Diana saat ini sedang berada di sekolah. Dia terus menatap ke arah Raisa yang sedang bermain dengan teman-temannya tampak begitu bahagia.
"Mama sudah datang?" Tanya bocah kecil itu sambil memeluk ibunya dengan begitu senang."Ya, kenapa Mama datang cuma sendiri aja? Mana Papa?? Bukankah kemarin Papa janji akan menjemput Raisa di sekolah?" terlihat raut kekecewaan di wajah gadis cantik itu ketika melihat ibunya datang sendirian saja.Diana merasa terhenyak melihat wajah sedih putrinya. Ketika menanyakan tentang Dani yang saat ini sedang bersama dengan Marissa dan Andien. Diana tidak tega untuk mengatakan yang sesungguhnya kepada putrinya."Papa masih sibuk di kantornya. Nanti pulang kerja pasti akan menemuimu," Tapi Raisa sudah terlanjur merasa kecewa kepada Dani yang selalu ingkar janji kepadanya."Sebenarnya yang anak papa itu aku atau Andien? Kenapa papa lebih mencintai Andien daripada aku, Mah?" tanya Raisa dengan wajah sedihnya.Diana kemudian memeluk Raisa dia pun sebenarnya merasa sedih dengan nasib rumah tangganya yang di ambang kehancuran. Tetapi dia tidak ingin memperlihatkan kelemahan di hadapan putrinya."Setelah pulang sekolah kita pergi ke mall, ya? Raisa boleh belanja apapun yang kamu mau," Diana memilih untuk mengalihkan pembicaraan sehingga membuat putrinya sedikit lupa tentang sakit hatinya kepada ayahnya sendiri."Bener Mah?? Aku boleh minta apa aja?" Diana merasa senang melihat benar kebahagiaan di wajah Putri kecilnya yang sudah terlalu sering dikecewakan oleh suaminya yang lebih memilih bersama Marissa dan Andien.Sampai saat ini Diana masih bingung dengan apa yang dilakukan oleh Dani. Apakah masuk akal seorang suami lebih memilih adik iparnya sendiri daripada keluarganya? Bahkan adiknya saja sudah meninggal lama. Tapi mertua dan suaminya belum juga mau mengizinkan Marissa untuk kembali ke keluarganya.Sepanjang perjalanan Diana berusaha untuk memperlihatkan kebahagiaan di hadapan Putri kecilnya. Ya, kebahagiaan palsu yang dia ciptakan untuk membuat putrinya tidak mengetahui keadaan rumah tangganya yang sesungguhnya. Diana tidak ingin Raisa memiliki kenangan buruk di masa kecilnya. Tetapi rasanya begitu sulit untuk berkompromi dengan kelakuan Dani dan Marissa yang selalu menguji kesabarannya yang setipis tisu dibagi dua."Mama, Bukankah laki-laki yang keluar dari mobil itu adalah papa?" tiba-tiba saja Raisa menunjuk seseorang yang baru saja keluar dari sebuah mobil hitam bersama dengan seorang wanita.Diana melihat ke arah pria yang di tunjuk oleh Raisa. Hatinya mencelos ketika melihat Marissa yang merangkul lengan suaminya dengan begitu mesra. "Nenek lampir itu Rupanya masih belum juga sadar dengan posisi dan statusnya. Apakah aku perlu melaporkan mereka berdua dengan tindakan tidak menyenangkan?" monolog Diana tanpa dia sadari."Kenapa Papa bersama tante Marissa?" tanya Raisa sambil menatap kepada Diana yang masih bingung untuk menjawab pertanyaan putrinya.Diana memilih untuk meninggalkan mall tersebut. Diana tersenyum bahagia ketika dia mengingat bahwa kembali, kalau tadi malam dia sudah memindahkan semua uang yang ada di rekening Dani ke rekening pribadinya.'Aku ingin melihat wajah mereka ketika suamiku menggunakan semua kartu yang ada di dompetnya sudah nol semua. Pasti akan sangat menyenangkan!' terlihat wajah devil Diana yang merasa puas melihat kebingungan di wajah Dani ketika hendak membayar belanjaan Marissa.Untuk memuaskan kesenangannya Diana terpaksa mengikuti langkah suaminya yang sedang berbelanja mengikuti semua keinginan Marissa. "Aku pergi ke ATM dulu untuk mengambil uang," Dani sudah mulai gusar melihat belanjaan yang diambil oleh Marissa."Lama-lama semua tabunganku akan habis kalau seperti ini. Ya Allah!! Berapa