Share

Bab 6: Rencana Kaelen

Author: Sylus wife
last update Last Updated: 2025-01-24 17:02:14

Kaelen duduk dengan santai di kursi rias, sementara Kamila berdiri di belakangnya, tangan terampilnya sibuk menata rambut pria itu. Rambut biru tua Kaelen yang bergelombang mengingatkan Kamila pada gulungan ombak di laut saat badai, liar tetapi memancarkan pesona yang sulit untuk tidak diperhatikan. Dengan gerakan lembut, Kamila merapikan poni Kaelen, memastikan setiap helainya berada di tempat yang sempurna.

"Omong-omong," suara Kaelen memecah keheningan, nada suaranya penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau kepikiran untuk melamar jadi MUA di sini?"

Kamila berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku dipecat dari agensi tempatku bekerja." Ucapannya terkesan ringan, tetapi Kaelen dapat menangkap nada getir yang terselip di sana.

Kaelen memiringkan kepalanya, alisnya terangkat. "Dipecat?" ulangnya, nada suaranya penuh keterkejutan. "Kenapa?"

Kamila hanya mengangkat bahu kecil, berusaha menutupi emosinya. "Tidak tahu, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa dipecat," jawabnya dengan nada malas yang tidak sepenuhnya menyembunyikan rasa frustrasinya.

Kaelen hendak melontarkan komentar, tetapi Kamila segera menyela. "Tutup mata!" titahnya tiba-tiba. Tangannya memegang botol hair spray, bersiap menyemprotkan cairan untuk menjaga tatanan rambut Kaelen tetap rapi.

Tanpa banyak protes, Kaelen memejamkan matanya. Wajahnya yang kini tanpa ekspresi, dengan kelopak matanya yang tertutup, memberikan kesan damai yang jarang terlihat pada pria itu. Kamila menyemprotkan hair spray dengan hati-hati, memastikan rambut Kaelen tetap sempurna, bahkan dalam kondisi tertiup angin sekalipun.

Setelah selesai, Kaelen membuka matanya perlahan, pupil biru lautnya menatap Kamila. Ada sesuatu dalam tatapannya yang seakan ingin menembus dinding pertahanan Kamila. "Kenapa? Coba sini ceritakan pada kakak!" ucapnya dengan nada setengah memerintah, tetapi juga terdengar tulus.

Kamila mendengus, seakan mencoba menepis kekesalannya, sebelum akhirnya bicara. "Entahlah, Kak. Aku merasa seperti Bleon dan—"

Belum sempat Kamila menyelesaikan kalimatnya, Kaelen langsung memotong. "Bleon?" Ia mengulangi nama itu dengan nada mencemooh. "Oh... Anak menyebalkan itu..." Kaelen mendengus, pandangannya kini penuh dengan kilatan emosi.

Kamila mengangkat alis, tidak menyangka reaksi itu. "Kak Kaelen tahu?" tanyanya asal, tetapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, ia sendiri menjawab pertanyaannya. "Tentu saja tahu! Dia juga artis yang sedang naik daun."

Kaelen menegakkan tubuhnya, melipat kedua lengannya di dada. "Tahu? Aku bukan hanya tahu! Aku muak dengan anak itu!" Nada suaranya kini penuh kekesalan yang nyaris menampar suasana tenang sebelumnya. "Aktor baru itu merasa dirinya sudah di atas levelku. Padahal kalau kau ingin tahu, dia berhasil memerankan peran utama di drama itu karena aku sedang sakit. Sakit, Kamila!" Kaelen menekankan kata terakhir dengan penuh rasa tidak terima. "Andai saja aku tidak sakit, dia tidak akan pernah menyentuh peran itu, apalagi setenar sekarang. Dia harusnya berterima kasih padaku!"

