Talak Aku, Mas!

Talak Aku, Mas!

Oleh:  Edka22   Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
108Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hidup delapan tahun dengan suami yang tidak bertanggung jawab membuat aku harus ekstra sabar. Namun, saat ini aku tengah berada di titik menyerah. Jika memang rumah tangga ini tidak bisa diperbaiki, aku memilih mundur. "talak aku, Mas! Jangan egois ingin terus mempertahankan rumah tangga ini jika kamu saja tidak punya niat untuk berubah."

Lihat lebih banyak
Talak Aku, Mas! Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
108 Bab
Aku Minta Uang!
Namaku Ayu lengkapnya Ayunindya. Aku seorang ibu rumah tangga berusia 28 tahun, aku memiliki satu orang anak perempuan bernama Nazma alfatunisa ia berusia 7 tahun dan seorang suami namanya Raka Rafanka 35 tahun.Aku menikah dengan Mas Raka delapan tahun lalu. Ada satu hal yang membuat aku jatuh cinta padanya—perhatiannya—. Perhatian yang tidak pernah aku dapat dari sosok seorang ayah dan aku bisa menemukannya pada diri suamiku.Awalnya rumah tanggaku berjalan dengan baik-baik saja. Bahkan setelah menikah perhatian Mas Raka semakin besar saja. Dia juga seorang pekerja keras, mandiri. Dan rajin ibadah itu menjadi nilai plus untuk suamiku.Menginjak tiga tahun pernikahanku semuanya berubah. Kata-kata manis suamiku hilang berubah dengan kata-kata penuh racun. Janji -janji manisnya berubah menjadi janji penuh kepalsuan. Surga yang selalu ia janjikan justru neraka yang ia berikan.Selama kurung waktu itu, ia berubah menjelma menjadi suami yang tidak aku kenali lagi. Dia berubah jadi seorang
Baca selengkapnya
Bayar Utang Suamimu!
Usai pertengkaran hebat itu Mas Raka belum pernah sekalipun pulang. Dan hari ini tepat satu minggu suamiku tidak kembali.Sekali lagi aku tegaskan aku tidak peduli, aku sudah tidak peduli lagi. Silakan dia berbuat sesuka hatinya asalkan jangan sekalipun merugikan hidupku lagi.Saat aku sedang memulai menulis tiba-tiba suara gedoran pintu yang teramat keras membuatku menghentikan sejenak dari aktivitas menulisku. Aku sedikit mengerutkan kening mencoba untuk menerka siapa sosok orang yang menggedor pintu depan begitu keras.Dalam benakku mengira jika itu adalah suamiku—Mas Raka. Dia memang suka punya hobi seperti itu—membuat keributan.Aku menghela napas, lalu aku pun beranjak dan berjalan menuju pintu depan. Baru saja gagang pintu itu aku buka, dengan sangat tidak sabarannya langsung mendorong pintu hingga aku terjatuh di atas lantai.“Mana Raka!”Suara seseorang yang tidak aku kenali tiba -tiba menanyakan keberadaan suamiku. Jangankan mereka, aku yang memang istrinya saja tidak tahu d
Baca selengkapnya
Seperti Wanita Murahan
Aku terlonjak kaget saat mendengar suara pintu terbuka dengan keras ditambah suara melengking memanggil namaku.Aku buru-buru menghampiri suara teriakkan itu. Sebab aku takut suara teriakkan suamiku bisa membangunkan Najma.Saat ini aku melihat suamiku pulang. Namun, air mukanya begitu terlihat penuh amarah.Dalam hati bertanya-tanya apa gerangan yang membuat suamiku pulang-pulang tapi dalam keadaan marah.Aku yang tidak ingin Najma bangun karena terganggu oleh teriakan ayahnya, maka buru-buru aku menghampiri Mas Raka.“Kenapa berteriak, Mas? Najma nanti bangun,” ucapku bersikap setenang mungkin. Lalu mendorong sedikit tubuh suamiku agar tidak dekat dengan kamar.Namun apa yang terjadi? Mas Raka tiba-tiba saja menarik tanganku lalu menjambak rambutku hingga kepalaku mendongak.“Aw, Mas Raka kamu apa-apaan? Lepas, Mas! Sakit!” racauku yang memang sedang kesakitan ini sungguh sakit.“Kenapa kamu tidak mau membayar utangku, hah? Kamu sudah mulai berani samaku?” marah Mas Raka.Jadi ini y
Baca selengkapnya
Berbohong
Aku terkejut saat Najma anakku tiba-tiba saja masuk. Sedangkan aku masih berada di posisi yang tidak layak dilihat oleh anak kecil berusia tujuh tahun.Aku secepatnya merapatkan selimutku. Berharap Najma tidak melihat sesuatu yang memang tidak pantas dilihatnya.“Mama kenapa? Kok tumben tidur di kamar Papa?"Pertanyaan itu lolos dari bibir Najma saat dirinya berdiri tepat di samping ranjang.Dan sekarang sepertinya aku harus berpura-pura. Walau hati tidak ingin namun inilah yang terbaik daripada Najma tahu yang sebenarnya.“Mama gak enak badan, Sayang. Takut nular ke kamu jadi Mama memilih tidur di kamar Papa. Oh, iya, Mama bisa minta tolong ke Najma tidak?”“Minta tolong apa, Ma. Katakanlah!”“Mama haus, bisa tolong bawain Mama air.”“Tentu saja, Ma. Sini sekalian saja tempat airnya Najma isi penuh.”Najma mengambil tempat air yang memang selalu ada di setiap kamar. Sengaja aku simpan karena memang setiap malam aku, Mas Raka maupun Nazma selalu terbangun hanya karena ingin minum.Sete
Baca selengkapnya
Talak Aku, Mas!
