Share

Kecurigaan Gean

Penulis: Garis_Langit
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-05 21:49:29

"Lalu, kau pikir aku SUDI MEMBERIKAN PUTRAKU PADA KALIAN?!!" Riana berteriak nyalang, "sentuh putraku, kubunuh kalian!" 

"Riana!" 

Plakk 

Satu tamparan mendarat pada wajah pria yang baru saja meneriakkan namanya. 

"Sentuh putraku, kuhancurkan kalian!" suara Riana dalam, penuh penekanan. Juga tatapan yang mengintimidasi. 

Namun, pria yang ditamparnya barusan balik menatap, mendekat satu langkah pada Riana.

"Jangan karena kini kau memiliki kehidupan yang berbeda, kau merasa bukan bagian dari kami. Ingatlah, Riana. Bahwa kau tidak akan pernah bisa lepas dari belenggu yang mengikat erat jiwamu. Meski kini, kau tidak bersama kami." ucapnya pelan, meremat pundak Riana kuat hingga wanita itu meringis. 

"Karena itu, seharusnya kalian takut untuk mengusikku kembali. Apa kau pikir, aku tidak sanggup menghancurkan kalian?!" setelah mengatakan itu, Riana melenggang pergi dengan langkah tergesa.

"KAU-! KEMBALI KE SINI!! URUSAN KITA BELUM SELESAI RIANA!! RIANA!!" 

Riana tidak peduli, wanita itu terus mengayunkan kaki untuk pergi dari sana secepatnya. Meski kedua orang itu terus memanggilnya dengan suara nyaring, Riana berlagak tuli. 

Pikirannya tertuju pada Randu. Randu pasti marah, dia pasti kecewa juga bingung. 

Riana harus menjelaskan semuanya. Riana tidak ingin Randu membencinya, dia tidak ingin... kehilangan Randu. 

Riana tidak tahu di mana letak salahnya. Randu jelas putra dari teman yang dititipkan padanya. Yang hingga saat ini, belum juga ada kabar berita. 

Lantas, mengapa tiba-tiba mereka meng-klaim Randu hak milik mereka? Apa hubungan mereka dengan temannya? 

Kenapa?

Ataukah... jangan-jangan...

Riana terhenyak, langkahnya terhenti seketika. Ketika sebuah pemikiran menyeruak dalam benak. 

Riana menggelengkan kepalanya kuat, mencoba menepis segala kemungkinan buruk. 

Jika asumsinya benar, maka Randu dalam bahaya. 

"Tidak. Tidak akan ada satu orang pun yang bisa merebut Randu dariku. Sekalipun itu mereka." lirih Riana pada dirinya sendiri. 

Wanita itu mulai berlari, ia harus cepat sampai dan menjelaskan semuanya pada Randu. 

Riana menggebrak pintu begitu sampai di rumah Rita. Semua orang yang sedang berkumpul menoleh terkejut. 

"Mba, ada apa?" tanya Sari khawatir.

"Kamu kenapa, Ri? Ada apa?" Gean bertanya.

Yang ditanyai hanya melongo, linglung. Antara malu dan cemas. Riana lupa, jika ia sedang berada di rumah mertuanya. 

"Ri, kamu baik-baik aja, kan?" Gean kembali bertanya khawatir. 

Riana hanya tersenyum kikuk kemudian mengangguk pelan. Pandangannya tertuju pada Randu yang sedang menata gelas di atas meja. Pemuda itu bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa. 

Riana mendekat, duduk disampingnya. 

"Randu..." panggil Riana lirih, "Ibu bisa je-"

"Nanti, bu. Randu tidak ingin mengacau di rumah Oma. Lagipula ini kali pertama buat Randu bisa kumpul keluarga kaya gini." jawab Randu dingin, tanpa menoleh.

"Tapi-"

"Apapun alasannya, kalau Ibu bicara sekarang. Mungkin Randu gak akan terima. Jadi, tolong kasih Randu waktu buat cerna semuanya." 

Riana menghela napas pasrah. Ia tidak bisa memaksa jika Randu tidak ingin penjelasan sekarang. 

