Beranda / Romansa / Imperfect Love / Cium Aku Dulu

Share

Cium Aku Dulu

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-16 17:18:46

Byakta memandang Yasmen yang sibuk mengumpat, ketika tahu aplikasi mobile banking di ponselnya sudah tidak bisa diakses sama sekali. Gadis itu menggeram kesal, lalu membuang ponselnya dengan kasar di atas ranjang. 

“Yas, kalau hapemu jatuh terus rusak, aku nggak akan beliin kamu hape baru seharga itu,” tunjuk Byakta pada benda persegi yang untungnya tidak jatuh, dan terbentur lantai kamar hotel. Ponsel Yasmen memang tidak akan langsung rusak bila jatuh ke lantai, tapi, sekali ini Yasmen memang perlu diberi peringatan agar tidak bersikap semaunya.

Seperti kata Pras, Yasmen saat ini adalah tanggung jawab Byakta. Oleh karena itu, Byakta akan sungguh-sungguh mendidik Yasmen agar bisa menjadi wanita dewasa yang mandiri.

Yasmen melirik tajam dan kesal pasa sang suami. Kenapa Byakta bisa berubah 180 derajat seperti itu, ketika mereka sudah menikah? Yang Yasmen tahu, pria itu selalu bersikap baik dan loyal kepadanya.

“Kenapa Mas By jadi berubah pelit gini?” protes Yasmen separuh berteriak lalu menghempas bokongnya di tepi ranjang.

“Bukan pelit, Yas.” Byakta yang sedari tadi duduk di sofa segera beranjak untuk duduk di samping Yasmen. “Di Casteel High, aku cuma karyawan yang digaji bulanan. Aku bukan pemilik saham, apalagi pemilik perusahaan. Jadi, aku punya pertimbangan setiap membeli sesuatu.”

“Hape Mas By itu harganya belasan juta!”

“Dan hapemu itu harganya di atas 20 juta,” sambar Byakta harus benar-benar sabar ketika menghadapi seorang Yasmen. “Jadi, kalau hapemu sampai rusak, aku cuma bisa belikan kamu hape seharga dua juta. Yang penting bisa dipakai nelpon dan—”

“HA?” Yasmen segera berdiri karena terkejut dan tidak bisa memercayai ucapan Byakta. “Nggak, nggak, aku bisa minta papi atau mami daripada pake hape harga dua juta.”

Byakta mengambil benda persegi yang sempat dilempar Yasmen di tempat tidur. Ia berdiri, lalu meraih tangan kanan Yasmen dan meletakkan ponsel gadis itu di tangannya. “Punya barang itu, dihargai dan dijaga baik-baik. Kalau sampai aku dengar kamu minta barang, atau uang satu rupiah aja sama mami atau papi, aku bakal minta ayah untuk stop semua kucuran dana dari perusahaan buat kamu, untuk seumur hidup. Dan kamu, cuma terima gaji perbulan dari Casteel High, atas kinerjamu selama 22 hari kerja. Itu pun, baru bisa kamu terima setelah semua biaya bulan madu yang batal itu lunas.”

“MAS BY!”

“Ya, Yas?” balas Byakta dengan lembut, tanpa ada amarah sama sekali.

“Aku nggak terima, ya, diperlakukan seperti ini,” protes Yasmen kembali ingin melempar ponselnya, tapi dengan cepat ia urungkan karena mengingat ancaman Byakta. Ia tidak akan mau memakai ponsel seharga dua juta sampai kapan pun. Apa kata teman-temannya jika melihat kehidupan Yasmen mendadak downgrade setelah menikah dengan Byakta.

Itu baru masalah ponsel. Bagaimana dengan fasilitas lainnya?

Seperti … perawatan ke klinik kecantikan yang selalu rutin dilakukan Yasmen tiap bulan, dan nongkrong di kafe bersama teman-temannya di akhir minggu?

Astaga! Kenapa Yasmen tidak memikirkan hal tersebut sebelumnya? Hal seperti ini tidak akan terjadi jika Yasmen tetap berangkat ke Singapura bersama Byakta. Harusnya, Yasmen memikirkan semua hal terlebih dahulu, sebelum mengambil keputusan ketika ia tengah kesal dan marah pada Byakta malam tadi.

“Kamu bisa protes sama ayah.” Byakta tidak mungkin menyuruh Yasmen untuk melayangkan protes pada kedua orangtua gadis itu. Karena Byakta yakin sekali jika Yasmen akan mendapat pembelaan dari Bira, maupun sang istri yang sangat memanjakan putri semata wayangnya itu. “Atau, sama Enda.”

“Mas By, jahat!” Yasmen menggunakan tangan bebasnya untuk memukul dada Byakta. “Aku kira, setelah nikah sama Mas By, aku bisa tambah bahagia. Tapi, baru sehari aku sudah menderita dan nggak punya uang sama sekali!”

