Beranda / Romansa / Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku / Bab 7: Hancurlah Reputasimu, Bleon!

Share

Bab 7: Hancurlah Reputasimu, Bleon!

Penulis: Sylus wife
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 10:46:08

"Apa rencanamu?" tanya Kamila, alisnya terangkat penuh rasa penasaran. Matanya menatap Kaelen, menunggu jawaban yang selalu penuh kejutan dari pria itu.

Kaelen menyandarkan tubuhnya dengan santai di kursi rias, ekspresi penuh percaya diri terpancar dari wajahnya. Dengan gerakan ringan, ia melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Kamila mendekat. "Kemarilah," ujarnya pelan, namun suaranya terdengar seperti sebuah perintah.

Kamila mencondongkan tubuh, mendekatkan telinganya ke bibir Kaelen. Suara pria itu berubah menjadi bisikan yang begitu lembut, namun tegas, menggema di pikirannya. "Hari ini adalah hari di mana aku mengadakan fan meeting di mall Jayakarta," katanya.

Mata Kamila langsung membulat, keterkejutan jelas tergambar di wajahnya. Ia mundur sedikit, menatap Kaelen dengan ekspresi penuh antisipasi. "Benarkah? Itu adalah mall yang sama dengan lokasi Bleon. Itu artinya...."

Kaelen mengangguk dengan pelan, gerakannya mengisyaratkan sebuah kepastian yang tidak bisa diganggu gugat. "Benar! Hari ini, siang nanti, kami berdua akan berada di satu tempat yang sama," katanya, suaranya semakin dalam, seperti sebuah janji yang akan ia tepati.

Senyuman nakal perlahan terukir di bibir Kamila. "Itu artinya..." Ia mencondongkan tubuh kembali, suaranya merendah, namun penuh dengan nada provokatif, "...apa kau ingin menyebarkan video itu di depan penggemar Bleon?"

Kaelen tersenyum, kali ini lebih lebar, senyum bangga yang mengungkapkan betapa yakin dirinya dengan rencana ini. "Tentu saja!" jawabnya, suaranya tegas dan penuh keyakinan.

Kamila terkekeh pelan, dorongan kecil di bahu Kaelen menjadi bentuk keusilannya yang khas. "Trik murahanmu sangat mudah ditebak! Tapi sepertinya seru juga. Aku sangat tidak sabar melihat wajah Bleon yang memerah karena marah dan malu saat video vulgar itu diputar di tempat umum, bertepatan dengan acara fan meeting pula," katanya dengan nada penuh semangat, seolah-olah ia bisa membayangkan pemandangan itu terjadi.

Kaelen mengangguk, tatapannya berubah lebih serius, namun tetap dengan sentuhan keangkuhan yang tidak bisa disembunyikan. "Dia harus tahu tempatnya! Tidak ada yang boleh berlaku sombong pada aktor sekaligus idol terbaik seperti diriku yang sudah merintis karier sejak usia lima tahun," katanya, setiap kata yang keluar seperti deklarasi perang yang sudah ia siapkan.

Kamila menatap Kaelen dengan kagum, matanya berbinar-binar. "Kak Kaelen sangat hebat!" katanya tulus, meskipun ada sedikit nada menggoda di sana.

Kaelen semakin tersenyum sombong, dadanya sedikit membusung. "Tentu saja, kau harusnya sudah tahu itu," ujarnya, seperti menegaskan sesuatu yang ia anggap sudah jelas.

Kamila menggeleng pelan, senyum kecil tetap menghiasi wajahnya. "Ayo kita lanjutkan berdandan dan kita permalukan Bleon dan Maleta!" katanya sambil melanjutkan menata poni Kaelen dengan hati-hati.

Kaelen mengangguk sekali lagi, menatap pantulan dirinya di cermin dengan tatapan penuh percaya diri. Rambut biru tua bergelombangnya terlihat sempurna, seolah siap menjadi senjata untuk menarik perhatian semua mata yang melihatnya. "Ayo kita hancurkan orang yang ingin menghancurkan kita berdua!" suaranya penuh determinasi.