Acara dimulai dengan lancar, semua orang terlibat obrolan ringan nan hangat. Rita terlihat sekali bahagia. 

Sedang Gean sedari tadi diam-diam memperhatikan gelagat aneh istrinya. Sejak Riana menggebrak pintu, Gean tahu ada yang salah. 

Sikap Randu juga tidak seperti biasa sejak sepulang membeli minuman. Meski putranya itu terlihat baik-baik saja. 

Sari mengatakan jika Riana dan Randu pergi bersama. Namun, kembali dalam waktu yang berbeda. Bahkan selisih waktu antara mereka lebih dari dua puluh menit.

Ekspresi cemas Riana begitu kentara di mata Gean. Tidak biasanya Riana seperti ini. Istrinya itu memiliki pembawaan yang tenang. Sangat jarang melihat Riana secemas ini.

Entah kenapa, perasaan Gean mulai menjadi tidak nyaman.

"Riana." panggil sang ibu mertua.

Pemilik nama menoleh. " Iya, bu?" 

"Kamu darimana aja, koq, baliknya lama?" tanya Rita santai sambil mengunyah kacang. 

Riana gelagapan. "Euh, itu, tadi, Riana..."

"Tadi Ibu ketemu sama temennya. Mereka ngobrol lama makanya Randu pergi duluan." sambar Randu cepat. 

"Temen?" Gean bersuara.

Randu mengangguk.

"Temen siapa?" 