Byakta meringis nyeri sambil mengusap dadanya. “Mulai sekarang, uangku itu, juga uangmu.”

Mendengar hal tersebut, kedua alis Yasmen sontak tersentak tinggi. Tangannya langsung menengadah di depan dada Byakta tanpa sungkan sama sekali. “Kasih aku kartu kredit kalau gitu. Karena punyaku pasti sudah blokir juga sama ayah.”

“Nggak bisa Yasmen.” Byakta menyingkirkan tangan sang istri, lalu menepuk-nepuk pipi Yasmen dengan perlahan. “Gajiku sebulan bisa langsung habis kalau aku kasih kamu kartu kredit.”

“Ya dilimitlah,” buru Yasmen masih ingin menuntut haknya pada Byakta.

“Limit berapa? 100 juta sebulan?” Byakta menepuk dahinya sendiri lalu menghempaskan kembali tubuhnya di tepi ranjang. “Sekali lagi aku bilang, aku itu di Casteel High cuma pegawai. Suamimu ini, bukan anak pengusaha, Yas. Papaku cuma mantan supir pribadi Enda, sama asisten ayah, alias cuma pesuruh. Jadi, kalau kamu mau punya kartu kredit dengan limit segitu, harusnya kamu nikah dengan anak dari rekan bisnis papi, bukan sama aku.”

Bukan sekali, dua kali Bira hendak menjodohkan Yasmen dengan anak relasi bisnisnya. Namun, yang ada di mata Yasmen sejak dahulu kala, hanyalah Byakta seorang. Pembawaan Byakta yang tenang, rendah hati, ramah, dan hangatlah, yang semakin membuat Yasmen tergila-gila pada pria itu. Ditambah, paras Byakta yang sangat tampan itulah, yang sudah membuat Yasmen menjatuhkan hati pada pria itu sejak pertama kali melihatnya di kediaman Pras.

“Tapi aku maunya cuma nikah sama Mas By.” Jika teman-temannya memiliki cita-cita untuk menjadi pengacara, dokter, pengusaha dan karir sejenisnya, hal itu tidak berlaku dengan Yasmen. Sejak melihat dan mengenal Byakta, cita-cita Yasmen hanya untuk menikah dan menjadi istri dari pria itu. Memiliki banyak anak, dan menjalani hidup bahagia selamanya, bak cerita dari negeri dongeng.

Byakta tertawa kecil karena sikap Yasmen yang terkadang terlampau polos dan manja. Sungguh berbeda dengan pembawaan Mai yang terlalu mandiri dan arogan itu. Ah! Kenapa lagi-lagi nama Mai terselip di dalam pikiran Byakta.

“Dan kita sudah menikah.” Byakta segera menggeleng cepat, untuk mengusir rasa yang sudah tidak boleh lagi terselip di hatinya.

“Tapi Mas By masih cinta sama Raya,” seloroh Yasmen ikut menghempaskan diri di samping Byakta. Yasmen bersila, kemudian menunduk menatap kedua kakinya. Apa tidak bisa Byakta mengabaikan semua rasa itu, dan hanya melihatnya seorang. “Gara-gara Raya juga, tadi malam kita—"

“Kasih aku sedikit waktu, Yas.” Waktu untuk melupakan sang permaisuri hati, yang sudah bertahta di hati Byakta sejak lama.

“Aku kasih Mas By waktu tapi …” Yasmen mengangkat wajah untuk memandang Byakta.

“Tapi?”

“Cium aku dulu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yanti
authornya tahu arti seloroh gak sih.
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
Yasmen ini terobsesi sama Byakta, bukan cinta.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Imperfect Love   Give Away ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak Imperfect Love : ArPi Kim : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Mulya Purnama : 750 koin GN + pulsa 150 rb Elin land : 500 koin GN + pulsa 100 rb Miss Ziza Ziza S : 350 koin GN + pulsa 50 rb Ziza Ziz S : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari Minggu, 2 April 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari Senin ke pihak GN. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Bee and Hunny ~~ Kita ketemu lagi di GN, Insya Allah habis lebaran yaaa .... Kissseeess …..