lama aku harus berada dalam situasi seperti ini?? Kenapa Pak Abraham masih belum juga mau ngasih tes permohonanku untuk memindahkan Marissa ke luar kota?" terlihat Dani yang begitu frustasi menghadapi kelakuan Marissa yang setiap hari selalu menguras kantongnya tanpa memikirkan kondisi dirinya.Mata Dani hampir melompat keluar ketika melihat saldo rekeningnya yang hanya tersisa Rp50.000, padahal seingatnya terakhir kali dia berbelanja dengan Marissa rekeningnya masih ada sekitar 100 juta," Astagfirullah apa yang terjadi kepada rekeningku??" tanya Dani dengan panik.Dani akhirnya keluar dari tempat penarikan ATM terlihat wajahnya yang begitu pucat. Diana yang berada tidak jauh dari sana terlihat begitu senang melihat wajah suaminya yang pasti sekarang sedang kebingungan."Enak saja!! Susah-susah bersamaku giliran sudah senang bersama pelacur itu! Tidak sudi aku disuruh mengalah terus pada mereka!" geram sekali Diana ketika membayangkan apa yang dilakukan oleh Dani bersama Marisa.Marisa mengerutkan keningnya ketika melihat Dani yang terlihat begitu lesu. "Kamu Kenapa Mas?" tanya Marissa saat melihat Dani kembali dengan wajah yang pucat dan tanpa semangat."Kita pulang ya?" pinta Dani pada Marissa.Marisa tentu saja merasa heran dengan kelakuan Dani yang terlihat begitu aneh. "Kenapa?? Jelaskan dulu! Apa yang kau lakukan ini padaku? Bagaimana dengan semua belanjaan aku?" tanya Marisa tidak terima pergi begitu saja setelah tadi dia susah payah memilih barang-barang yang ingin dia beli."Saldo rekeningku sudah nol. Hanya sisa 50.000, itu ga bisa di tarik. Aku tidak mungkin bisa membayar sama belanjaanmu! Lagi pula, sejak kita menikah kerjamu cuma belanja terus setiap hari. Kau tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang telah mengumpulkan semua uang itu bersama dengan Diana selama bertahun-tahun lamanya. Tapi habis hanya dalam waktu sekejap bersamamu!" kesal Dani yang akhirnya memilih meninggalkan Marissa yang bengong di tempatnya.Dani saat ini merasa bingung memikirkan uangnya yang hilang mendadak. "Tampaknya aku harus ke bank dan meminta rekening koran untuk melacak keberadaan uangku!" Dani memilih untuk meninggalkan Marissa dan tidak memperdulikan wanita itu yang terus berteriak memanggilnya karena marah.Setelah puas Melihat pertunjukan itu, Diana langsung mengajak Raisa untuk pergi dari sana. Diana tidak ingin kalau sampai Dani melihat keberadaannya di mall itu yang pasti akan memancing kecurigaannya.Untung saja Diana bertindak cerdik dengan menarik uang suaminya secara cash lalu dia transfer ke rekening pribadinya. Tidak akan ada jejak yang bisa ditemukan oleh Dani yang mengarah kepada dirinya."Susah payah aku hidup sederhana, menabung dikit demi sedikit untuk masa depan Raisa. Seenaknya saja dia menggunakan uang itu untuk menyenangkan nenek lampir itu! Ora sudi!!" Diana kemudian langsung meninggalkan mall bersama dengan Raisa yang masih penasaran kepada ayahnya."Kita tidak bertemu dengan Papah dulu mah?" tanya Raisa pada Diana.Diana tidak menanggapi apa yang dikatakan Raisa. Karena saat ini dia sedang sibuk dan terus memikirkan sebuah tempat yang akan mereka tempati setelah perceraiannya bersama Dani.'Aku yakin sekali kalau ibu mertuaku pasti juga terlibat dalam penghianatan itu. Karena selama ini dia yang begitu gencar mendekatkan Mas Dani dengan Marissa. Astaga!! Apa yang mereka lihat dari wanita itu?' batin Diana jengkel setengah mati kepada suami dan mertuanya.Marisa marah sekali kepada Dani yang malah meninggalkan dia begitu saja di mall. Dia terpaksa mengeluarkan uangnya sendiri untuk membayar semua belanjaan yang sudah dia pilih. Uang yang diberikan Dani tentu saja, dengan berbagai alasan dramatis yang dia karang soal Andien.Marissa