Kemarahan Kaelen seperti badai yang mendadak meledak di tengah lautan tenang. Kamila hanya berdiri di belakangnya, memandangnya dengan ekspresi datar yang sulit ditebak. Ia mengangguk-angguk kecil, tetapi dalam hati ia merasakan sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuat pikirannya melayang pada betapa seriusnya dunia yang mereka jalani. Di balik gemerlap lampu dan sorotan kamera, ada kompetisi yang tak henti-hentinya membakar hati mereka.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kamila kembali pada tugasnya. Tangannya merapikan poni Kaelen dengan gerakan pelan dan hati-hati, seakan mencoba menenangkan badai yang baru saja meledak. Wajah Kaelen masih tegang, tetapi ia tidak melanjutkan kata-katanya. Hanya suara kecil dari hair spray yang memenuhi ruangan, menyelimuti mereka dalam keheningan yang aneh tetapi tidak sepenuhnya canggung.

Kaelen menatap Kamila dari pantulan cermin, alisnya terangkat penuh rasa ingin tahu. "Oh, iya, apa penyebabmu dipecat? Apa yang si Bleon atau si Blo'on itu lakukan padamu?" tanyanya, mencoba mengorek informasi lebih dalam.

Kamila mendesah panjang, suaranya menggantung di udara seperti beban berat yang sulit ia lepaskan. Ekspresi kesal dan jijik terpancar jelas dari wajahnya. "Entahlah... Sepertinya dia punya hubungan spesial dengan Maleta," jawabnya dengan nada penuh ketidakpuasan.

Kaelen mengerutkan dahi. "Maleta? Siapa lagi? Namanya seperti Melata. Apa dia sejenis ular?" tanyanya dengan nada sarkastik, mencoba membuat suasana sedikit lebih ringan. Tetapi Kamila tetap terlihat serius.

Kamila memejamkan mata sejenak, seolah berusaha menenangkan pikirannya sebelum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "Umm..." Ia terdiam, tampak ragu untuk melanjutkan. "Bagaimana cara menceritakannya padamu ya?" gumamnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Setelah beberapa detik, ia menjentikkan jari, sebuah tanda bahwa ia sudah menemukan cara untuk mengatakannya. "Intinya, aku dipecat karena riasan bagian bibir Bleon luntur. Aku dianggap tidak kompeten dalam mendandani Bleon. Tapi kenyataannya, kau tahu apa penyebab riasan bibirnya luntur?" Matanya memandang Kaelen tajam, penuh dengan emosi yang tertahan.

Kaelen menggeleng pelan, matanya menatap Kamila dengan penuh perhatian. "Mungkin... Dia menjilat bibirnya sendiri? Lalu memfitnahmu?" tebaknya, mencoba menganalisis situasi dengan gaya bercandanya yang khas.

"Bagian fitnahnya sudah benar!" seru Kamila, kali ini dengan nada yang sedikit bersemangat, meskipun emosinya masih terlihat jelas.

Kaelen mengangkat alis, penasaran. "Jadi, bagaimana cara dia menghilangkan riasan di bibirnya?"

Wajah Kamila tiba-tiba berubah, ekspresinya menjadi sedikit canggung. Ia mendekat ke arah Kaelen, menundukkan kepala hingga wajahnya hanya beberapa inci dari telinga pria itu. Dengan suara berbisik yang hampir tidak terdengar, ia berkata, "Itu... Agak sedikit vulgar, bahkan mungkin sangat vulgar. Bleon dan Maleta... Berciuman!"

Kata-kata itu seperti bom yang meledak di telinga Kaelen. Seketika wajahnya memerah, rona merah merambat dari telinga hingga ke lehernya, seperti kepiting yang baru saja direbus. Matanya membelalak, menatap Kamila dengan campuran keterkejutan dan rasa tidak percaya. "Benarkah? Ini akan menjadi skandal yang luar biasa!" ucapnya dengan suara yang setengah tercekik.

