Share

Bab 2 - Malaikat Berhati Iblis

Flower di bawa ke sebuah kamar mewah nan luas lalu di kurung dengan pintu terkunci. Dia baru 19 tahun. Tapi kenapa, nasibnya harus se menyedihkan ini. Dia di jual oleh kakak nya sendiri untuk di jadikan jalang. Sedangkan kondisi ayahnya saat ini berada dalam fase kritis. Jika dirinya tetap berada di sana, bagaimana dia akan mendapatkan uang untuk operasi itu?.

"Kenapa harus sesulit in? Apa yang harus aku lakukan?” lirihnya sambil mengusap air mata yang terus mengalir tiada henti dari pelupuk matanya yang mulai memerah.

Flower memegang tuas pintu sambil menekannya berulang kali, berharap pintu itu terbuka dan dia bisa lari. Dia terus mencoba, tapi tetap saja hasilnya ... nihil.

Flower menyerah. Dia memilih menghampiri jendela besar transparan yang ada di kamar mewah itu. Sempat mencari celah untuk bisa kabur dari tempat itu, tapi hasilnya sama saja. Tak ada sedikit pun celah untuk bisa lari. Yang ada dirinya bisa mati jika memilih cara lompat dari lantai gedung yang letaknya tinggi.

Pandangannya mengarah ke pusat kota Paris yang sangat indah dan menawan di bawah sana. Siapa sangka, di hingar bingar kehidupan kota paris yang serba ada dan mewah, ada seorang gadis yang begitu kesulitan menjalani kehidupannya.

Dalam lamunannya, Flower tidak menyadari jika seorang pria masuk ke dalam kamar itu. Aroma tajam dan maskulin menyeruak memenuhi Indera penciumannya. Membuatnya tersentak, dengan tubuh mematung dan kaku karena di landa perasaan takut—untuk ke dua kalinya.

Siapa gerangan pria yang saat ini berada di belakangku? Batinnya sambil memasang sikap waspada.

Suasana terasa sangat hening dan mencekam. Belum ada satu patah pun di antara mereka. Hanya detak jantung Flower, yang terdengar memompa cepat.

"Siapa namamu?” Datar, dingin, dan tajam. Suara itu kembali menyapa pendengarannya, membuat Flower menelan ludahnya kasar.

“Kau yang siapa?” Flower balik bertanya.

“Jangan pernah mencoba untuk bermain-main denganku!” desis pria itu tanpa mengurangi bait kemisteriusannya.

Flower memeluki tubuhnya yang gemetar. Dia belum berani untuk memutar tubuhnya, dan melihat bagaimana rupa pria berengsek yang berada di belakangnya.

“Kau siap?!” suaranya terdengar lagi. Mau tidak mau, Flower harus meladeni, dari pada pria itu kesal dan membuatnya mati.

“Untuk a—apa?” tanya Flower tergugu.

"Untuk memuaskanku. Apa lagi?” kali ini ada sedikit nada geraman yang ditangkap Flower. Dan mau tidak mau, Flower memutar tubuhnya untuk menghadap pria itu.

Dia memberanikan diri, menghadap pria yang masih misterius baginya walaupun dengan kepala tertunduk dalam. Enggan melihat berwajah seperti apa pria di depannya walaupun sebenarnya dia penasaran.

"Siapa pun, Anda. Aku mohon lepaskan aku. Aku akan melakukan apa pun untuk uang itu, asal jangan menyentuhku dan keluarkan aku dari tempat ini. Aku mohon ....”

Mohonnya, dan Flower malah mendengar pria itu terkekeh.

“Aku sudah membayarmu mahal. Bermimpilah kau bisa kabur dariku. Aku bukan orang yang akan berbelas kasihan kepada mangsa.”

Jawaban dingin pria itu, membuat Flower harus terlempar dengan ketidakberdayaanya.

Seketika, luluh sudah semangat dalam dirinya. Flower merasa ini sudah akhir hidupnya dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Hidupnya sebentar lagi akan hancur, begitu pun nasib ayahnya yang terbaring kritis di rumah sakit.

Mendadak, air matanya mengalir seiring isakannya yang lemah. Apa hidupnya akan hancur di tempat kotor ini?

