Share

Bab 7. Sabar

Author: Nur hapidoh
last update Last Updated: 2024-01-13 23:47:08

Diana saat ini sedang berada di sekolah. Dia terus menatap ke arah Raisa yang sedang bermain dengan teman-temannya tampak begitu bahagia.

"Mama sudah datang?" Tanya bocah kecil itu sambil memeluk ibunya dengan begitu senang.

"Ya, kenapa Mama datang cuma sendiri aja? Mana Papa?? Bukankah kemarin Papa janji akan menjemput Raisa di sekolah?" terlihat raut kekecewaan di wajah gadis cantik itu ketika melihat ibunya datang sendirian saja.

Diana merasa terhenyak melihat wajah sedih putrinya. Ketika menanyakan tentang Dani yang saat ini sedang bersama dengan Marissa dan Andien. Diana tidak tega untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada putrinya.

"Papa masih sibuk di kantornya. Nanti pulang kerja pasti akan menemuimu," Tapi Raisa sudah terlanjur merasa kecewa kepada Dani yang selalu ingkar janji kepadanya.

"Sebenarnya yang anak papa itu aku atau Andien? Kenapa papa lebih mencintai Andien daripada aku, Mah?" tanya Raisa dengan wajah sedihnya.

Diana kemudian memeluk Raisa dia pun sebenarnya merasa sedih dengan nasib rumah tangganya yang di ambang kehancuran. Tetapi dia tidak ingin memperlihatkan kelemahan di hadapan putrinya.

"Setelah pulang sekolah kita pergi ke mall, ya? Raisa boleh belanja apapun yang kamu mau," Diana memilih untuk mengalihkan pembicaraan sehingga membuat putrinya sedikit lupa tentang sakit hatinya kepada ayahnya sendiri.

"Bener Mah?? Aku boleh minta apa aja?" Diana merasa senang melihat benar kebahagiaan di wajah Putri kecilnya yang sudah terlalu sering dikecewakan oleh suaminya yang lebih memilih bersama Marissa dan Andien.

Sampai saat ini Diana masih bingung dengan apa yang dilakukan oleh Dani. Apakah masuk akal seorang suami lebih memilih adik iparnya sendiri daripada keluarganya? Bahkan adiknya saja sudah meninggal lama. Tapi mertua dan suaminya belum juga mau mengizinkan Marissa untuk kembali ke keluarganya.

Sepanjang perjalanan Diana berusaha untuk memperlihatkan kebahagiaan di hadapan Putri kecilnya. Ya, kebahagiaan palsu yang dia ciptakan untuk membuat putrinya tidak mengetahui keadaan rumah tangganya yang sesungguhnya. Diana tidak ingin Raisa memiliki kenangan buruk di masa kecilnya. Tetapi rasanya begitu sulit untuk berkompromi dengan kelakuan Dani dan Marissa yang selalu menguji kesabarannya yang setipis tisu dibagi dua.

"Mama, Bukankah laki-laki yang keluar dari mobil itu adalah papa?" tiba-tiba saja Raisa menunjuk seseorang yang baru saja keluar dari sebuah mobil hitam bersama dengan seorang wanita.

Diana melihat ke arah pria yang di tunjuk oleh Raisa. Hatinya mencelos ketika melihat Marissa yang merangkul lengan suaminya dengan begitu mesra. "Nenek lampir itu Rupanya masih belum juga sadar dengan posisi dan statusnya. Apakah aku perlu melaporkan mereka berdua dengan tindakan tidak menyenangkan?" monolog Diana tanpa dia sadari.

"Kenapa Papa bersama tante Marissa?" tanya Raisa sambil menatap kepada Diana yang masih bingung untuk menjawab pertanyaan putrinya.

Diana memilih untuk meninggalkan mall tersebut. Diana tersenyum bahagia ketika dia mengingat bahwa kembali, kalau tadi malam dia sudah memindahkan semua uang yang ada di rekening Dani ke rekening pribadinya.