paling tahu bagaimana cara menaklukkan seorang Dani dan membuatnya tidak bisa berkutik. "Kamu apa-apaan, Mas? Seenaknya saja meninggalkan aku di mall begitu saja. Untung saja aku bawa dompet aku. Kalau gak, aku pasti akan malu di sana." Omel Marissa ketika dia sudah sampai di rumah dan melihat Dani yang sedang berbaring lesu.Ya, Dani merasa sangat lemah setelah mendatangi pihak bank yang mengatakan kalau dirinya yang menarik lewat ATM secara berkala. Mungkin karena dia ceroboh tidak sadar terus menghujani Marissa dengan kemewahan sampai tidak sadar sudah menghabiskan semua tabungannya. "Kamu kenapa? Pulang-pulang marah-marah begitu," kesal Dani yang memasang wajah kesal.Dani tiba-tiba saja merindukan ruma
Diana dan Raisa kini bersama di sebuah apartemen mewah dan besar. Diana sangat senang sekali dengan apa yang terjadi pada hidupnya, dengan keputusan nekat yang telah diambilnya. Diana akan memulai kembali kehidupannya tanpa Dani."Mah, kita akan tinggal disini?" tanya Raisa dengan mata berbinar ketika dia melihat kamarnya yang baru. Raisa sesaat melupakan kantuknya yang sejak di mobil tadi menyerang."Ya, sayang. Raisa sekarang mandi sama bibi ya? Lalu tidur. Besok Raisa akan sekolah di tempat baru yang lebih dekat dengan tempat tinggal kita." Diana memeluk putri kecilnya dengan lembut. Hanya Raisa yang menjadi sumber kekuatannya sekarang dalam keadaan terpuruk. "Ye, akhirnya Raisa tidak perlu satu sekolah lagi dengan Andien. Mah, terima kasih ya?" Raisa bahkan sampai mendaratkan ciumannya di pipi Diana yang membuatnya amat bahagia.Marissa memang seketerlaluan itu. Mereka tidak pernah memikirkan perasaanmu sama sekali. Ibu mertuanya juga amat kejam dengan membiarkan Dani dan Marissa
"Apa? Diana dan Raisa pergi dari rumahmu? Kok bisa?" tanya Halimah kaget saat Dani bilang menantu tak di anggapnya berani pergi dari rumah mewah putranya.Sungguh di luar dugaannya kalau Diana akan berani melakukan hal itu. Padahal dia begitu percaya diri mengatakan kepada Dani, bahwa Diana selamanya tidak akan pernah melepaskan putranya yang berharta. Makanya dia dengan enteng menyuruh Dani menikahi Marissa begitu masa idah wanita itu selesai."Tentu saja bisa, Mah. Diana Itu wanita yang keras kepala dan tinggi harga dirinya. Aku curiga kalau Diana sudah mengetahui pernikahanku dengan Marissa. Mama sih, main suruh-suruh aku nikahin janda adikku segala. Lihat nih!! Rumah tanggaku bersama Diana kacau jadinya!" kesal Dani sambil mengacak rambutnya.Hatinya kacau banget saat ini. Dia tidak ingin kehilangan Diana dan Raisa. Dani menyesali tindakan ceroboh yang sudah diambil oleh Diana tanpa bertanya dulu padanya.'Kenapa kamu main pergi begitu saja? Padahal Mas sudah mengatur untuk kepin
"Apa? Kamu berniat untuk menceraikanku? Gila kamu, Mas?" tanya Marissa sambil menatap tajam Dani yang sekarang berada di hadapannya.Halimah sekarang sudah duduk anteng di dalam pelukan Marissa. Aksi bunuh dirinya dia batalkan setelah melihat Andien yang menangis terisak sambil memeluk dirinya.Sesayang itu memang sosok Halimah pada Andien. Dani sendiri tidak mengerti. Kenapa Ibunya membedakan antara Andien dan Raisa. Padahal mereka sama-sama anaknya. Darah dagingnya yang itu artinya cucunya sendiri."Aku tidak mau kehilangan Diana dan Raisa. Aku mencintai dan menyayangi mereka. Marissa, kamu dan Andien hadir dalam kehidupanku setelah aku bahagia bersama mereka. Kau menghancurkan segala yang aku miliki. Aku tidak bisa kehilangan hal yang selama ini sudah buat aku bahagia." Marisa Tentu saja sangat tersinggung mendengar perkataan Dani.Marissa menggenggam telapak tangan Dani tetapi langsung ditepis olehnya. "Apakah kau benar-benar tidak menginginkan kehadiran kami lagi di dalam hidupmu?