"Kenapa menangis? Aku benci wanita lemah sepertimu!” entah detik yang ke berapa, Flower tidak menyadari, jika pria misterius itu sudah berdiri di depannya. Flower tak menjawab. Dia tetap memilih menunduk. Menatap ujung sepatu mengkilap yang di pakai pria itu.

Apa salahnya, aku menangis? Aku hancur, brengsek! Umpatan itu hanya menggema di hatinya, tanpa bisa dia teriakan. Dia masih sayang pada nyawanya. Bukannya tidak mungkin pria itu akan mematahkan lehernya, jika dia bersikap menyebalkan.

“Jangan keras kepala! Angkat wajahmu dan jawab pertanyaanku! Statusmu sekarang, adalah pelacurku! Pelacur hina yang harus mematuhi semua perintah tuannya!” kecam pria itu dengan nada rendah, walaupun terdengar sangat memekakkan telinga Flower.

Flower menimbang perintah mutlak pria itu. Apa yang di katakan pria itu, semuanya benar. Jane menjadikannya pelacur, dan dia tidak akan bisa pergi dari takdir hidupnya itu. Terbesit sebuah pemikiran di otaknya. Dia sudah terlanjur jatuh, lalu untuk apa lagi bertahan dalam keputusasaan?

“Apa aku bisa meminta sesuatu darimu?” tanya Flower dalam keheningan. Sepertinya, ini adalah waktu yang tepat untuk menyelamatkan nyawa ayahnya.

“Beri aku uang 1 Milyar!” lanjutnya dengan berani.

"Kau ingin merampokku huh!?”

“Tidak!“ jawab Flower cepat, “sebagai gantinya, aku akan serahkan diriku. Sebagai seorang pelacur yang menuruti perintah tuannya,” jawabnya bernegosiasi.

"Penipu kecil!” lirih pria itu tertahan.

"Tidak. Aku tak berniat menipumu. Sungguh,” elak Flower. “Untuk meyakinkanmu, aku tidak akan pernah keluar dari tempat ini. Tapi, aku mohon. Tolong kau antarkan uang itu ke rumah sakit, dan berikan pada dokter spesialis kanker di sana.” Jelasnya.

Deg!

Pengakuan gadis di depannya, serupa sentilan kecil untuknya. Tapi dia tak peduli. Di tempat ini, tidak ada jual beli untuk sifat kemanusiaan. Lalu, apa masalahnya? toh dia siap menukarnya dengan uang yang sangat banyak.

"Baik, aku setuju. Aku tepati janjiku, dan kau tepati janjimu!” jawaban pria itu membuat Flower mendongak dan astaga, tidak salahkah penglihatannya?

"Terima kasih. Kau malaikat penolongku,” imbuh Flower di landa perasaan senang. Dia kembali menundukkan kepalanya. Berpaling dari pria misterius yang sialnya berwajah tampan seperti ungkapannya, bak malaikat.

Masih tanpa ekspresi, pria itu berbalik dan kembali duduk di sudut ranjang dengan penuh keangkuhan.

“Sekarang, lakukan tugasmu. Puaskan aku!” titahnya.

“A—apa!?” sontak Flower terkejut dengan perintah pria itu.

“Tetap pada perjanjian awal. Kau tukar dirimu dengan uang, bukan? Sekarang, lakukan tugasmu. Aku tuanmu dan kau jalang yang harus mematuhiku!”

Perkataan pria misterius itu kembali menampar Flower dengan ketidakberdayaanya. Dia kira, pria itu akan mengasihaninya. Tapi apa? Semuanya tetap pada perjanjian awal. Dia akan tetap pada nasib malangnya, menjadi seorang jalang.

Kenapa kedua sisi itu harus berdampingan? Malaikat berhati iblis, itukah julukan yang serasi untukmu?

"Kenapa kau diam saja huh!?” Ucap pria itu yang masih melihat Flower diam dengan kepala yang setia menunduk.

"Aku ... tidak tau. Aku belum pernah melakukan hal-hal seperti itu,” jawab Flower dengan polosnya, tanpa tau jika perkataannya tadi, sukses membuat pria itu menyeringai.

Sepertinya aku mendapatkan barang yang benar-benar tersegel. Ini juga pertama kalinya aku mengajari seorang gadis melakukan hal-hal intim, apalagi dengan gadis kaku sepertinya. Batin pria misterius itu.

“Buka bajumu! Telanjanglah!”

