flashback off...


yah dari hari itu aku terbiasa bermain denganya sampai akhirnya jadi sahabat dan serasa seperti saudara sendiri.


pendaftaran TK pun di buka lalu nenek mendaftarkan ku di TK itu. dasi warna biru, atasan warna putih serta rok warna biru bermotif kotak -kotak dan rambutku yang di kepag dua dan tidak sengaja aku bertemu berlin yang daftar di TK itu juga. aku sedikit iri dengan teman-teman baruku, mereka di antar ibu dan ayah nya masing-masing tapi aku menahan rasa iriku itu lalu menyapa berlin.


"hai berlin, kamu sekolah disini juga?" sapaku kepadanya.


"iya soalnya deket dari rumah aku, nanti kita kalau berangkat sekolah bisa barengan saja" jawab berlin yang tampak bahagia.


aku membalasnya dengan anggukan dan senyuman lalu kita sama-sama mencari tempat duduk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status