'Aku ingin melihat wajah mereka ketika suamiku menggunakan semua kartu yang ada di dompetnya sudah nol semua. Pasti akan sangat menyenangkan!' terlihat wajah devil Diana yang merasa puas melihat kebingungan di wajah Dani ketika hendak membayar belanjaan Marissa.

Untuk memuaskan kesenangannya Diana terpaksa mengikuti langkah suaminya yang sedang berbelanja mengikuti semua keinginan Marissa. "Aku pergi ke ATM dulu untuk mengambil uang," Dani sudah mulai gusar melihat belanjaan yang diambil oleh Marissa.

"Lama-lama semua tabunganku akan habis kalau seperti ini. Ya Allah!! Berapa lama aku harus berada dalam situasi seperti ini?? Kenapa Pak Abraham masih belum juga mau ngasih tes permohonanku untuk memindahkan Marissa ke luar kota?" terlihat Dani yang begitu frustasi menghadapi kelakuan Marissa yang setiap hari selalu menguras kantongnya tanpa memikirkan kondisi dirinya.

Mata Dani hampir melompat keluar ketika melihat saldo rekeningnya yang hanya tersisa Rp50.000, padahal seingatnya terakhir kali dia berbelanja dengan Marissa rekeningnya masih ada sekitar 100 juta," Astagfirullah apa yang terjadi kepada rekeningku??" tanya Dani dengan panik.

Dani akhirnya keluar dari tempat penarikan ATM terlihat wajahnya yang begitu pucat. Diana yang berada tidak jauh dari sana terlihat begitu senang melihat wajah suaminya yang pasti sekarang sedang kebingungan.

"Enak saja!! Susah-susah bersamaku giliran sudah senang bersama pelacur itu! Tidak sudi aku disuruh mengalah terus pada mereka!" geram sekali Diana ketika membayangkan apa yang dilakukan oleh Dani bersama Marisa.

Marisa mengerutkan keningnya ketika melihat Dani yang terlihat begitu lesu. "Kamu Kenapa Mas?" tanya Marissa saat melihat Dani kembali dengan wajah yang pucat dan tanpa semangat.

"Kita pulang ya?" pinta Dani pada Marissa.

Marisa tentu saja merasa heran dengan kelakuan Dani yang terlihat begitu aneh. "Kenapa?? Jelaskan dulu! Apa yang kau lakukan ini padaku? Bagaimana dengan semua belanjaan aku?" tanya Marisa tidak terima pergi begitu saja setelah tadi dia susah payah memilih barang-barang yang ingin dia beli.

"Saldo rekeningku sudah nol. Hanya sisa 50.000, itu ga bisa di tarik. Aku tidak mungkin bisa membayar sama belanjaanmu! Lagi pula, sejak kita menikah kerjamu cuma belanja terus setiap hari. Kau tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang telah mengumpulkan semua uang itu bersama dengan Diana selama bertahun-tahun lamanya. Tapi habis hanya dalam waktu sekejap bersamamu!" kesal Dani yang akhirnya memilih meninggalkan Marissa yang bengong di tempatnya.

Dani saat ini merasa bingung memikirkan uangnya yang hilang mendadak. "Tampaknya aku harus ke bank dan meminta rekening koran untuk melacak keberadaan uangku!" Dani memilih untuk meninggalkan Marissa dan tidak memperdulikan wanita itu yang terus berteriak memanggilnya karena marah.

Setelah puas Melihat pertunjukan itu, Diana langsung mengajak Raisa untuk pergi dari sana. Diana tidak ingin kalau sampai Dani melihat keberadaannya di mall itu yang pasti akan memancing kecurigaannya.

Untung saja Diana bertindak cerdik dengan menarik uang suaminya secara cash lalu dia transfer ke rekening pribadinya. Tidak akan ada jejak yang bisa ditemukan oleh Dani yang mengarah kepada dirinya.

"Susah payah aku hidup sederhana, menabung dikit demi sedikit untuk masa depan Raisa. Seenaknya saja dia menggunakan uang itu untuk menyenangkan nenek lampir itu! Ora sudi!!" Diana kemudian langsung meninggalkan mall bersama dengan Raisa yang masih penasaran kepada ayahnya.