Randu mengendikan bahu tidak tahu. Dan, jawaban Randu sukses menimbulkan kecurigaan Gean pada Riana. 

~~~~~~

Waktu menunjukkan pukul 19.07, keluarga kecil itu dalam perjalanan pulang. Selama perjalanan suasana begitu hening. 

Gean berkali-kali melirik putra dan istrinya secara bergantian. Sungguh, suasana ini membuat Gean tidak nyaman, bahkan terkesan dingin. 

Biasanya jika sedang bersama Randu, Riana akan cerewet menanyai ini dan itu. Dan, Randu akan menanggapi hal itu dengan tertawa kecil dan menjawabnya satu-persatu. 

Lantas, apa yang terjadi dengan mereka? Benarkah apa yang sedang ia pikirkan?

[Astaga, kamu mikir apa sih, Gean?!]  Gerutu Gean dalam hati.

"Senang rasanya bisa kumpul keluarga lagi setelah sekian lama. Rian bahkan tadi usul, kapan-kapan kita kumpul lagi kaya tadi. Tapi, nanti kita jalan-jalan keluar, semacam piknik keluarga. Menurut kamu gimana, Ri?" Gean membuka pembicaraan. 

Namun, Riana bergeming. Wanita cantik itu hanya menatap jalanan dengan kosong. 

"Ri." panggil Gean menepuk pelan bahu istrinya.

"Mm?" 

"Kamu lagi mikirin apa, sih?" 

"Mm, gak ada, koq. Tadi, kamu ngomong apa, Mas?" 

Gean menghela napas. "Rian ajak kita buat liburan sekeluarga, katanya biar lebih mempererat ikatan keluarga. Lagian, kita gak pernah keluar bareng buat liburan. Kamu mau, kan?" 

"Mau dong, Mas. Udah lama juga kita gak liburan bareng-bareng. Kalau menurut Randu gimana? Kamu mau ikut, kan?" 

"Hmm." Randu hanya bergumam.

Riana hanya tersenyum menghela, mencoba memaklumi segala sikap Randu hari ini. 

"Oh, iya, Ri. Soal teman kamu... tadi, siapa?" 

Baik Randu maupun Riana, sama-sama menegang di tempatnya. Tidak menyangka jika Gean akan membahas hal tadi. 

"Setahuku, kamu tidak pernah mengenalkan siapa pun sebagai temanmu. Jadi, teman siapa? Sejak kapan kamu mengenalnya? Kenapa tidak pernah mengenalkannya padaku?" 

"Euh... Itu... I-itu..." Riana gelagapan, tidak tahu harus menjawab seperti apa. Karena dirinya sendiri tidak tahu jawaban. 

Kemudian, dering ponsel mengalihkan perhatiannya sekaligus menyelamatkannya dari pertanyaan mendadak Gean. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal.

(Semuanya sudah siap, kapan kita akan memulai?) isi pesan tersebut.

Ekspresi Riana berubah, dan semua tak luput dari perhatian Gean. 

(Secepatnya. Atur saja semuanya.) balas Riana cepat. 

Pandangan Riana menajam, ia meremat kuat ponselnya. 

[Lihat dan saksikan. Aku tidak pernah melupakan siapa diriku. Aku hanya ingin kehidupan lebih baik. Tapi, karena kalian ingin merenggut satu-satunya hal berharga untukku. Aku tak segan akan menghancurkan kalian!] batin Riana penuh tekad. 

[Apa yang kamu sembunyiin dari aku, Ri?] batin Gean gelisah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Sudah Berakhir

    Gean menatap bingkisan yang lagi-lagi dikirim tanpa nama si pengirim. Beberapa saat lalu seseorang membunyikan bel rumah. Lalu, meninggalkan sebuah kotak berukuran kecil yang dibungkus dengan kertas coklat di depan pintu. Gean merobeknya kasar, hingga isinya berhamburan. Ada beberapa foto di dalamnya. Sama persis dengan kejadian tempo lalu saat seseorang mengirim bingkisan yang sama, juga berisi foto-foto blur di ruang kerjanya.Awalnya Gean ingin membuang semua foto itu tanpa perlu repot melihatnya. Namun, kemudian pria itu membelalak, ketika matanya menangkap sosok yang begitu ia kenal dalam foto tersebut. Sosok jangkung yang tengah disekap dengan kedua tangan terikat ke belakang, juga todongan senjata di belakang kepala, adalah Randu, putranya. Gean membalik foto tersebut, mencari petunjuk. Terdapat tulisan tangan yang Gean yakini adalah sebuah alamat. Tanpa pikir panjang, gegas pria itu menyambar jaket serta kunci mobil. Belum juga Gean meraih knop pintu, getaran ponsel menghe

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Hampir Berakhir

    Dengan langkah terseok-seok, juga kondisi tubuh yang tidak benar-benar baik. Riana memaksa kakinya melangkah mencari Randu. Mendobrak setiap pintu yang ia temui. Jika tidak beruntung, Riana akan bertemu musuh, kembali bertarung alih-alih kabur, kembali terluka, kembali bangkit untuk mencari sang putra. Tidak ia pedulikan sekujur tubuhnya yang terluka, rasa nyeri yang menjalar, juga pakaiannya yang compang-camping. Pikiran Riana hanya tertuju pada satu hal, memastikan Randu keluar dari tempat ini dengan aman dan selamat. Riana kembali menemukan sebuah ruangan. Kali ini tidak dia dobrak, sesaat wanita itu berpikir, kemungkinan ini adalah ruangan terakhir di gedung ini. Jika Riana tidak menemukan mereka, maka dia harus pergi ke gedung lain. Wanita itu menarik napas panjang, kemungkinannya 50:50, jika benar ini ruangan tempat Paul dan Randu sembunyi, maka dia selamat. Tapi, jika ruangan ini berisi orang-orang Lost.... Habislah Riana! Kemudian wanita itu mengetuk pintu."Paul! Kau d

