Share

Chapter 3

Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah. 

"Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.

Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka. 

Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu. 

Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih tampak pucat itu. 

"Ayo kita pulang, biarkan Karmila beristirahat dengan tenang disini." Ucap Aryo sembari akhirnya melepaskan pelukannya.

Hasna dengan tatapan sendu pun memandangi lagi sejenak makam putrinya, lalu ia beralih menatap suaminya dan akhirnya mengangguk patuh. Aryo pun mengusap lembut ujung kepalanya dan mulai menuntun tangannya untuk keluar dari area makam. 

Setelah setengah jam lamanya mereka berjalan kaki, kini tibalah Hasna dan Aryo di depan rumah mereka. Perlahan Hasna pun membuka pintu, suasana rumah itu terasa begitu sunyi layaknya hati Hasna saat ini yang sungguh terasa begitu sunyi semenjak di tinggal pergi oleh anak yang bahkan belum sempat ia gendong ketika lahir. 

"Sudah jangan banyak melamun, mending kamu istirahat saja, kamu jangan banyak bergerak dulu, ingat kamu itu baru saja melahirkan." Ucap Aryo dengan lembut. 

Saat itu Hasna merasa Aryo yang begitu ia cinta dan kagumi dulu telah kembali, sikapnya yang lembut dan perhatian telah kembali, tidak lagi menjadi Aryo yang kasar dan tempramen. Membuat Hasna setidaknya merasa sedikit lebih baik meskipun hatinya masih terasa hancur berkeping. 

Hingga akhirnya, tanpa terasa beberapa tahun telah berlalu begitu saja dan mereka melewatinya hanya dengan hidup berdua. Namun tepat di usianya yang kini menginjak usia 30 tahun, Hasna pun hamil lagi dan berhasil melahirkan kembali seorang bayi perempuan yang begitu cantik dan lucu. 

Kini Hasna pun seolah tengah berada di puncak kebahagiaannya. Kesedihan yang ia rasakan selama bertahun lamanya kini seolah sirna dan di gantikan dengan rasa gembira yang tak terhingga. 

Hasna dan Aryo pun menamai anak mereka dengan nama Melati, berharap kelak anak itu akan selalu putih, suci, dan harum layaknya bunga Melati. 

"Anak ibu, uuuu sayang, cantiknya anak ibu." Gumam Hasna saat bermain dengan putri kecilnya. 

Melati yang kala itu masih bayi pun hanya bisa tersenyum dan tertawa sembari terus memandangi wajah ibunya. Kini hidup Hasna terasa telah begitu lengkap dengan kehadiran Melati disisinya, dia pun seolah tak ingin meminta apapun lagi karena adanya Melati saja sudah membuatnya bahagia. 

Namun nyatanya, kehadiran Melati pun tak serta merta membuat masalah dalam keluarganya hilang begitu saja, justru masalah pun kembali muncul saat Hasna terlalu fokus pada Melati. Hasna yang menyerahkan hampir seluruh dunianya untuk Melati, membuatnya lupa jika ia pun adalah seorang istri yang harus melayani suaminya. 

Sampai pada usia Melati menginjak 4 tahun, sikap Aryo pun kembali berubah lagi, Aryo kembali menjadi lelaki yang kasar dan pemarah. Bahkan ia terkesan tidak betah di rumah dan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermain kartu bersama rekan-rekannya di sebuah pendopo yang ada di dekat sebuah ladang. 

Hingga pada suatu hari, saat itu Hasna terlihat sedang menemani Melati bermain di depan rumah mereka, tak lama Aryo yang baru pulang kerja pun muncul dengan membawa wajah lelahnya.

"Yeay, lihat lah Melati, ayah sudah pulang." Celetuk Hasna yang tersenyum sembari menunjuk ke arah Aryo yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Ayahhh..." Teriak Melati yang langsung berlari ingin memeluk ayahnya. 