"Kita tidak bertemu dengan Papah dulu mah?" tanya Raisa pada Diana.

Diana tidak menanggapi apa yang dikatakan Raisa. Karena saat ini dia sedang sibuk dan terus memikirkan sebuah tempat yang akan mereka tempati setelah perceraiannya bersama Dani.

'Aku yakin sekali kalau ibu mertuaku pasti juga terlibat dalam penghianatan itu. Karena selama ini dia yang begitu gencar mendekatkan Mas Dani dengan Marissa. Astaga!! Apa yang mereka lihat dari wanita itu?' batin Diana jengkel setengah mati kepada suami dan mertuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Iklaskah aku di madu?   Bab 40. Ending

    Dengan segala kekecewaan akhirnya Dani kembali ke Indonesia dengan tangan hampa. Dani bahkan tidak bisa bertemu dengan Raisa karena James yang menghalangi mereka untuk bertemu."Kurang ajar! Dasar tetangga tidak ada akhlak! Bisa-bisanya dia merampas istriku! Aku akan melakukan segala cara untuk merebut Diana dan Raisa dari tangan dia!" geram Dani saat dia memasuki rumahnya.Dani dikejutkan dengan kehadiran Marissa dan Andien yang menyambut kedatangannya."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Dani yang merasa tidak senang dengan kehadiran mereka berdua di rumahnya."Mereka berdua akan tinggal bersama kita!" ucap sang ibu yang tiba-tiba saja sudah berada di antara mereka."Mama tidak usah ikut campur urusanku lagi! Gara-gara mama Aku kehilangan segalanya dan sekarang menjadi pecundang! Mereka bukan tanggung jawabku karena aku sudah menceraikan Dia! Lagipula, Andien bukanlah darah dagingku dan aku tidak akan pernah mau menghabiskan hidupku untuk mengurus dia!" tegas Dani yang menolak

  • Iklaskah aku di madu?   Bab 39

    "Baiklah, aku akan mencapai tuntutanku tapi dengan suatu syarat," pinta James pada akhirnya. Diana tentu saja merasa senang mendengarnya dan antusias untuk segera mengetahui syarat yang James maksud."Apa?""Aku berharap kamu tidak menemui dia lagi. Sayang, aku benar-benar merasa sangat cemburu dan takut kamu akan kembali tergerak hatinya dengan laki-laki itu. Kamu bisa mengerti perasaan aku kan?" tanya James sambil menatap Intens mata Diana.Diana terdiam beberapa saat lamanya. "Kami memiliki anak bersama, James. Bagaimana mungkin tidak akan bertemu dia selama sia hidup ini?" tanya Diana yang merasa Dilema dengan syarat itu.James memeluk Diana. "Aku akan selalu mendampingimu ketika kalian bertemu. Sayang, tolong pahami aku ya? Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu!" pinta Jane dengan lembut dan membuai Diana dalam cinta.Diana menatap Dani yang masih menunggu keputusan mereka. " Lalu bagaimana dengan Jasmine? Bukankah kalian bertunangan?"Deg!!James terkejut karena karena Diana ter

  • Iklaskah aku di madu?   Bab 38

    "Gara-gara kamu menerima lamaran James, dia menolak untuk dijodohkan denganku. Dasar perempuan sundal!" pekik gadis itu dengan penuh amarah kepada Diana.Deg!Dani membeku di tempat mendengar hal itu. "Diana menerima lamaran dari James? Tunggu dulu! Kenapa rasanya aku kenal dengan nama itu?" monolog Dani sambil kembali mengingat-ingat nama James di memorynya."Sialan! Bukankah James itu adalah tetangga kami ketika tinggal di luar negeri? Gimana dia bisa melamar Diana?? Bagaimana nasib istrinya? Oh, tidak!! Apakah Diana mau dijadikan istri kedua oleh bajingan itu!" pekik Dani merasa tidak senang dengan apa yang ada dalam pikiran nya.Saat Dani hendak mendekat ke arah Diana, dia melihat seorang lelaki bule yang begitu familiar dimatanya mendekati kedua wanita yang sedang ribut itu. Diana memilih diam dan tidak meladeni gadis itu yang seperti menggila melihat Diana begitu acuh dan tenang dalam menghadapinya yang sudah seperti kesetanan."Stop it, Jasmine!" sentak James yang menarik tanga

