Share

Chapter 1

Pulang bekerja, Ari dihentikan oleh Zoya dengan sengaja.

"Ri, pulang barena yuk naik mobil aku.!" ucap Zoya saat Ari hendak melajukan motornya.

"Tidak usah terima kasih aku membawa motor." tolak Ari cepat.

"Motornya taruh saja disini, besok aku jemput lagi." tawarnya berusaha dengan senyum khasnya.

tiba-tiba...

"Ri, numpang yah! aku tidak punya kendaraan." Hendra dengan cepat naik keatas motor dibelakang Ari.

"Ayo cepet Ri, ini udah mau magrib."

"Oke, maaf ya Bu lain kali saja.!"

Lalu kemudian Ari dan Hendra pergi meninggalkan Zoya yang hatinya dongkol.

Zoya hanya tersenyum sinis melihat kepergian Ari, dirinya tau bahwa Hendra sengaja melakukannya.

Diperjalanan Hendra membahas hal yang tadi.

"Ri, sepertinya Bu Zoya suka sama kamu." kata Hendra berbicara didekat telinga Ari supaya terdengar.

"Bagus dong, dari pada dibenci." jawab Ari acuh.

Hendra memutar bola mata malas, "Suka bukan karena pekerjaan atau yang lain, tetapi ini sukanya dalam artian laki-laki dan perempuan, kamu ngerti kan.!"

"Ah tidak mungkin dra, Bu Zoya itu cantik, orang kaya pinter lagi mana mungkin dia suka sama aku yang orang miskin ini." balas Ari merendahkan dirinya.

"Heh, terserah dirimu lah, tapi jika dia memang benar suka sama kamu jangan kamu ladenin yah!"

"Untuk apa aku meladeninya? istriku dirumah juga cantik dan aku juga mempunyai anak perempuan yang cantik." jawabnya membayangkan keluarga kecilnya.

"Baguslah kalau begitu, aku takut kamu khilaf." Hendra mengingatkan kembali.

"Tidak akan " jawabnya santai.

"Udah Ri, rumahku udah keliatan tuh!"

"Oke !"

Turunlah Hendra dari motor Ari dan menuju rumahnya lalu Ari melajukan kembali motornya yang tidak jauh dari rumah Hendra.

****

"Assalamualaikum..!" sapa Ari mengetuk pintu kontrakannya.

"Waalaikum salam.." jawab Lisa, istrinya dibalik pintu.

Lisa membuka pintu dan menyambut suaminya dengan senyuman dan mencium punggung tangannya.

"Laras mana?"

"Ayahhh...!" panggil Laras putri kecilnya sambil berlari, Ari menyambut dengan gembira lalu memeluk anaknya dan menggendongnya dengan sayang.

"Eh! Laras ayah baru pulang nak!" kata Lisa.

"Tidak apa-apa, yuk masuk nak." jawab Ari singkat dan masuk rumah. Lisa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah ayah dan anak itu.

Makan malam pun sudah disiapkan oleh Lisa dengan menu yang sederhana nasi serta ikan goreng dan sambal terasi. Sungguh nikmat.

"Wah, makan enak nih!" kata Ari dirinya kini telah mandi dan berganti baju dan bersiap untuk makan malam bersama.

"Alhamdulilah." jawab Lisa menyendokan nasi kepiting suaminya.

Lalu mereka pun mulai menyantap makanan yang dimasak istrinya dengan lagap, Lisa juga makan sambil menyuapi Laras.

****

Ari sedang duduk santai diteras sambil meminum kopi hitam dan menghisap rokoknya. Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.

"Hai Ari, aku Zoya. Kamu lagi apa?"

Ari mengerutkan alisnya dari mana wanita itu tau nomornya. Lalu Ari membalasnya.

"*Ibu Zoya, tau dari mana nomorku.?"

"Jangan panggil ibu dong, Zoya saja yah!"

"Aku tidak enak Bu, ibu kan atasan saya."

"Tidak apa-apa ini kan bukan jam kerja panggil saja Zoya supaya lebih akrab."

"Emm.. baiklah, Ada apa yah Bu malam-malam SMS."

"Tidak ada apa-apa sih! cuma mau ngobrol saja, boleh kan. Soalnya aku lagi suntuk nih temenin aku ngobrol sebentar yah!"

