Share

Bab 7. Sabar

Diana saat ini sedang berada di sekolah. Dia terus menatap ke arah Raisa yang sedang bermain dengan teman-temannya tampak begitu bahagia.

"Mama sudah datang?" Tanya bocah kecil itu sambil memeluk ibunya dengan begitu senang.

"Ya, kenapa Mama datang cuma sendiri aja? Mana Papa?? Bukankah kemarin Papa janji akan menjemput Raisa di sekolah?" terlihat raut kekecewaan di wajah gadis cantik itu ketika melihat ibunya datang sendirian saja.

Diana merasa terhenyak melihat wajah sedih putrinya. Ketika menanyakan tentang Dani yang saat ini sedang bersama dengan Marissa dan Andien. Diana tidak tega untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada putrinya.

"Papa masih sibuk di kantornya. Nanti pulang kerja pasti akan menemuimu," Tapi Raisa sudah terlanjur merasa kecewa kepada Dani yang selalu ingkar janji kepadanya.

"Sebenarnya yang anak papa itu aku atau Andien? Kenapa papa lebih mencintai Andien daripada aku, Mah?" tanya Raisa dengan wajah sedihnya.

Diana kemudian memeluk Raisa dia pun sebenarnya merasa sedih dengan nasib rumah tangganya yang di ambang kehancuran. Tetapi dia tidak ingin memperlihatkan kelemahan di hadapan putrinya.

"Setelah pulang sekolah kita pergi ke mall, ya? Raisa boleh belanja apapun yang kamu mau," Diana memilih untuk mengalihkan pembicaraan sehingga membuat putrinya sedikit lupa tentang sakit hatinya kepada ayahnya sendiri.

"Bener Mah?? Aku boleh minta apa aja?" Diana merasa senang melihat benar kebahagiaan di wajah Putri kecilnya yang sudah terlalu sering dikecewakan oleh suaminya yang lebih memilih bersama Marissa dan Andien.

Sampai saat ini Diana masih bingung dengan apa yang dilakukan oleh Dani. Apakah masuk akal seorang suami lebih memilih adik iparnya sendiri daripada keluarganya? Bahkan adiknya saja sudah meninggal lama. Tapi mertua dan suaminya belum juga mau mengizinkan Marissa untuk kembali ke keluarganya.

Sepanjang perjalanan Diana berusaha untuk memperlihatkan kebahagiaan di hadapan Putri kecilnya. Ya, kebahagiaan palsu yang dia ciptakan untuk membuat putrinya tidak mengetahui keadaan rumah tangganya yang sesungguhnya. Diana tidak ingin Raisa memiliki kenangan buruk di masa kecilnya. Tetapi rasanya begitu sulit untuk berkompromi dengan kelakuan Dani dan Marissa yang selalu menguji kesabarannya yang setipis tisu dibagi dua.

"Mama, Bukankah laki-laki yang keluar dari mobil itu adalah papa?" tiba-tiba saja Raisa menunjuk seseorang yang baru saja keluar dari sebuah mobil hitam bersama dengan seorang wanita.

Diana melihat ke arah pria yang di tunjuk oleh Raisa. Hatinya mencelos ketika melihat Marissa yang merangkul lengan suaminya dengan begitu mesra. "Nenek lampir itu Rupanya masih belum juga sadar dengan posisi dan statusnya. Apakah aku perlu melaporkan mereka berdua dengan tindakan tidak menyenangkan?" monolog Diana tanpa dia sadari.

"Kenapa Papa bersama tante Marissa?" tanya Raisa sambil menatap kepada Diana yang masih bingung untuk menjawab pertanyaan putrinya.

Diana memilih untuk meninggalkan mall tersebut. Diana tersenyum bahagia ketika dia mengingat bahwa kembali, kalau tadi malam dia sudah memindahkan semua uang yang ada di rekening Dani ke rekening pribadinya.

'Aku ingin melihat wajah mereka ketika suamiku menggunakan semua kartu yang ada di dompetnya sudah nol semua. Pasti akan sangat menyenangkan!' terlihat wajah devil Diana yang merasa puas melihat kebingungan di wajah Dani ketika hendak membayar belanjaan Marissa.

Untuk memuaskan kesenangannya Diana terpaksa mengikuti langkah suaminya yang sedang berbelanja mengikuti semua keinginan Marissa. "Aku pergi ke ATM dulu untuk mengambil uang," Dani sudah mulai gusar melihat belanjaan yang diambil oleh Marissa.