Sempat di buat terkejut lagi. Pria itu menyuruh Flower berdiri di depanya, lalu membuka semua bajunya tanpa sehelai benang pun tersisa. Flower hanya diam. Menuruti semua permintaan pria itu, berdiri kikuk, sambil menggigit bibir bawahnya—kalut dan takut.

“Kau masih menundukkan kepalamu, dengan tubuh yang sudah telanjang begitu? Lucu!”

Flower meremas telapak tangannya. Melihat wajah pria itu lagi sangat tak mengenakkan untuknya. Bagaimanapun dia tetaplah gadis normal walaupun masih berumur belia.

Lakukan saja Flower. Ingat! ayahmu akan sembuh, dan hutang mu pada rumah sakit akan lunas. Jadi lakukan saja semua perintahnya. Lagi pula hidupmu sudah ada dalam genggamannya. Kau memang hancur. Tapi, kehancuranmu akan membuat ayahmu sembuh. Batinnya meyakinkan dan menyemangati dirinya sendiri.

Polos, sexi dan menggoda.

Tubuh telanjang Flower tak elak membuat pria itu menatapnya liar. Bagaimana tidak? Tubuh Flower benar-benar indah di matanya. Kepolosan dan keluguannya menambah sensasi tersendiri saat melihatnya. Semua bagian tubuhnya, terlihat menggiurkan. Pinggang kecil ramping, dan kulitnya yang putih mulus bagai kelopak Jasmine.

Pria itu bangkit. Melangkah menghampiri Flower sambil melucuti satu persatu kain yang melekat di tubuhnya. Suasana kamar dengan lampu temaram, membuat Flower semakin ngeri membayangkan apa yang akan diperbuat pria misterius itu padanya. Pria itu mendekat dan mengecupi bahu telanjang menawannya.

"Katakan siapa namamu!” ucap pria itu rendah, dingin dan sarat akan ancaman. Tak mau ditolak, pria itu memegang dagu Flower dan mengangkatnya beberapa inci sehingga dia bisa tau bagaimana rupa gadis bernama Flower, pemilik tubuh seindah manekin itu.

Cantik! Gadis ini ternyata juga memiliki wajah yang cantik.

"Aku Rose Flower,“ jawab Flower lirih. Mencoba menghindari kontak mata dengan pria pemilik mata sebiru samudera yang menghanyutkan itu.

Tampan. Kenapa pria iblis seperti dia harus memiliki wajah tampan?

“Flower?” lirih pria itu, dan Flower mengangguk. Aku tak menyangka tubuhmu seindah ini, dibalik baju sialan itu! lanjutnya membatin.

Pria itu membawa tubuh kaku Flower mendekati ranjang. Kulit Flower, terasa panas dan dingin di waktu yang bersamaan di telapak tangannya.

Sedangkan Flower, hanya diam saja tanpa bisa melakukan apa-apa. Dia manut saat tubuhnya ditelentangkan kemudian ditindih oleh pria yang baru ditemuinya beberapa menit yang lalu itu.

Tuhan, apa ini? Apa pria ini memang berniat meniduri gadis 19 tahun?

Pria itu menatap manik mata hitam kecokelatan gadis di bawahnya. Sangat kontras dengan manik matanya yang sebiru samudera. Pria itu tau, seberapa takutnya gadis bernama Flower, yang sebentar lagi akan dia ubah menjadi wanita itu. Gerak gamang bola mata Indah nya, memberitahunya jika gadis takut. Gadis itu sangat ingin memberontak tapi tak bisa. Bibir mungilnya yang merah, bergetar kecil seakan memanggilnya untuk segera menyentuh membagi kelembutannya. Dia tidak tahan, pria itu pun akhirnya mengecup dan membawa bibir Flower dalam lumatannya.

Manis, lembut dan hangat. Rasa itu menyeruak kala pertama kali bersentuhan. Pria itu mengecup bagai profesional. Ketagihan tak ingin meninggalkan. Merasa tak mendapat balasan, pria itu berhenti mengekspor bibir Flower yang kaku tak mau bergerak.

“Apa belum pernah ada yang menciummu?” Flower menggeleng pelan. Wajahnya merona. Memang ini yang pertama kalinya ada pria yang melakukan hal se intim itu padanya.