Kamila mengangguk pelan, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku. Ia membuka galeri dan menunjukkan sebuah video yang tampak direkam secara diam-diam oleh dirinya sendiri. Dalam video itu, jelas terlihat Bleon dan Maleta melakukan tindakan asusila di ruang rias. Wajah Kamila tetap datar, tetapi ada kilatan kemarahan di matanya. "Aku punya videonya," katanya singkat, menyerahkan ponsel itu pada Kaelen.

Kaelen menerima ponsel itu dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada layar, menyaksikan bukti nyata dari tindakan Bleon dan Maleta. Sebuah senyuman licik perlahan muncul di wajahnya, senyum yang penuh dengan rencana licik yang sedang ia susun di kepalanya. "Berikan video itu padaku!" serunya dengan nada penuh semangat. "Aku akan membuat kariernya hancur dalam hitungan jam hanya dengan menggunakan video tersebut."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 53: Tidak perlu minta maaf!

    Kamila menatap Kaelen, hatinya berdenyut perih melihat pria itu yang masih berusaha menutupi air matanya.Cahaya lampu restoran yang temaram memantulkan kilau pucat di wajah Kaelen, menyorot garis-garis ekspresi yang lebih dalam dari yang pernah Kamila ingat. Ia terlihat lebih dewasa, lebih dingin, tapi juga lebih rapuh dari yang pernah ia bayangkan.Jemari Kamila gemetar saat ia mengangkat tangannya sedikit. Ada dorongan dalam dirinya untuk menyentuh Kaelen, untuk menenangkan kegelisahan yang melingkupinya. Tapi sebelum ia bisa melakukannya, Kaelen sudah menurunkan tangannya sendiri, memperlihatkan sorot mata biru lautnya yang tajam—mata yang kini dipenuhi amarah dan kepedihan yang belum terobati."Kak Kaelen, aku minta maaf... Aku—""Tidak perlu minta maaf!" Kaelen memotong cepat.Suaranya menggema di ruangan yang kosong, membuat dada Kamila semakin sesak. Bukan hanya karena ketegangan yang terasa di antara mereka, tetapi juga karena emosi yang mengalir deras dalam nada suara Kaelen

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 52: Air mataku

    Restoran itu sunyi.Hanya ada dua orang di dalamnya—Kamila dan Kaelen. Tidak ada pelanggan lain, tidak ada suara bising dari meja-meja sekitar, hanya keheningan yang terasa begitu menekan.Kamila baru saja duduk ketika sebuah pertanyaan menghantamnya seperti petir di siang bolong."Sekarang suasana sudah sangat tenang. Apa yang mau kau katakan tentang... Kenapa memutuskan hubungan denganku saat kita masih SMK dulu?"Napas Kamila tercekat. Ia belum sempat menyesuaikan diri dengan situasi ini, belum sempat menenangkan hatinya yang berdebar karena pertemuan mereka, tapi Kaelen langsung menembaknya dengan pertanyaan yang selama ini ia hindari.Tangannya yang hendak merapikan rambutnya sedikit gemetar. Dengan cepat, ia menata ekspresinya agar tetap tenang, lalu mengalihkan pandangannya ke Kaelen yang duduk di seberang meja.Setelah beberapa detik keheningan, ia akhirnya menjawab dengan suara yang terdengar lebih mantap dari perasaanny

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 51: Apa hebatnya dia dibandingkan denganku?!

    Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi lampu meja yang redup. Di tengahnya, Bleon duduk di kursi dengan santai, satu kakinya terlipat di atas lutut yang lain. Namun, ada sesuatu yang dingin dalam tatapannya saat matanya menelusuri sosok remaja lima belas tahun yang berdiri di hadapannya—Evan, seorang trainee GS Entertainment yang seumuran dengan adiknya.Tak ada suara selain detak jam di dinding.Bleon mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, ekspresi di wajahnya penuh ketidaksabaran. "Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan apa yang aku suruh?" tanyanya, nada suaranya terdengar tenang, tetapi ada ketegangan samar yang menyelip di baliknya.Evan tidak langsung menjawab. Rahangnya sedikit mengeras, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia menarik napas dalam, lalu perlahan merogoh ponselnya dari saku.Bleon menyeringai. Matanya berbinar penuh antisipasi."Bagus. Ini pasti rekaman skandal yang bisa menjatuhkan Kaelen."Namun, alih-

