Diana dan Raisa kini bersama di sebuah apartemen mewah dan besar. Diana sangat senang sekali dengan apa yang terjadi pada hidupnya, dengan keputusan nekat yang telah diambilnya. Diana akan memulai kembali kehidupannya tanpa Dani."Mah, kita akan tinggal disini?" tanya Raisa dengan mata berbinar ketika dia melihat kamarnya yang baru. Raisa sesaat melupakan kantuknya yang sejak di mobil tadi menyerang."Ya, sayang. Raisa sekarang mandi sama bibi ya? Lalu tidur. Besok Raisa akan sekolah di tempat baru yang lebih dekat dengan tempat tinggal kita." Diana memeluk putri kecilnya dengan lembut. Hanya Raisa yang menjadi sumber kekuatannya sekarang dalam keadaan terpuruk. "Ye, akhirnya Raisa tidak perlu satu sekolah lagi dengan Andien. Mah, terima kasih ya?" Raisa bahkan sampai mendaratkan ciumannya di pipi Diana yang membuatnya amat bahagia.Marissa memang seketerlaluan itu. Mereka tidak pernah memikirkan perasaanmu sama sekali. Ibu mertuanya juga amat kejam dengan membiarkan Dani dan Marissa
"Apa? Diana dan Raisa pergi dari rumahmu? Kok bisa?" tanya Halimah kaget saat Dani bilang menantu tak di anggapnya berani pergi dari rumah mewah putranya.Sungguh di luar dugaannya kalau Diana akan berani melakukan hal itu. Padahal dia begitu percaya diri mengatakan kepada Dani, bahwa Diana selamanya tidak akan pernah melepaskan putranya yang berharta. Makanya dia dengan enteng menyuruh Dani menikahi Marissa begitu masa idah wanita itu selesai."Tentu saja bisa, Mah. Diana Itu wanita yang keras kepala dan tinggi harga dirinya. Aku curiga kalau Diana sudah mengetahui pernikahanku dengan Marissa. Mama sih, main suruh-suruh aku nikahin janda adikku segala. Lihat nih!! Rumah tanggaku bersama Diana kacau jadinya!" kesal Dani sambil mengacak rambutnya.Hatinya kacau banget saat ini. Dia tidak ingin kehilangan Diana dan Raisa. Dani menyesali tindakan ceroboh yang sudah diambil oleh Diana tanpa bertanya dulu padanya.'Kenapa kamu main pergi begitu saja? Padahal Mas sudah mengatur untuk kepin
"Apa? Kamu berniat untuk menceraikanku? Gila kamu, Mas?" tanya Marissa sambil menatap tajam Dani yang sekarang berada di hadapannya.Halimah sekarang sudah duduk anteng di dalam pelukan Marissa. Aksi bunuh dirinya dia batalkan setelah melihat Andien yang menangis terisak sambil memeluk dirinya.Sesayang itu memang sosok Halimah pada Andien. Dani sendiri tidak mengerti. Kenapa Ibunya membedakan antara Andien dan Raisa. Padahal mereka sama-sama anaknya. Darah dagingnya yang itu artinya cucunya sendiri."Aku tidak mau kehilangan Diana dan Raisa. Aku mencintai dan menyayangi mereka. Marissa, kamu dan Andien hadir dalam kehidupanku setelah aku bahagia bersama mereka. Kau menghancurkan segala yang aku miliki. Aku tidak bisa kehilangan hal yang selama ini sudah buat aku bahagia." Marisa Tentu saja sangat tersinggung mendengar perkataan Dani.Marissa menggenggam telapak tangan Dani tetapi langsung ditepis olehnya. "Apakah kau benar-benar tidak menginginkan kehadiran kami lagi di dalam hidupmu?