Namun Aryo seketika menahan tubuh mungil Melati agar tak memeluknya, dengan berdalih bajunya sangat kotor.

"Jangan peluk ayah, baju ayah kotor dan bau." Ucap Aryo datar dan langsung kembali melangkah masuk ke dalam rumah.

Melati pun terdiam, hanya bisa memandangi kepergian ayahnya dengan wajahnya yang cemberut. Hasna yang menyadari hal itu pun langsung menghampiri Melati, ia tersenyum sembari mengusap lembut rambut anaknya lalu berkata,

"Sudah, jangan cemberut begitu dong sayang, nanti cantiknya hilang." Ucap Hasna dengan begitu lembut.

"Tapi Mel mau peluk ayah, tapi kenapa ayah gak mau Mel peluk? Ayah gak sayang Mel ya bu?." Tanya Melati yang begitu polos. 

"Justru karena ayah sayang makanya ayah seperti itu, ayah kan baru pulang kerja dan bajunya sangat kotor, ada banyak kuman dan bakteri yang menempel di bajunya, coba bayangkan kalau Melati peluk ayah, pasti kumannya bakal menempel juga ke Melati." Jelas Hasna pada anak kesayangannya itu.

"Oh jadi di baju ayah ada banyak kuman ya bu? Ayah takut Mel sakit ya bu?" 

"Nah benar, itu kamu tau. Jadi ayah harus mandi dulu, baru bisa di peluk, ya?" 

Akhirnya berkat penjelasan Hasna yang begitu bijaksana dalam memberi pengertian pada Melati, Melati pun bisa kembali tersenyum dan mengangguk patuh.

"Aaah anak ibu pintar." Hasna pun semakin melebarkan senyumannya sembari mengusap-usap ujung kepala Melati.

Namun tak lama setelahnya, Hasna tiba-tiba saja merasakan mual hingga ia muntah begitu saja di tanah. 

"Uwwwekk." Cairan kuning pun keluar begitu saja. 

Hasna sebelumnya hanya memakan ubi kuning yang di rebus, jadi sangat wajar saja jika yang ia muntahkan pun berwarna kuning.

"Ibu, ibu kenapa? Ibu sakit ya?" Tanya Melati dengan polos.

Tak ingin membuat keluarganya khawatir, Hasna pun segera menimbun bekas muntahannya dengan tanah. 

"Tidak sayang, ibu baik-baik saja hehehe." Jawab Hasna yang kembali tersenyum menatap anaknya.

Berselang beberapa saat, Aryo pun terlihat kembali keluar rumah dalam keadaan sudah mandi dan berganti baju.

"Kamu mau kemana lagi mas?" Tanya Hasna seketika. 

"Mau ke pendopo." Jawabnya singkat. 

"Ta, tapi mas, kamu kan baru saja pulang." 

"Lalu kenapa kalau aku baru pulang? Apa aku harus terus-terusan mendekam di rumah yang membosankan ini?" Tanya Aryo mulai meninggikan suaranya. 

"Bukan begitu mas, setidaknya mainlah sebentar dengan Melati mas." 

"Tidak perlu, bukankah kamu sudah memberikan seluruh waktumu untuknya? Apa itu masih belum cukup?" 

Mendengar hal itu, membuat Hasna pun seketika terdiam, dengan wajah sendu ia pun hanya bisa memandangi wajah suaminya dan mulai merasa bersalah karena tanpa ia sadari, ia telah mengabaikan kewajibannya sebagai istri. 

"Aku minta maaf mas, maaf selama ini aku sudah abai, aku janji akan berubah." Ucap Hasna sembari mulai menghampiri Aryo dan ingin memegang tangannya. 

Namun tangan itu segera di tepis oleh Aryo,

"Ah sudah lah, aku mau pergi sekarang. Joko dan yang lain sudah menungguku sejak tadi di pendopo." Ucap Aryo datar yang kemudian langsung pergi begitu saja.

Bersambung...

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status