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 50: Ini belum berakhir

    Lorong itu terasa semakin sunyi ketika Kamila melangkah mendekat. Cahaya lampu neon di langit-langit memantulkan bayangannya di lantai keramik yang mengilap, menciptakan suasana dingin yang tak wajar. Detak sepatu haknya menggema, setiap langkah terdengar begitu jelas di antara keheningan yang menyesakkan.Di ujung lorong, Kaelen berdiri diam, nyaris tak bergerak. Kepalanya tertunduk, napasnya dalam dan teratur, tetapi ada sesuatu dalam cara bahunya sedikit tegang yang membuat Kamila tahu—dia sedang menahan sesuatu.Kemarahan. Frustrasi.Tatapan kosongnya tertuju pada lantai, namun sorot matanya tajam, seperti badai yang tengah berkecamuk di dalam dirinya. Rahangnya mengeras, otot-otot di pipinya menegang, dan kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, seakan berusaha keras menahan emosi yang nyaris meluap.Kamila menelan ludah. Rasa ragu menyelusup di dadanya, tetapi ia tahu ia tak bisa hanya diam. Dengan sedikit keberanian yang tersisa, ia akhirnya bertanya, suaranya nyaris bergetar

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 49: Jangan biarkan orang lain memanfaatkanmu

    "Ka- Kaelen... Sepertinya... Ki-kita harus keluar dulu dari sini," suara Kamila terdengar lemah, hampir bergetar. Ia menunduk, berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal, tapi jelas sekali tubuhnya sedikit gemetar. Kaelen menatapnya dalam diam, masih bisa merasakan denyut jantungnya yang berpacu setelah konfrontasi barusan. Rasa frustrasi masih bergelayut di dadanya, tapi melihat ekspresi Kamila yang ketakutan, ia hanya bisa menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Akhirnya, ia menurunkan tangannya dari sisi kepala Kamila, memberinya ruang. "Baiklah," ucapnya akhirnya, suaranya lebih tenang. "Ayo kita saling jelaskan di luar saja." Begitu pintu kamar mandi terbuka, Kamila langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa. Kaelen menatap punggungnya yang menjauh. Dia bisa melihat bagaimana bahu gadis itu naik turun cepat, napasnya masih belum stabil. Apa yang baru saja terjadi memang terlalu mendadak—bagi mereka berdua. Namun, ada sesuatu yang janggal.

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    48: Mari kita bertukar informasi

    Konser akhirnya usai. Sorak-sorai penonton mulai mereda, digantikan dengan suara idol-idol yang kelelahan menyeka keringat mereka. Beberapa duduk di sofa ruang tunggu, meneguk air dalam sekali minum, sementara yang lain masih tertawa dan mengobrol, berbagi euforia atas kesuksesan panggung mereka malam ini. Namun, di sudut ruangan, Kaelen tidak ikut bersantai seperti yang lain. Ia menghilang ke kamar mandi, meninggalkan jejak basah di lantai setelah penampilannya yang spektakuler dalam akuarium raksasa. Kamila menggigit bibirnya, rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Kaelen adalah seorang idol. Seorang profesional. Ia bisa saja benar-benar hanya cosplay sebagai merman. Tapi... kenapa semuanya terasa begitu nyata? Sisanya yang sempat ia lihat—sisik samar yang terlihat di kaki Kaelen, cara tubuhnya bergerak begitu alami di dalam air, dan ekspresi yang muncul di wajahnya saat melayang di sana. Itu bukan sekadar akting. Itu... sesuatu yang lebih dari sekadar pertunjukan. Tanpa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status