  • Iklaskah aku di madu?   Bab 37

    Marissa kembali ke Indonesia dengan perasaan berkecamuk. Ada ribuan dendam yang semakin membuat hidupnya tak tenang jika memikirkan tentang Diana yang merupakan saingan baginya sejak lama. Marissa mengepalkan kedua tangan saat melihat semua barangnya sudah berada di luar dan apartemen itu telah berganti kepemilikan."Sial! Hidupku berubah dalam semalam gegara perempuan kurang ajar itu! Entah apa yang dia lakukan padaku sehingga selalu memberikan kesialan padaku tiap kali bertemu dengan dia!" kesal Marissa yang akhirnya mau tidak mau meninggalkan apartemen itu juga.Pantang bagi Marissa untuk mengemis pada Darma yang sudah membuangnya layaknya kotoran yang tak berharga. Dengan terseok Marissa kembali ke rumah kontrakan yang di tempati oleh Andien dan pengasuhnya."Mama?? Mama akhirnya pulang juga!" teriak Andien dengan penuh kebahagiaan.Marissa yang sedang kesal mendadak baik mood nya saat melihat Andien yang menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Tetapi saat ini dia sedang lelah seka

  • Iklaskah aku di madu?   Bab 36

    James sudah membawa koper miliknya dan bersiap berangkat ke bandara. Dia melirik sejenak ke arah apartemen milik Diana. Dia berharap bisa melihat wanita yang dia cintai untuk terakhir kalinya. Tapi nihil! Disana hanya ada kesunyian karena tampaknya Diana masih sibuk dengan aktivitasnya di pagi hari untuk menyiapkan sarapan buat Raisa dan mempersiapkan diri berangkat bekerja.Dengan langkah gontai James masuk ke dalam mobilnya. Dia sudah merasakan putus asa untuk dapat menyentuh relung hati Diana. Hati wanita jika sudah terluka memang sangat sulit untuk kembali disembuhkan. Butuh waktu dan kesabaran ekstra untuk bisa melakukan itu. James sadar kalau dia sedang melakukan sesuatu yang amat mustahil.Ketika James hendak masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkannya dan sukses membuat James membeku seketika itu juga. "James, apakah kamu berencana pergi untuk tidak berpamitan padaku secara langsung?" tanya Diana dengan suara bergetar."Diana? Kamu sedang apa disitu?" ta

  • Iklaskah aku di madu?   Bab 35

    Diana menatap ponselnya dan membaca pesan yang ditinggalkan James untuknya. "Selamat malam Diana. Maafkan aku yang sudah mengganggu waktumu. Aku hanya ingin menyampaikan padamu bahwa besok aku akan kembali ke Kanada. Maafkan aku jika sudah membuat merasa tidak nyaman Sejak pertemuan kita kembali. Aku harap kamu akan bisa berdamai dengan masa lalumu dan menemukan kebahagian hidup di masa depan."Diana meletakkan kembali ponselnya di atas nakas dia tidak berniat sama sekali untuk menjawab pesan tersebut. Entah kenapa Diana merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. "Selamat jalan, James. Aku mendoakan kebahagiaanmu dari sini. Maafkan aku yang terpaksa harus bersikap ketus kepadamu untuk mengikis jarak yang sedang kau upayakan kembali terjalin seperti dulu. Tapi saat ini hatiku sedang tidak ingin memeluk cinta lagi. Maafkan aku!" sesal Diana sambil menghapus air mata yang mengalir begitu saja di pipinya.Diana kembali melihat ke arah ponselnya yang kembali berbunyi. Tanda ada pesan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status