Share

Chapter 5

Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya. 

"Uweekkk" 

Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya. 

"Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya. 

Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya. 

"Uwweek." 

"Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi. 

Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka.

"Heh." Panggil Aryo.

Membuat Hasna pun akhirnya menoleh ke arahnya dengan menampilkan wajahnya yang terlihat pucat pasih, tubuhnya pun mulai melemas hingga membuatnya tersandar di pintu kamar mandi itu. 

"Ada apa mas?" Tanya Hasna pelan dengan nafasnya yang begitu terengah.

"Apa kau tidak dengar aku bilang apa?" Aryo pun mengecakkan pinggangnya. 

Hasna pun hanya menggeleng lemas. 

"Kau kenapa? Kenapa saat masih pagi sudah muntah-muntah begitu?" Tanya Aryo lagi. 

Sejenak Hasna terdiam, dalam benaknya ia mulai berfikir jika saat itu adalah waktu yang tepat untuk mengatakan pada suaminya jika dirinya sedang mengandung lagi. Hasna berharap sikap suaminya bisa kembali berubah seperti dulu lagi, saat sikapnya masih begitu lembut dan perhatian.

"Mas, tolong bantu aku berdiri mas, aku sangat lemas." Ucap Hasna pelan sembari mengulurkan tangannya. 

Aryo seketika langsung mendengus sembari memutarkan kedua bola matanya, lalu ia pun menarik tangan Hasna dan membantunya untuk kembali berdiri tegak. 

"Mas, ada yang ingin ku beritahu padamu mas." 

"Apa?" Tanya Aryo datar. 

"Mas. Aku, emm aku." 

"Sudah lah, ayo cepat katakan! Jangan membuatku menunggu." Ucap Aryo seolah begitu tak sabar ingin mendengarnya. 

"Mas, aku hamil lagi mas." Hasna pun tersenyum tipis sembari memegang lengan Aryo. 

Namun reaksi Aryo sungguh di luar dugaan Hasna, matanya begitu membulat dan kedua tangannya langsung mencengkram kuat lengan Hasna.

"Apa katamu?!" Tanya Aryo dengan matanya yang begitu melotot menatap Hasna. 

"Iy, iya mas, aku hamil lagi, maaf ya mas aku baru mengatakan hal ini padamu sekarang." 

"Untuk makan bertiga saja pas-pasan, hidup saat ini pun sudah sangat susah, dan kau... berani-beraninya kau hamil lagi! Mau dikasi makan apa anak itu nanti ha?!" Bentak Aryo sembari mengguncang-guncangkan tubuh Hasna. 

Membuat Hasna mulai ketakutan dan kembali meneteskan air matanya. 

"Benar-benar tidak tau diri! Gugurkan saja kandunganmu, karena aku tidak akan sanggup membiayainya kelak." Bentak Aryo lagi.

"Ta, tapi mas..." 

"Hahh!! Diam kau dan turuti saja perintahku!" 

Terus menerus di bentak oleh suaminya membuat Hasna menjadi semakin menangis, ia begitu bersedih saat mendapat perlakuan yang kasar dari suaminya disaat dirinya sedang hamil muda. 

"Mas, kenapa kamu jadi kembali kasar begini mas? Bukankah saat kematian Karmila kamu sudah berjanji akan berubah menjadi lebih baik?" 

"Persetan dengan semua janji itu! Anggap aku tidak pernah mengatakannya!! Percuma aku bersikap baik padamu, istri sepertimu hanya bisa membuat hidupku jadi semakin susah!" Ketus Aryo yang terlihat begitu menggebu-gebu memarahi Hasna. 

Namun tiba-tiba saja Melati sembari mengucek-ngucek matanya, muncul di tengah-tengah mereka. 

"Ayah, ibu, apa kalian bertengkar lagi?" Tanya Melati sembari memandangi ibu dan ayahnya secara bergantian.

Hasna pun seketika mengusap dengan cepat air matanya, ia langsung menampilkan senyuman dan menghampiri Melati. 

"Anak ibu sudah bangun? Maaf ya sayang, ayah bercandanya kelewatan sampai-sampai membuat anak ibu yang cantik ini jadi terbangun ya. Maaf ya nak." Ucap Hasna dengan begitu lembut. 

"Jadi ayah bercanda lagi ya bu?" Tanya Melati dengan begitu lugunya. 

"Hehe iya sayang, ayah dan ibu kalau bercanda memang seperti ini." 

"Oh begitu ya." 

"Hehe iya, ya sudah kamu mandi dulu ya sayang, ibu akan menyiapkan sarapan untukmu dan ayah. Ok?" 

"Baik ibu." Melati pun tersenyum. 

"Anak pintar." Hasna pun melebarkan senyumannya dan mencubit pelan pipi Melati yang chuby.

Melati pun beranjak memasuki kamar mandi, lalu Hasna yang tak ingin memperpanjang masalah memilih untuk langsung beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Yang jelas aku tidak mau menggugurkan kandunganku ini. Titik!" Ucap Hasna pelan sebelum akhirnya ia benar-benar beranjak.

Namun Aryo seolah masih belum puas mengeluarkan amarahnya, ia pun menyusul langkah Hasna dan kembali menarik tangannya. 

"Heh, sampai kapan kau mau membohongi Melati ha?!" 

"Sampai kamu berhenti mempertontonkan kekasaran mu di depannya mas. Kamu pikir sikapmu yang seperti ini baik untuk perkembangan mentalnya? Tidak mas, sama sekali tidak!" Tegas Hasna sembari menatap nanar wajah suaminya. 

Hal itu pun seketika membuat Aryo mendengus kasar, namun juga membuatnya jadi tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun lagi.

"Kamu boleh melakukan apapun terhadapku jika itu bisa membuatmu puas mas, tapi tolong jangan melakukannya di hadapan Melati. Dia masih sangat kecil mas, dia belum mengerti apapun, tolong jangan membuatnya takut apalagi sampai benci padamu." Tambah Hasna lagi yang akhirnya kembali menangis.

"Ah sudah lah, berdebat denganmu membuat kepalaku jadi terasa mau pecah!" Ketus Aryo yang akhirnya langsung meninggalkan Hasna begitu saja. 

Aryo yang kesal akhirnya kembali masuk ke kamarnya, ia kembali berbaring di atas ranjang sembari terus memijiti pelipisnya. Hari itu Aryo libur kerja karena kebetulan hari itu adalah hari Minggu.

9 bulan kemudian...

Tanpa terasa waktu sembilan bulan begitu cepat berlalu, kini tiba waktunya Hasna untuk melahirkan anak ketiga mereka. Aryo membawa Hasna ke puskesmas tempat dimana ia melahirkan Melati dulu. 

"owek.. owekk.. owekk.." Suara tangisan bayi pun akhirnya terdengar begitu melengking di dalam ruangan persalinan. 

"Selamat pak, bayinya laki-laki." Ucap perawat yang membantu proses persalinan Hasna.

Membuat Aryo akhirnya tersenyum, mendapat bayi lelaki membuat perasaannya sedikit lebih bisa menerima di banding mendapatkan bayi perempuan lagi.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status