  • Imperfect Love   Bon~Bira 5

    Apa ini? Asisten nyonya besar keluarga Sagara tiba-tiba menelepon dan meminta Arista datang ke kediaman atasannya. Bukan di rumah jabatan yang ditempati saat ini, tetapi di rumah pribadi kediaman Sagara. Bahkan, Arista dijemput langsung oleh salah satu sopir keluarga tersebut. Arista seperti di sidang. Duduk seorang diri dan menghadapi empat orang yang mentapnya dalam diam. “Maaf, Bu Aida.” Daripada hanya didiamkan, Arista akhirnya membuka mulut. “Kenapa saya dipanggil ke sini? Apa ada masalah, atau butuh bantuan saya?” Tatapan Arista tertuju sekilas pada Bira yang duduk paling ujung, di samping Pras. Jangan-jangan, pertemuan kali ini adalah buntut dari pembicaraan Arista dan Bira malam itu. Jangan-jangan, semua ucapan yang dikatakan Bira saat itu bukan hanya gurauan belaka. Jangan-jangan … Semakin dipikirkan, Aristas semakin sakit kepala karena takut menebak-nebak jawabannya. “Saya minta maaf kalau harus minta kamu datang mendadak seperti sekarang.” Aida berujar dengan sikap ang

  • Imperfect Love   Bon~Bira 4

    Arista mengerjap dengan mulut yang terbuka. Berdiri mematung pada celah pintu mobil yang sudah dibuka Vincent sebelumnya. Mendengar perkataan Bira dan wajah serius pria itu, Arista jadi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. “Becanda, Ris.” Bira spontan tertawa saat melihat Arista membeku dengan wajah tegang. Wanita itu mungkin syok akibat mendengar ucapan Bira barusan. “Buruan masuk, aku sudah lapar.” “Ahh …” Mulut Arista ikut melempar tawa, garing. Ia mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil dan menggeser bokongnya ke sisi pintu yang lain, karena Bira jelas akan duduk di sebelahnya. “Jangan terlalu tegang,” kata Bira setelah menutup pintu. “Kerja sama aku memang harus serius, tapi santai aja.” “Iya, Mas.” Arista kembali tertawa, terkesan dipaksakan. “Lagian, masa’ buaya dipercaya.” Bira tertawa. “Eh, tapi aku serius masalah yang tadi. Aku memang lagi nyari istri, soalnya lagi pusing disuruh nikah terus sama nyonya besar.” Arista berdecak. “Cewek-cewek di Casteel High, kan, banyak

  • Imperfect Love   Bon~Bira 3

    “Kenapa belum pulang?” Bira menatap layar komputer yang dipandang Arista. Wanita itu memandang situs web yang berisikan berbagai video, yang bisa diunggah oleh penggunanya di berbagai belahan dunia manapun asal memiliki akses internet.“Hujan deras, Mas,” kata Arista sembari mengangkat wajah, menatap Bira yang berdiri di sampingnya. Dari pria itu datang ke kantor di pagi hari, sampai pulang di sore hari, atau malam sekali pun ketika mereka lembur, wangi parfum Bira tetap setia menempel di tubuh pria itu. Intensitas wanginya tidak berubah sedikit pun. “Saya nggak bawa jas hujan.”“Terus kenapa belum pulang?” ulang Bira kembali mempertanyakan hal yang sama. “Kita nggak lembur, dan kamu sebenarnya bisa pulang duluan.”“Hujan deras, Mas.” Arista juga mengulang jawaban yang sama, dan mulai menahan kekesalannya.“Aku tahu sekarang hujan deras, tapi kenapa kamu belum pulang?” tanya Bira sekali lagi. “Pesan taksi, kek! Gajimu di sini lebih besar dari Firma Sagara, masa’ bayar taksi buat pulan

  • Imperfect Love   Bon~Bira 2

    Pagi itu, Bira berhenti di depan meja sekretarisnya sebelum memasuki ruang kerja. Perangkat komputer di meja Arista tampak belum menyala, pun dengan kursi kerja yang masih rapi menempel rapat dengan sisi meja.Bira mengeluarkan ponsel. Melihat notifikasi yang masuk di dalamnya. Tidak ada nama Arista di sana. Itu berarti, wanita itu tidak memberi info sama sekali tentang ketidakhadirannya, atau mungkin keterlambatannya. Kalau begitu, biarlah Bira menunggu kabar dari wanita itu sembari melakukan pekerjaannya.Saat Bira baru membuka pintu, hawa sejuk pendingin udara langsung menerpa wajahnya dengan suhu seperti biasa. Itu artinya, sudah ada seseorang yang menyalakan pendingin ruangannya lebih dulu, dan itu pasti Arista.“Mas Bira!”Bira terkejut mendengar seruan yang dilontarkan dengan nada kesal padanya. Namun, entah mengapa seruan tersebut juga terdengar sedikit manja. Sedikit mengusik indra pendengarannya.“Arista? Kamu kenapa?”“Mas Bira pasti tahu kalau pak Lex sudah nikah sama bu