Kejadian semalam sukses membuat aku merenung. Memikirkan langkah apa yang harus aku lakukan ke depannya. Aku tidak mungkin terus hidup bersama suamiku. Yang ada secara perlahan ia sudah membuat aku menjadi gila.Aku sudah memantapkan hati. Ada dan tidak ada dia pun tidak akan berpengaruh apa-apa. Malah meksipun dia masih suamiku aku merasa tidak memiliki suami. Terlebih Najma ia sudah terbiasa hidup bersamaku hidup tanpa sosok papa di sampingnya.Sementara itu untuk ke depannya aku berniat akan membuka usaha toko kue. Karena aku sadar penghasilan dari nulis dan menjadi dropshiper kadang tidak pasti.Memiliki toko setidaknya aku punya investasi jangka panjang. Aku harus dari sekarang memikirkan untuk masa depan anakku. Dia tidak boleh bernasib sama sepertiku, dia harus bahagia cukup sekarang dia menderita di masa depan, jangan!Aku membawa handphone yang ada di atas meja. Niatku ingin melihat saldo di tabungan. Aku butuh perhitungan untuk menyewa toko. Tidak apa-apa sekarang menyewa na
Baca selengkapnya
Bertemu Mas Raka
Marvel adalah teman masa SMA ku dulu. Sungguh aku terkejut saat mengetahui jika Marvel adalah seorang pengacara, karena yang aku tahu dia adalah pria pendiam yang tidak pernah berbicara. Dan aku tidak tahu jika pengacara yang dikenalkan temanku adalah Marvel.Adapun ia berbicara hanya ketika tengah melakukan persentasi diskusi di depan kelas. Selebihnya ia diam bak orang bisu.“Maaf, aku terlambat.”Marvel kembali meminta maaf padaku. Saat benar-benar duduk di hadapanku.“Apa kamu sudah lama menungguku?” tanyanya lagi.Aku menggeleng, meskipun memang aku hampir saja membatalkan pertemuan ini karena kesal sendiri sebab Marvel tidak kunjung datang.“Aku maklumi, kamu kan pengacar hebat pasti sibuk karena jam terbangnya sudah tinggi." Ujarku jujur.“Aku hanya pengacara biasa, Ayu. Kamu berlebihan.” Ujarnya seraya ia mengambil lalu menyimpan map warna biru di atas meja.“Aku serius. Marvel yang aku kenal dulu berbeda jauh. Sekang sudah jadi pengacara sukses. Aku sebagai teman SMA mu mera
Baca selengkapnya
Aku Tak Sanggup Lagi
Aku pasrah, apa pun yang akan dilakukan Mas Raka padaku. Bukankah setiap hari pun aku selalu mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Jadi, jika hari ini pun dia akan berbuat kasar padaku, aku sudah siap.Mas Raka terus menatapku. Ia menatap nyalang Seperti seorang harimau yang tengah menatap mangsanya. Aku beranikan diri untuk mendongak menatap balik tatapan Mas Raka."Kamu sekarang mulai berani, ya sama aku." ujarnya dan aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud kata berani.Berani apa yang Mas Raka maksud? Karena sungguh aku sama sekali tidak merasa berbuat hal yang menurutku di luar batas kewajaran."Maksud Mas apa?" Tanyaku tidak kalah sewotnya dan sekali lagi aku tahu harusnya aku tidak boleh meninggikan suaraku dihadapan Mas Raka."Kau sudah berselingkuh. Istri macam apa kamu, hah?" Aku terkejut atas tuduhan Mas Raka. Berselingkuh! Lucu! Dia menuduhku yang tidak-tidak. Entah apa yang ada dipikirannya."Aku tidak berselingkuh, Mas. Mas jangan asal menuduh tanpa bukti.""Apa ma
Baca selengkapnya
Melakukan Drama