Seringaian khas terbit disudut bibir pria itu. “Baiklah. Buka mulutmu, dan lakukan seperti yang aku lakukan!” Katanya dengan nada memerintah khas nya yang dingin.

Ciuman aktif dan pasif itu kembali dilanjutkan. Pria itu pun kembali mencium dan melumat bibir atas bawah Flower. Lidahnya juga mengambil peran. Menyelusup masuk mencari pasangan. Kait mengait tak mau lepas seperti pasangan penari Salsa. Ciuman nya sangat lembut, karena dia tau sedang bermain bersama pemula. Sehingga Kali ini, membuat Flower hanyut adalah sebuah tantangan baru untuknya. Dan akhirnya, tak Cuma dia yang hanyut terlena, Flower pun ikut terhipnotis dalam tempo permainan. Pria itu ketagihan dengan rasa bibir Flower yang beruntungnya dialah orang pertama yang menjadi penikmatnya.

Mereka saling membalas ciuman, hingga pada saatnya ciuman itu terlepas, Flower dengan nafas memburunya, membuat pria itu tersenyum puas. Dia berhasil dengan tantangannya sendiri.

Tak mau membuang waktu, pria itu pun memulai tugasnya. Sungguh, Flower benar-benar terhanyut akan sentuhan lembut pria itu. Flower sudah tidak memikirkan tentang nasib dirinya, karena saat ini hanya gairah yang seakan ingin meledak-ledak manakala bergesekan dengan kulit keras dan panas milik pria di atasnya.

Flower mendesah keras. Ini adalah hal yang tabu untuknya. Entah kapan waktunya? pria itu sudah berada di pusat tubuhnya? Tubuhnya kejang dan kaku. Flower meremas seprei sebagai pelampiasan kala rasa aneh yang baru pertama kali dia rasakan menjalar menghantarkan panas membakar. Permainan pria itu, membuat tubuhnya seakan tersengat listrik ratusan volt. Pertama dalam hidupnya, Flower merasakan sesuatu yang membuatnya kejang-kejang selama beberapa saat.

Kau nikmat! Aku hampir gila tidak langsung memasukimu! Aku tidak mau pengalaman sex pertamamu berakhir membuatmu takut. Kau harus mengingatku, aku laki-laki pertama yang menyentuhmu.

Pria itu kembali mengalihkannya dari rasa takut yang tiba-tiba menderanya dengan melakukan ciuman memabukkan nya lagi. Tapi, saat sesuatu menekan dan memaksa masuk ke dalam inti tubuhnya, Flower terbelalak. Ini sakit, perih dan panas seperti dibelah.

Flower tidak bisa menahan isakannya. Kuku jemarinya menancap kuat di punggung pria itu, disertai gigitan nya di pundak pria itu mewakili seperti apa rasa sakit yang dia rasakan saat ini. Air matanya jatuh dan pria itu menghapusnya lembut dengan ibu jarinya.

“Jangan menangis! Ini perintah tuanmu!” kalimat pria itu, membuat Flower kembali bertanya-tanya, siapakah gerangan sosok pria yang memperlakukannya lembut dan kasar, secara bersamaan itu?

Pria itu mengerang tertahan di kerongkongannya. Miliknya berhasil menembus penghalang itu dan seketika cairan merah pekat yang terasa hangat mengalir. Senikmat inikah rasamu? pria itu pun kembali melumat bibir Flower lembut, membuat Flower kembali hanyut hingga sedikit mengurangi rasa sakitnya.

“Tuan,” Flower meringis saat pria itu mulai bergerak, menggerakkan pinggulnya. Kadang lembut kadang kasar, brutal.

Lambat laun, Flower mulai terbuka—menerima. Dia akui, dirinya takluk oleh permainan pria yang masih misterius untuknya. Rasa sakit, perih dan panas yang semula menderanya, kini sudah hilang digantikan oleh rasa nikmat yang tak pernah ter bayangkan akan dirasakan olehnya. Flower tidak sadar, erangan dan desahannya menggema di kamar temaram itu.

“Alex. Sebut namaku, desahkan namaku. Alexander!” potongnya cepat di saat situasi genting itu kembali muncul.

“Alex!”

Pria itu memeluk tubuh Flower erat, tanpa melepaskan penyatuannya. Kembali dia mengecup bibir kecil Flower yang sudah bengkak dan sangat merah karna ulahnya itu.