Kamila mengangguk setuju, suaranya terdengar lebih dalam, seperti janji pada dirinya sendiri. "Maleta... Kau boleh mengambil pekerjaanku di tempat itu. Tapi aku akan pastikan, artis yang aku dandani adalah yang terbaik di antara yang terbaik!" katanya dengan semangat yang berkobar.

Dalam pantulan cermin itu, dua wajah terlihat berbeda, namun memiliki tekad yang sama. Senyum Kaelen yang penuh percaya diri dan mata Kamila yang menyala-nyala menjadi simbol sebuah rencana yang siap mengguncang dunia kecil mereka. Hari ini bukan hanya tentang fan meeting, tapi tentang balas dendam yang akan mereka pastikan berjalan sempurna.

---

Setelah hampir satu jam perjalanan, Kaelen dan Kamila akhirnya tiba di Mall Jayakarta. Kaelen melangkah keluar dari mobil dengan penuh percaya diri, seolah-olah dunia berada di bawah kendalinya. Setiap langkahnya diiringi tatapan kagum para penggemar yang sudah menunggunya sejak pagi. Lampu kamera berkilauan, mengabadikan setiap gerakannya. Sesekali, Kaelen berdiri tegap dengan kedua tangan berkacak pinggang, menunjukkan karismanya yang memikat. Di lain waktu, ia melipat tangan di dada, menciptakan aura dominasi yang tak tertandingi.

Penampilannya hari itu benar-benar sempurna. Rambut biru tuanya yang bergelombang tampak begitu berkilau di bawah cahaya lampu. Gelombangnya menyerupai ombak di laut yang tenang namun penuh misteri. Ia mengenakan setelan celana dan jas berwarna biru tua, senada dengan rambutnya. Sepatu hitam mengilap melengkapi tampilan elegan itu. Dan yang paling memikat adalah matanya—pupil biru tua yang bersinar, seperti permata yang tersembunyi di dasar lautan dalam. Siapapun yang menatapnya akan sulit berpaling. Hari itu, Kaelen adalah sosok pangeran merman yang nyata, langsung keluar dari cerita dongeng.

Sesi foto pun dimulai. Kaelen melayani setiap sorotan kamera dengan pose yang memikat. Setiap sudutnya terlihat sempurna, menciptakan foto-foto yang akan dikenang lama oleh para penggemarnya. Setelah sesi selesai, ia duduk di kursi yang disediakan, posisi yang sengaja diletakkan di tengah-tengah lantai dasar mall. Para fans mulai berbaris panjang, menunggu giliran untuk mendapatkan tanda tangan atau sekadar berinteraksi dengannya. Kaelen tersenyum ramah, meski dalam hati ia sudah tak sabar untuk melancarkan rencananya.

Sementara itu, Kamila yang selesai mengamati jalannya sesi foto Kaelen, memutuskan untuk menyelinap pergi. Ia menaiki eskalator, menjelajahi setiap sudut mall untuk menemukan lokasi fan meeting Bleon. Langkahnya cepat, matanya tajam, mencari tanda-tanda keberadaan pria yang telah menjadi sumber masalahnya.

Setelah beberapa menit dan beberapa lantai, akhirnya Kamila menemukannya. Bleon berada di lantai tiga, jauh dari keramaian utama. Kamila berdiri di tepi eskalator, memandangi panggung kecil yang tampak sepi dibandingkan dengan area tempat Kaelen berada. Ia tak bisa menahan diri untuk tertawa kecil. "Lucu sekali! Siapa yang akan melihatnya di atas sana?" gumamnya dengan nada sinis.

Kamila menunduk, memandangi lantai dasar dari ketinggian. Posisi Kaelen benar-benar strategis, dikelilingi oleh kerumunan yang terlihat jelas dari segala sisi, bahkan dari lantai atas. Ia tersenyum puas, menyadari betapa kontrasnya posisi kedua pria itu. Kaelen bersinar seperti bintang, sementara Bleon tersembunyi di sudut gelap.

Setelah memastikan posisi Bleon, Kamila segera kembali ke lantai dasar. Langkahnya penuh semangat, matanya berbinar-binar, seolah tak sabar untuk menyaksikan aksi yang sudah direncanakannya bersama Kaelen. Ia mendekati seorang pria berpakaian serba hitam, salah satu operator bawahan Kaelen, yang sudah bersiap dengan perangkat di tangannya.