  • Imperfect Love   Bon~Bira 1

    Bira berhenti melangkah di depan meja sekretaris barunya. Ia bersedekap, lalu menghela saat melihat paras manis itu memanyunkan bibirnya.“Pagi, Mas Bira.” Arista tidak mengerti, mengapa ia harus dipindahkan dari Firma Sagara ke Casteel High seperti sekarang. Sejak awal menginjakkan kaki di dunia kerja, Arista sudah berada di firma hukum tersebut dan semua karyawan yang ada di sana sudah seperti keluarga baginya.Namun, perintah tiba-tiba dari Pras membuatnya tidak bisa mengajukan protes. Memangnya, karyawan mana yang berani membantah titah seorang Pras? Arista mungkin masih bisa bernegosiasi bila Lex yang memberinya perintah. Akan tetapi, sayangnya orang tersebut adalah Pras.Pria arogan yang selalu saja bertindak sesuka hati.“Pagi.” Bira berdecak, karena Pras benar-benar mengganti sekretaris lamanya dengan Arista. Apapun alasan yang ada di balik itu, Bira harus tetap menutup mulut dan tidak boleh membocorkannya pada siapapun. Jika Arista bertanya, maka Bira cukup mengatakan semua i

  • Imperfect Love   Bulan Madu yang Tertunda

    “Rajaaa.” Hari masih terbilang masih pagi, tapi Yasmen mulai mengeluarkan “tanduknya” karena baru saja menginjak sebuah lego yang membuat telapak kakinya nyeri seketika. Padahal, Yasmen sudah berulang kali memberitahu putranya, agar selalu membereskan semua mainannya ketika sudah selesai bermain. Namun, berapa kali pun Yasmen berujar dan memberi perintah, hasilnya tetap saja sama. Setelah bermain, bocah yang sudah berusia lima tahun itu, langsung meninggalkan semua mainannya begitu saja. Alhasil, Susilah yang akan membersihkan semuanya seperti biasa dan Yasmen hanya bisa mengelus dada. Anehnya, Raja akan selalu bersikap patuh bila sudah berada di rumah Pras. Mana berani bocah itu menghambur mainannya yang ada di sana. Seusai bermain, Raja akan selalu membereskan semua barangnya pada tempatnya, walaupun dalam keadaan yang tidak sempurna. Ternyata, merawat dan mendidik anak tidak semudah bayangan Yasmen. Keinginan untuk memiliki banyak anak pun Yasmen urungkan seketika, karena itu sem

  • Imperfect Love   Biarin

    Ternyata, semua tidak seperti yang ada di bayangan Yasmen. Setelah sebulan tinggal di rumah Bira, akhirnya Yasmen mengerti bagaimana perasaan Byakta. Mungkin hampir sama seperti yang dirasakan Yasmen saat ini, ketika memutuskan tinggal di rumah Mario.Bukan … kedua mertua Yasmen bukanlah sosok mertua kebanyakan, yang ada di sinetron maupun novel-novel online yang bertebaran di jagat maya. Justru sebaliknya. Mario dan Miskah bahkan terlalu baik, hingga membuat Yasmen semakin merasa tidak nyaman berada di rumah tersebut. Ditambah, tidak adanya asisten rumah tangga di rumah Mario, membuat Yasmen yang terbiasa memerintah jadi semakin segan berada di rumah mertuanya.Tidak mungkin, kan, Yasmen menyuruh mertuanya untuk membuatkannya ini dan itu? Belum lagi, Yasmen mau tidak mau harus tahu menempatkan diri. Ia harus berusaha bangun lebih pagi, walaupun, semalam hanya tidur beberapa jam karena putranya yang terus meminta ASI. Dan masih banyak hal lain yang membuat Yasmen semakin tidak enak ha

  • Imperfect Love   Siapa Namanya

    Akhirnya, Yasmen bisa pulang dari rumah sakit dan langsung menuju ke rumah orang tuanya. Yasmen sudah menetapkan hati, untuk tidak menambah anak lagi. Ditambah dengan proses menyusui yang penuh dengan drama, semakin membuat Yasmen enggan untuk hamil, dan melahirkan di masa mendatang. “Apa itu, Bu?” Yasmen melihat Susi membawa sebuah nampan ketika memasuki kamarnya. “Sayur bening, tapi pake daun katuk,” jawab Susi meletakkan satu mangkok sayur di nakas. Setelahnya, ada sebuah piring yang sudah berisi nasi dan ayam goreng bagian dada dengan potongan besar di atasnya. Susi juga meletakkan segelas air putih, dan segelas susu. “Di suruh makan sama ibu. Pelan-pelan aja, yang penting dihabisin.” “Tapi aku sudah makan tadi di rumah sakit, Bu.” Yasmen melihat boks bayi yang letaknya tidak sampai satu meter dari tempat tidurnya. “Mbak Yasmen sekarang menyusui, jadi makannya harus banyak dan bergizi biar ASInya juga lancar,” terang Susi kemudian bergeser ke samping boks bayi untuk melihat bay

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status