"Kau nikmat!” kata pria itu berbisik lirih sambil mengecup daun telinga kemudian pucuk hidung Flower, membuat Flower menengadah—membuka matanya yang kelelahan hingga bertubrukan dengan manik mata pria yang nyatanya menawan dan menakutkan secara bersamaan.

Alexander. Pria 27 tahun yang tak lain adalah pemilik klub dengan semua kesan misteriusnya. Baru kali ini pria itu, memperlakukan lawan mainnya dengan lembut. Sedangkan yang menjadi buah bibir selama ini, sifat arogan dan dominan nya selalu berkuas bahkan diranjang sekalipun. Sehingga Alex tak segan-segan bermain kasar dengan pelacurnya jika tak sesuai dengan keinginannya.

"Mmm ... Tuan,” panggil Flower dengan sopan membuat pandangan Alex, beralih ke arah gadis yang baru di ubahnya menjadi wanita itu.

"Apa yang harus aku lakukan untuk melunasi hutangku?” tanyanya.

"Menjadi IDOLA RANJANG!” jawab pria itu singkat, membuat Flower hanya bisa menghela nafasnya lelah. Dia sadar, jika uang yang diberikan pria itu tidaklah sedikit. Jadi, mau tidak mau dia harus melakukannya. Menuruti semua perkataan tuannya yang berarti adalah perintah mutlak baginya. Walaupun harus menjadi jalang, untuk melunasi hutangnya dia akan sangat rela demi kesembuhan sang ayah.

“Emm ... bisakah aku meminta hal yang lain lagi?” ucap Flower lagi membuat Alex menggeratkan giginya.

"Kenapa kau selalu meminta huh?! Ingat statusmu! Kau hanya seorang Jalang! Apa hak mu untuk meminta lagi?!” jawaban Alex dengan nada sinis dan dinginnya, memperjelas pada Flower jika saat ini dirinya hanya seorang Jalang. Berstatus sampah masyarakat, yang bahkan tak pantas hanya untuk sekedar meminta.

Flower menghela nafasnya pelan. Dengan berani, dia kembali menatap manik mata biru yang menenangkan sekaligus menenggelamkan itu. Malaikat berhati iblis, yang Tuhan pertemukan sekaligus membuatnya terikat dengannya.

“Tuan, aku tidak akan meminta uang lagi darimu. Aku hanya ingin kau merubah dan menyembunyikan identitasku,” lirihan Flower, membuat aura dingin itu, mulai berkurang dengan sendirinya. Iba? Mungkin pria dingin bernama Alexander itu mengasihaninya.

"Baiklah. Mulai sekarang namamu ... Shaylenna. Puas?” putus Alex dengan mata yang mulai terpejam. Siapa wanita ini, berani membuatku menuruti permintaannya? Batinnya kesal.

"Ya. Flower memang sudah mati!”

Perkataan Flower, membuat Alex menampakkan seringaian liriknya. "Baiklah Shaylenna. Sekarang, aku akan mengajarkanmu bagaimana menjadi jalang yang akan membuatmu menjadi IDOLA RANJANG di klub milikku!” ucapnya sambil menyeringai dan membalikkan tubuh Flower menjadi di atasnya

Flower yang sudah membuang jauh-jauh harga dirinya, hanya bisa menangis dalam hatinya. Dia tidak punya kuasa apa-apa lagi untuk memberontak atau pun melawan takdir. Sungguh, tidak pernah terpikir olehnya, jika hidupnya akan berakhir menjadi seorang jalang. Tapi, demi ayah yang sangat di cintainya itu, dia rela melakukan apa saja. Termasuk merelakan tubuhnya di nikmati oleh kalangan pria yang akan membelinya dengan uang.

Baiklah Flower. Kini kau sudah lenyap dan mati. Shaylenna si jalang yang akan menggantikan posisimu! Lirih Flower dalam hati.

Malam itu juga Flower sudah benar-benar berubah menjadi sosok Shaylenna. dia membuat Alex mengerang takluk di bawah kuasanya.

Kehidupan yang keras dan kejam, mampu membuat seseorang harus menjalani kehidupan yang kotor walau dengan keterpaksaan.

Akankah sosok Flower akan benar-benar menjadi sosok Shaylenna yang akan menjadi IDOLA RANJANG? Entahlah, ini sudah garis hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status