"Memangnya ibu tidak punya teman."

"Temanku sibuk semua sama keluarga kecilnya."

"Memangnya ibu tidak punya keluarga."

"Punya, maksudku keluarga kecil seperti suami dan anak."

"Kalau begitu, kenapa ibu tidak menikah saja."

"Aduuhh kok masih panggil ibu sih😡."

"Eh maaf Zoya! memangnya kamu belum menikah."

"Iya, aku belum menikah, tapi aku sedang menyukai seseorang sekarang."

"Ya sudah kamu bilang padanya dan ajak dia menikah."

"Begitu yah, tapi sayang sepertinya ini agak terhambat."

"Em... maksudnya?".

"Sudahlah, apapun rintangannya aku pasti akan mendapatkan dia*."

Zoya tersenyum sinis tidak tau saja Ari, bahwa lelaki yang dia maksud adalah dirinya.

"*Iya, kalau cinta perjuangkanlah. Oh iya ngomong-ngomong tadi aku tanya belum dijawab, kamu dapat nomorku dari mana?."

"Darimana saja, itu sangat mudah bagiku*."

Tiba-tiba Lisa datang, "Mas, sedang apa?"

Ari yang terkejut langsung menghapus semua pesan itu takut jika istrinya melihat.

"Oh, aku lagi santai."

"Kamu, lagi tukar pesan dengan siapa?" tanya Lisa karena melihat layar diponsel Ari menyala dan muncul pesan yang ternyata dari Zoya.

Ari langsung menghapus kembali tanpa membaca apalagi membalas lalu mematikan ponselnya.

"Bukan, siapa-siapa hanya teman kerja yang iseng." jawabnya takut-takut.

"Oh...!" Lisa hanya ber oh ria tanpa menaruh curiga sedikitpun.

"Oh iya mas, kontrakan sudah masuk tanggal. Apa kamu sudah ada uang?" tanya Lisa yang baru teringat tujuannya menghampiri suaminya.

"Kontrakan yah! sabar yah nanti aku akan minta kasbon sama bos." jawabnya sambil berfikir.

"Laras mana?"

"Dia sudah tidur mas."

Lalu tak berapa lama kontrakan yang disebelahnya kosong kini datang seorang lelaki dewasa berikut barang-barang nya sepertinya pindahan baru.

"Baru pindah bang." sapa Ari pada lelaki itu.

"Oh iya bang, saya dari kota A." jawab lelaki itu ramah.

"Oh perantau dong."

"Iya bang. Eh kenalin bang sebagai tetangga baru. Nama saya Ilham." ucap Lelaki yang bernama Ilham itu dengan senyum sopannya.

"Saya Ari dan ini istri saya Lisa." balas Ari dengan senyum sopan juga begitu juga dengan Lisa.

"Ya sudah bang salam kenal yah, mbak." Ilham menganggukan kepala sopan dibalas dengan anggukan lagi oleh Ari dan Lisa.

"Kalau begitu saya mau beres-beres dulu mau bantu yang lain." katanya sambil menunjuk barang-barang didepannya.

"Perlu saya bantu." tawar Ari.

"Tidak usah bang, takut merepotkan."

"Tidak apa-apa saling membantu."

Kemudian Ari pun membantu Ilham membawakan barang-barang nya atau sekedar mengobrol dengan disuguhi minuman botol dingin dan cemilan gorengan.

Lisa yang malu karena disitu terdapat lelaki semua memutuskan untuk masuk menemani Laras yang sudah tertidur hingga dirinya ikut tertidur.

****

"Sialan, kenapa nomornya malah tidak aktif? dia sengaja kah atau takut ketauan istrinya." monolog Zoya kesal saat menghubungi nomor Ari ternyata tidak aktif.

"Lihat saja, aku pasti bisa mendapatkanmu tapi sebelum itu aku harus cari tau dulu siapa istri Ari ini?." gumamnya lagi sudah bertekad ingin merebut suami orang.

Ketahuilah perbuatan itu sangat tercela dan jika diteruskan maka diri sendirilah yang akan mendapatkan akibat dari kesalahannya.

Dan setan sudah menguasai hatinya dengan tipu daya dan segala muslihatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status