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Fakta Tentang Martin

    Beku, Riana hanya berdiri mematung di depan pintu, dengan senjata api yang mengacung tepat di hadapan kepala Randu. Pemuda itu baru saja membuka mata, menatap sang Ibu dengan pandangan sendu. Martin bertepuk tangan gembira seolah tujuannya sudah tercapai. Pria yang pernah menjadi rekannya itu tersenyum begitu lebar. "Aku tidak tahu bahwa ikatan batin kalian sekuat ini!" Pekiknya senang, "yang membuatku sangat senang kau tahu, Riana? Adalah, bahwa kau datang sendiri ke sini dengan senang hati tanpa aku perlu repot-repot menyusun rencana untuk memancingmu datang." Jelas Martin menyeringai. Riana hanya menatap pria itu datar tanpa minat. "Apa kau tahu apa yang membuatmu menjadi pengecut, Martin? Kenyataan bahwa kau selalu melibatkan orang-orang terdekatku hanya untuk memancingku." Balas Riana datar. Senyum Martin pudar, seiring dengan Riana yang melangkah maju semakin dekat. Wanita itu tetap mengacungkan senjatanya, namun kali ini dia arahkan pada Martin. “Maju selangkah lagi, kulub

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Harinya

    Angin dingin berhembus, menerbangkan jaket yang Randu kenakan tanpa dikancing itu, motornya kencang membelah jalanan. Malam yang semakin larut, hanya tinggal beberapa kendaraan saja. Pikiran Randu bercabang, banyak sekali pertanyaan yang bersarang. Setelah Martin datang untuk kedua kalinya, dan mengatakan fakta lain yang lebih mengejutkan, Randu tidak bisa berpikir jernih sekarang. Sebelum Martin benar-benar pergi, Randu mengejar pria itu. Menarik tangannya hingga dia berbalik menghadap Randu. "Kau tidak mungkin ayah kandungku!" Sentak Randu. Martin memiringkan kepala, "Aku harus dapat kepercayaanmu? Fakta bahwa kau putraku itu sudah cukup." "BERHENTI!!" Randu berteriak. "Berhenti mempermainkan hidupku. Apa yang kau mau? Sebenarnya apa tujuanmu?!" Martin hanya tersenyum. "Kembalilah pada Ayahmu, putraku." Randu tidak bisa berhenti memikirkan itu. Dalam hati dia memaki orang yang mengaku sebagai Ayah kandungnya. Kenapa harus Martin? Kenapa? Laki-laki itu bajingan, dia buka

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Ayah Kandung

    “Bagaimana kau tahu tempat ini?” tanya Riana terkejut. Bagaimana Riana tidak terkejut. Sekalipun Riana tidak pernah mengatakan perihal tempat ini kepada siapa pun kecuali rekan-rekannya yang ikut bersamanya. Markas yang Riana dirikan, berada di tempat terpencil sekaligus tersembunyi. Sengaja ia memilih tempat ini, karena lebih memungkinkan bersembunyi. Selain tempat, keamanan juga Riana terapkan cukup ketat. Lalu, tiba-tiba Claire datang, tanpa pemberitahuan, setelah bertahun-tahun lamanya.Sebagai tamu, kenapa Claire tidak datang ke rumahnya? Kenapa dia tahu tempat ini? Apa tujuannya?Prasangka-prasangka buruk kembali berkelebatan di benak Riana. "Bagaimana kau bisa masuk? Aku tidak pernah memberitahumu tentang ini. Darimana kau tahu?" Riana bertanya betubi-tubi."Maaf, Riana. Aku lancang datang ke tempat persembunyianmu. Tapi, aku tahu tempat ini setelah mengikuti putraku."“Apa?!” Riana membelalak.“Saat itu, aku datang ke rumahmu. Ingin menyapa, melihat putraku. Tapi, aku tid

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Orang tua Kandung

    Segurat ingatan masa lalu menyeruak dipikiran Riana. Mungkin pula itu sebab Martin mendendam padanya.Padahal saat dulu, Riana sering kali mengajak keluar dari tempat itu bersamanya, melepas belenggu yang mengikat. Menjalani kehidupan biasa. Layaknya orang-orang.Sayangnya, Martin selalu menolak mentah-mentah. Berdalih bahwa tempat itu sudah seperti rumah baginya. Tidak ada tempat bagi orang-orang sepeti mereka di luar sana.Setelah berhasil melepaskan diri, kini Riana harus kembali ditarik ke dalam belenggu menyesakkan, yang membuat hidupnya selama ini tidak bebas. Padahal, perjuangan Riana agar bisa lepas tidaklah main-main.Masa lalu itu menghancurkan segalanya. Mungkin Riana harus rela melepaskan Gean. Mungkin pula pria itu tidak sudi untuk melihatnya lagi.Riana menekuk kakinya, menunduk menenggelamkan wajah dikedua lipatan tangan. Menangis terisak dalam diam.Jika mencintai ternyata sesulit dan sesakit ini. Riana ingin memutar waktu, kembali pada masa itu. Memilih menetap di san

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status