"Lama-lama semua tabunganku akan habis kalau seperti ini. Ya Allah!! Berapa lama aku harus berada dalam situasi seperti ini?? Kenapa Pak Abraham masih belum juga mau ngasih tes permohonanku untuk memindahkan Marissa ke luar kota?" terlihat Dani yang begitu frustasi menghadapi kelakuan Marissa yang setiap hari selalu menguras kantongnya tanpa memikirkan kondisi dirinya.

Mata Dani hampir melompat keluar ketika melihat saldo rekeningnya yang hanya tersisa Rp50.000, padahal seingatnya terakhir kali dia berbelanja dengan Marissa rekeningnya masih ada sekitar 100 juta," Astagfirullah apa yang terjadi kepada rekeningku??" tanya Dani dengan panik.

Dani akhirnya keluar dari tempat penarikan ATM terlihat wajahnya yang begitu pucat. Diana yang berada tidak jauh dari sana terlihat begitu senang melihat wajah suaminya yang pasti sekarang sedang kebingungan.

"Enak saja!! Susah-susah bersamaku giliran sudah senang bersama pelacur itu! Tidak sudi aku disuruh mengalah terus pada mereka!" geram sekali Diana ketika membayangkan apa yang dilakukan oleh Dani bersama Marisa.

Marisa mengerutkan keningnya ketika melihat Dani yang terlihat begitu lesu. "Kamu Kenapa Mas?" tanya Marissa saat melihat Dani kembali dengan wajah yang pucat dan tanpa semangat.

"Kita pulang ya?" pinta Dani pada Marissa.

Marisa tentu saja merasa heran dengan kelakuan Dani yang terlihat begitu aneh. "Kenapa?? Jelaskan dulu! Apa yang kau lakukan ini padaku? Bagaimana dengan semua belanjaan aku?" tanya Marisa tidak terima pergi begitu saja setelah tadi dia susah payah memilih barang-barang yang ingin dia beli.

"Saldo rekeningku sudah nol. Hanya sisa 50.000, itu ga bisa di tarik. Aku tidak mungkin bisa membayar sama belanjaanmu! Lagi pula, sejak kita menikah kerjamu cuma belanja terus setiap hari. Kau tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang telah mengumpulkan semua uang itu bersama dengan Diana selama bertahun-tahun lamanya. Tapi habis hanya dalam waktu sekejap bersamamu!" kesal Dani yang akhirnya memilih meninggalkan Marissa yang bengong di tempatnya.

Dani saat ini merasa bingung memikirkan uangnya yang hilang mendadak. "Tampaknya aku harus ke bank dan meminta rekening koran untuk melacak keberadaan uangku!" Dani memilih untuk meninggalkan Marissa dan tidak memperdulikan wanita itu yang terus berteriak memanggilnya karena marah.

Setelah puas Melihat pertunjukan itu, Diana langsung mengajak Raisa untuk pergi dari sana. Diana tidak ingin kalau sampai Dani melihat keberadaannya di mall itu yang pasti akan memancing kecurigaannya.

Untung saja Diana bertindak cerdik dengan menarik uang suaminya secara cash lalu dia transfer ke rekening pribadinya. Tidak akan ada jejak yang bisa ditemukan oleh Dani yang mengarah kepada dirinya.

"Susah payah aku hidup sederhana, menabung dikit demi sedikit untuk masa depan Raisa. Seenaknya saja dia menggunakan uang itu untuk menyenangkan nenek lampir itu! Ora sudi!!" Diana kemudian langsung meninggalkan mall bersama dengan Raisa yang masih penasaran kepada ayahnya.

"Kita tidak bertemu dengan Papah dulu mah?" tanya Raisa pada Diana.

Diana tidak menanggapi apa yang dikatakan Raisa. Karena saat ini dia sedang sibuk dan terus memikirkan sebuah tempat yang akan mereka tempati setelah perceraiannya bersama Dani.

'Aku yakin sekali kalau ibu mertuaku pasti juga terlibat dalam penghianatan itu. Karena selama ini dia yang begitu gencar mendekatkan Mas Dani dengan Marissa. Astaga!! Apa yang mereka lihat dari wanita itu?' batin Diana jengkel setengah mati kepada suami dan mertuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status