Diana memutuskan untuk datang ke kantor menemui pamannya. Dia sudah mantap akan menunjukkan wajahnya di hadapan semua karyawan yang bekerja di sana."Paman, aku ingin segera mengambil alih perusahaan dari tanganmu. Paman bisa pensiun setelah itu. Aku merasa tidak enak karena sudah menahan cita-cita Paman untuk pensiun dini," ucap Diana begitu dia masuk ke ruangan Lukman yang begitu besar dan megah."Kamu yakin dengan keputusanmu? Apa kamu nanti tidak akan menyesalinya? Satu kali kamu muncul di hadapan mereka. Maka kamu tidak bisa mundur lagi," sahut Lukman dengan senyum hangatnya yang selalu menghiasi wajahnya yang tampan walau usianya sudah tak muda.Diana mengangguk, "paman, aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Mas Dani. Rasanya tidak perlu untuk bersembunyi lagi darinya dan gundik dia!" Geram Diana sambil menatap tajam ke arah Dani yang sedang fokus dengan pekerjaannya.Ruangan Lukman memang bisa mengawasi semua karyawan yang ada di perusahaannya. Tetapi orang yang ada di lua
Marisa tersenyum sinis mendengar pertanyaan Dani padanya. "Kenapa aku takut padamu! Bagiku Diana tidak ada artinya sama sekali. Aku hanya merasa kecewa kepadamu yang sudah berani menceraikanku untuk perempuan tak berharga itu!" Kesal Marissa yang bersiap meninggalkan Dhani yang masih terlihat marah padanya."Tutup mulutmu yang seperti sampah itu! Bagiku Diana sangatlah berharga dan aku sangat mencintainya. Kalau Bukan kamu yang selalu berusaha menjeratku masuk ke dalam pelukanmu tidak mungkin Diana akan membuang aku seperti ini. Kau memang wanita yang sangat mengerikan!" Dani begitu murka kepada Marissa yang Bahkan tidak merasa bersalah sama sekali setelah memberi masalah kepadanya."Kau itu aneh sekali. Diana pergi meninggalkan rumahmu bukan karena salahku. Kenapa kau malah marah-marah kepadaku seperti ini? Pria menyedihkan!" Cicit Marissa sambil menatap sinis ke arah Dani yang selama beberapa hari benar-benar sudah membuatnya kecewa dan jengkel sekali."Menyerah saja Mas! Tampaknya
"Suami kamu tampaknya masih mencintaimu Oleh karena itu dia bersikap seperti itu di hadapanmu." Ucap Bryan dengan sinis.Dani melotot kepada Brian yang dia nilai sedang mengolok dirinya. "Kamu Kenapa masih berada di sini dan tidak segera meninggalkan kami? Apa kau mau melihat kami bercinta disini?" tanya Dani dengan senyum menjengkelkannya.Diana memutar bola matanya dengan malas mendengar perkataan Dani. Diana benar-benar tidak menyangka kalau dan bisa mengatakan hal-hal konyol seperti itu di hadapan Brian yang sejak dulu selalu menjadi Rival suaminya."Brian, jangan mendengarkan ucapan laki-laki ini. Aku sudah memasukkan gugatan perceraian kami. Jadi, kamu tidak usah khawatir untuk bersamaku sekarang!" Dani langsung menarik tangan Diana yang hendak pergi bersama Bryan.Dani benar-benar sangat marah melihat kelakuan Diana yang tidak menganggapnya sebagai suami lagi. "Kau kenapa begitu? Aku tidak pernah setuju untuk bercerai denganmu. Aku juga tidak pernah mengucapkan talak untukmu.
Dani melongo saat kembali ke mobil tak melihat Diana lagi. "Kemana dia? Ah... bodohnya aku! Dia meminta makanan ini pasti hanya untuk mengalihkan ku saja supaya bisa kabur. Sayang, kenapa kamu masih belum bisa memaafkan kesalahan yang sudah kubuat?" Sesal Dani saat dia sadar bahwa dirinya telah jatuh ke dalam jebakan Diana supaya bisa kabur dari sisinya.Karena Dani telah kehilangan jejak Diana. Dia pun kemudian memilih untuk kembali ke rumahnya dan memberikan makanan yang tadi dia beli kepada ibunya. Sang ibu tentu saja merasa heran dengan ekspresi Sang putra yang begitu lemas tak berdaya."Ada apa kamu? Kenapa lemas begitu?" tanya sang ibu merasa heran dan prihatin melihat putranya yang amat menyedihkan.Dani melirik pada ibunya. "Diana benar-benar ingin meninggalkanku. Dia bahkan sudah melayangkan gugatan perceraian ke pengadilan. Mah, aku benar-benar sangat mencintainya dan tidak ingin kehilangan dia. Aku harus bagaimana sekarang?" tanya Dani dengan wajah penuh penyesalan.Ibu Dan