Mas Raka pergi setelah ia berhasil melukaiku. Tubuhku terasa sakit dan ngilu. Dengan kejadian ini aku semakin yakin perpisahan adalah jalan keluarnya. Sudah cukup selama lima tahun ini aku bersabar menghadapinya. Percuma jika pun harus dipertahankan, yang ada jiwaku terancam, batinku menderita, tidak ada keberkahan dan ketenangan. Terlebih aku ingin menjaga psikolog anakku, aku tak mau jika Najma sewaktu-waktu melihat ayahnya tengah menyakitiku. Aku juga tidak mau jika terus berbohong pada Najma. Menutupi keburukan ayahnya.Aku hendak berdiri dengan susah payahnya, setengah jam sudah aku hanya bisa meringkuk di lantai kamar mandi. Tidak pedulikan rasa dingin yang menerpa. Sungguh mendadak aku kehilangan sensor perasanku selain rasa sakit di tubuh.Baru saja aku melangkahkan kaki hendak keluar, tiba-tiba Najma berdiri menatapku dengan sorot mata yang sendu. Bagaimana ini? Jika Najma sudah melihatku dalam keadaan kacau seperti ini, bagaimana aku menjelaskan padanya?"Najma,'' panggilku
Baca selengkapnya
Ke Rumah Mertua
Nasib hidup sebatang kara itu seperti ini. Tidak ada tempat untuk bersandar. Setidaknya jika kedua orang tuaku masih ada mungkin aku tidak akan semenyedihkan ini. Ada tempat untuk aku kembali atau mungkin hanya sekadar melihat wajah mereka saja sudah menjadi obat agar aku tetap sabar dan kuat.Setelah semalam berpikir. Aku memutuskan untuk ke rumah mertuaku. Aku akan menceritakan padanya apa yang terjadi dan langkah apa yang akan aku lakukan untuk rumah tanggaku.Memang mertuaku sudah tahu bagaimana kelakuan Mas Raka saat ini. Namun aku selalu bilang, aku masih bisa mengatasi. Jika memang nantinya aku sudah tidak kuat maka aku akan memilih pergi. Dan ternyata Sekarang adalah waktunya. Aku sudah tidak bisa mempertahankan lagi keutuhan rumah tangga ini. Aku mengemasi baju Najma. Karena aku pun memutuskan untuk menitipkan terlebih dahulu Najma sampai masalah antara aku dan Mas Raka usai. Sungguh aku tidak mau kejadian di mana Najma menyaksikan kami bertengkar membuat aku khawatir. Terleb
Baca selengkapnya
Ini Sudah Jadi Keputusanku
Aku bisa melihat wajah kecewa sekaligus sedih di wajah ibu mertuaku, setelah aku menceritakan semuanya. Entah apa yang ada dipikiran ibu mertuaku itu. Tatapan matanya tidak mampu aku artikan.Ibu mertuaku lalu beranjak, aku kira ia akan meninggalkan aku kenyataannya ia hanya pindah posisi duduk menjadi bersebalahan dengan ku. Tanpa aku duga ibu mertuaku memelukku dengan tubuh yang bergetar dan terisak. Apakah ibu mertuaku menangis? Hanya itu yang terlintas di kepalaku. Dan tentunya ini membuat aku ikut menangis meskipun aku tidak tahu penyebab aslinya alasan mertuaku menangis."Maafkan anak ibu, menantu. Sungguh ibu pun tidak mengerti dengan sikapnya yang begitu berubah drastis itu. Jika memang sebuah perceraian adalah jalan keluarnya. Ibu tidak akan melarang. Maafkan pula atas tindakan kasar anak ibu."Mertuaku malah meminta maaf padaku disela pelukan kami. Jujur aku datang ke sini bukan untuk meminta kata maaf dari mertuaku karena beliau tidak salah. Hanya anaknya saja yang tidak t
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status