Share

Sederhana Saja

Lamaran selesai, kupikir besok akan langsung menikah. Namun, ternyata masih harus menunggu satu bulan lagi. Karena akan mengundang lumayan banyak orang, padahal aku malu.

Malu dengan statusku yang tak lagi gadis, sedang lelaki yang kudapatkan masih bujang. Ya Allah, belum apa-apa perasaanku sudah ke mana-mana.

Apalagi jika memikirkan tentang Uwak Emir semalam, sikap dan sifatnya Maa Syaa Allah. Nampak sekali dia tak setuju padaku, tapi, bila melihat kesungguhan Emir mau tidak mau aku lagi-lagi harus mengalah.

Kuredam segala perasaan was-was, toh aku hanya akan menikah dengan Emir bukan dengan Uwaknya!

"Bapak jadi kurang sreg gini, Wi." Bapak menghampiriku di dalam kamar, raut wajahnya tampak resah.

"Kurang sreg gimana, Pak?" Sebetulnya aku tahu apa yang menjadi keresehan beliau.

"Ya itu sama Uwaknya si Emir, mulutnya itu kepingin sekali Bapak uwel-uwel." Mendengar itu aku terkikik, Bapak sambil memonyongkan bibir ke sisi kiri dan kanan.

Memang, bila menurutkan nafsu. Aku juga ingin s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status