"Jadi, mau ditampilkan di mana videonya?" tanya operator itu dengan nada tenang namun penuh profesionalisme.

Kamila melirik sekeliling, memperhatikan setiap sudut hingga pandangannya berhenti pada spanduk besar yang menggantung tinggi di langit-langit mall. Spanduk itu tampak sederhana, hanya berisi potongan harga dengan warna polos yang mencolok. Ia tersenyum sinis. "Tampilkan saja di sana!" katanya sambil menunjuk ke arah spanduk.

Operator itu mengangguk singkat. "Baik," jawabnya. Ia mulai mengeluarkan proyektor kecil dari tasnya, menyesuaikan sudut dan fokusnya. Segala persiapan dilakukan dengan cekatan. Tidak ada celah untuk kesalahan.

Kamila berdiri di samping, menyaksikan proses itu dengan rasa puas yang sulit ia sembunyikan. Bibirnya membentuk senyum licik, seolah ia sudah bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi. "Bagus!" katanya pelan, suaranya seperti bisikan iblis yang menunggu menyulut api. "Hancurlah reputasimu, Bleon! Siapa suruh membuatku dipecat demi pacarmu yang tidak berguna itu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 53: Tidak perlu minta maaf!

    Kamila menatap Kaelen, hatinya berdenyut perih melihat pria itu yang masih berusaha menutupi air matanya.Cahaya lampu restoran yang temaram memantulkan kilau pucat di wajah Kaelen, menyorot garis-garis ekspresi yang lebih dalam dari yang pernah Kamila ingat. Ia terlihat lebih dewasa, lebih dingin, tapi juga lebih rapuh dari yang pernah ia bayangkan.Jemari Kamila gemetar saat ia mengangkat tangannya sedikit. Ada dorongan dalam dirinya untuk menyentuh Kaelen, untuk menenangkan kegelisahan yang melingkupinya. Tapi sebelum ia bisa melakukannya, Kaelen sudah menurunkan tangannya sendiri, memperlihatkan sorot mata biru lautnya yang tajam—mata yang kini dipenuhi amarah dan kepedihan yang belum terobati."Kak Kaelen, aku minta maaf... Aku—""Tidak perlu minta maaf!" Kaelen memotong cepat.Suaranya menggema di ruangan yang kosong, membuat dada Kamila semakin sesak. Bukan hanya karena ketegangan yang terasa di antara mereka, tetapi juga karena emosi yang mengalir deras dalam nada suara Kaelen

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 52: Air mataku

    Restoran itu sunyi.Hanya ada dua orang di dalamnya—Kamila dan Kaelen. Tidak ada pelanggan lain, tidak ada suara bising dari meja-meja sekitar, hanya keheningan yang terasa begitu menekan.Kamila baru saja duduk ketika sebuah pertanyaan menghantamnya seperti petir di siang bolong."Sekarang suasana sudah sangat tenang. Apa yang mau kau katakan tentang... Kenapa memutuskan hubungan denganku saat kita masih SMK dulu?"Napas Kamila tercekat. Ia belum sempat menyesuaikan diri dengan situasi ini, belum sempat menenangkan hatinya yang berdebar karena pertemuan mereka, tapi Kaelen langsung menembaknya dengan pertanyaan yang selama ini ia hindari.Tangannya yang hendak merapikan rambutnya sedikit gemetar. Dengan cepat, ia menata ekspresinya agar tetap tenang, lalu mengalihkan pandangannya ke Kaelen yang duduk di seberang meja.Setelah beberapa detik keheningan, ia akhirnya menjawab dengan suara yang terdengar lebih mantap dari perasaanny

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 51: Apa hebatnya dia dibandingkan denganku?!

    Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi lampu meja yang redup. Di tengahnya, Bleon duduk di kursi dengan santai, satu kakinya terlipat di atas lutut yang lain. Namun, ada sesuatu yang dingin dalam tatapannya saat matanya menelusuri sosok remaja lima belas tahun yang berdiri di hadapannya—Evan, seorang trainee GS Entertainment yang seumuran dengan adiknya.Tak ada suara selain detak jam di dinding.Bleon mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, ekspresi di wajahnya penuh ketidaksabaran. "Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan apa yang aku suruh?" tanyanya, nada suaranya terdengar tenang, tetapi ada ketegangan samar yang menyelip di baliknya.Evan tidak langsung menjawab. Rahangnya sedikit mengeras, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Ia menarik napas dalam, lalu perlahan merogoh ponselnya dari saku.Bleon menyeringai. Matanya berbinar penuh antisipasi."Bagus. Ini pasti rekaman skandal yang bisa menjatuhkan Kaelen."Namun, alih-

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 50: Ini belum berakhir

    Lorong itu terasa semakin sunyi ketika Kamila melangkah mendekat. Cahaya lampu neon di langit-langit memantulkan bayangannya di lantai keramik yang mengilap, menciptakan suasana dingin yang tak wajar. Detak sepatu haknya menggema, setiap langkah terdengar begitu jelas di antara keheningan yang menyesakkan.Di ujung lorong, Kaelen berdiri diam, nyaris tak bergerak. Kepalanya tertunduk, napasnya dalam dan teratur, tetapi ada sesuatu dalam cara bahunya sedikit tegang yang membuat Kamila tahu—dia sedang menahan sesuatu.Kemarahan. Frustrasi.Tatapan kosongnya tertuju pada lantai, namun sorot matanya tajam, seperti badai yang tengah berkecamuk di dalam dirinya. Rahangnya mengeras, otot-otot di pipinya menegang, dan kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, seakan berusaha keras menahan emosi yang nyaris meluap.Kamila menelan ludah. Rasa ragu menyelusup di dadanya, tetapi ia tahu ia tak bisa hanya diam. Dengan sedikit keberanian yang tersisa, ia akhirnya bertanya, suaranya nyaris bergetar

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    Bab 49: Jangan biarkan orang lain memanfaatkanmu

    "Ka- Kaelen... Sepertinya... Ki-kita harus keluar dulu dari sini," suara Kamila terdengar lemah, hampir bergetar. Ia menunduk, berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal, tapi jelas sekali tubuhnya sedikit gemetar. Kaelen menatapnya dalam diam, masih bisa merasakan denyut jantungnya yang berpacu setelah konfrontasi barusan. Rasa frustrasi masih bergelayut di dadanya, tapi melihat ekspresi Kamila yang ketakutan, ia hanya bisa menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Akhirnya, ia menurunkan tangannya dari sisi kepala Kamila, memberinya ruang. "Baiklah," ucapnya akhirnya, suaranya lebih tenang. "Ayo kita saling jelaskan di luar saja." Begitu pintu kamar mandi terbuka, Kamila langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa. Kaelen menatap punggungnya yang menjauh. Dia bisa melihat bagaimana bahu gadis itu naik turun cepat, napasnya masih belum stabil. Apa yang baru saja terjadi memang terlalu mendadak—bagi mereka berdua. Namun, ada sesuatu yang janggal.

  • Idol Menyebalkan itu Mantan Pacarku    48: Mari kita bertukar informasi

    Konser akhirnya usai. Sorak-sorai penonton mulai mereda, digantikan dengan suara idol-idol yang kelelahan menyeka keringat mereka. Beberapa duduk di sofa ruang tunggu, meneguk air dalam sekali minum, sementara yang lain masih tertawa dan mengobrol, berbagi euforia atas kesuksesan panggung mereka malam ini. Namun, di sudut ruangan, Kaelen tidak ikut bersantai seperti yang lain. Ia menghilang ke kamar mandi, meninggalkan jejak basah di lantai setelah penampilannya yang spektakuler dalam akuarium raksasa. Kamila menggigit bibirnya, rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Kaelen adalah seorang idol. Seorang profesional. Ia bisa saja benar-benar hanya cosplay sebagai merman. Tapi... kenapa semuanya terasa begitu nyata? Sisanya yang sempat ia lihat—sisik samar yang terlihat di kaki Kaelen, cara tubuhnya bergerak begitu alami di dalam air, dan ekspresi yang muncul di wajahnya saat melayang di sana. Itu bukan sekadar akting. Itu... sesuatu yang lebih dari sekadar pertunjukan. Tanpa b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status