Diana memutuskan untuk datang ke kantor menemui pamannya. Dia sudah mantap akan menunjukkan wajahnya di hadapan semua karyawan yang bekerja di sana."Paman, aku ingin segera mengambil alih perusahaan dari tanganmu. Paman bisa pensiun setelah itu. Aku merasa tidak enak karena sudah menahan cita-cita Paman untuk pensiun dini," ucap Diana begitu dia masuk ke ruangan Lukman yang begitu besar dan megah."Kamu yakin dengan keputusanmu? Apa kamu nanti tidak akan menyesalinya? Satu kali kamu muncul di hadapan mereka. Maka kamu tidak bisa mundur lagi," sahut Lukman dengan senyum hangatnya yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan walau usianya sudah tak muda.Diana mengangguk, "paman, aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Mas Dani. Rasanya tidak perlu untuk bersembunyi lagi darinya dan gundik dia!" Geram Diana sambil menatap tajam ke arah Dani yang sedang fokus dengan pekerjaannya.Ruangan Lukman memang bisa mengawasi semua karyawan yang ada di perusahaannya. Tetapi orang yang ada di lua
Marisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan Dani padanya. "Kenapa aku takut padamu! Bagiku Diana tidak ada artinya sama sekali. Aku hanya merasa kecewa kepadamu yang sudah berani menceraikanku untuk perempuan tak berharga itu!" Kesal Marissa yang bersiap meninggalkan Dhani yang masih terlihat marah padanya."Tutup mulutmu yang seperti sampah itu! Bagiku Diana sangatlah berharga dan aku sangat mencintainya. Kalau Bukan kamu yang selalu berusaha menjeratku masuk ke dalam pelukanmu tidak mungkin Diana akan membuang aku seperti ini. Kau memang wanita yang sangat mengerikan!" Dani begitu murka kepada Marissa yang Bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah memberi masalah kepadanya."Kau itu aneh sekali. Diana pergi meninggalkan rumahmu bukan karena salahku. Kenapa kau malah marah-marah kepadaku seperti ini? Pria menyedihkan!" Cicit Marissa sambil menatap sinis ke arah Dani yang selama beberapa hari benar-benar sudah membuatnya kecewa dan jengkel sekali."Menyerah saja Mas! Tampaknya
"Suami kamu tampaknya masih mencintaimu Oleh karena itu dia bersikap seperti itu di hadapanmu." Ucap Bryan dengan sinis.Dani melotot kepada Brian yang dia nilai sedang mengolok dirinya. "Kamu Kenapa masih berada di sini dan tidak segera meninggalkan kami? Apa kau mau melihat kami bercinta disini?" tanya Dani dengan senyum menjengkelkannya.Diana memutar bola matanya dengan malas mendengar perkataan Dani. Diana benar-benar tidak menyangka kalau dan bisa mengatakan hal-hal konyol seperti itu di hadapan Brian yang sejak dulu selalu menjadi Rival suaminya."Brian, jangan mendengarkan ucapan laki-laki ini. Aku sudah memasukkan gugatan perceraian kami. Jadi, kamu tidak usah khawatir untuk bersamaku sekarang!" Dani langsung menarik tangan Diana yang hendak pergi bersama Bryan.Dani benar-benar sangat marah melihat kelakuan Diana yang tidak menganggapnya sebagai suami lagi. "Kau kenapa begitu? Aku tidak pernah setuju untuk bercerai denganmu. Aku juga tidak pernah mengucapkan talak untukmu.
Dani melongo saat kembali ke mobil tak melihat Diana lagi. "Kemana dia? Ah... bodohnya aku! Dia meminta makanan ini pasti hanya untuk mengalihkan ku saja supaya bisa kabur. Sayang, kenapa kamu masih belum bisa memaafkan kesalahan yang sudah kubuat?" Sesal Dani saat dia sadar bahwa dirinya telah jatuh ke dalam jebakan Diana supaya bisa kabur dari sisinya.Karena Dani telah kehilangan jejak Diana. Dia pun kemudian memilih untuk kembali ke rumahnya dan memberikan makanan yang tadi dia beli kepada ibunya. Sang ibu tentu saja merasa heran dengan ekspresi Sang putra yang begitu lemas tak berdaya."Ada apa kamu? Kenapa lemas begitu?" tanya sang ibu merasa heran dan prihatin melihat putranya yang amat menyedihkan.Dani melirik pada ibunya. "Diana benar-benar ingin meninggalkanku. Dia bahkan sudah melayangkan gugatan perceraian ke pengadilan. Mah, aku benar-benar sangat mencintainya dan tidak ingin kehilangan dia. Aku harus bagaimana sekarang?" tanya Dani dengan wajah penuh penyesalan.Ibu Dan
Marisa benar-benar tidak akan membiarkan Dani dan Diana bersama lagi. Hatinya merasakan sakit luar biasa. Setelah diceraikan oleh Doni begitu saja hanya karena lelaki itu ingin kembali pada Diana. Istri pertama Dani."Marissa, Dari mana saja kamu? Kenapa Andien kamu biarkan begitu saja di rumah sendirian. Apa kamu punya hati?" tanya Dani yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan Marissa.Sejak kemarin Dani sengaja menunggu di kantor mereka. Dia ingin menanyakan kabar Andien yang sudah lama tidak bertemu dengannya. "Mau apa Mas nyari aku? Kita sudah tidak ada hubungan. Apa Mas ingat?" tanya Marissa sambil berlalu dari hadapan Dani.Marisa benar-benar membenci Dani dan berharap tidak akan bertemu dia lagi. Walaupun dihatinya masih ada cinta untuk lelaki itu. Tapi dia memilih untuk bersikap jual mahal di hadapan lelaki itu. Dia kenal Dani luar dalam. Dia berharap bisa mendapatkannya kembali suatu saat nanti. Tapi dia juga tidak mau menggadaikan harga dirinya hanya demi cinta."Sopan se