Share

Memudar

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2022-09-26 10:56:34

Byakta menahan napas, ketika melihat Yasmen begitu mudah mencondongkan wajah padanya. Gadis cantik itu pun sudah menutup mata, dan tinggal menunggu Byakta untuk melakukan permintaan Yasmen.

Entah mengapa Byakta merasa canggung untuk melakukannya bersama Yasmen. Padahal, ia sudah seringkali melakukan hal tersebut bersama Raya dahulu kala.  Apa mungkin, karena Yasmen merupakan adik sepupu dari wanita yang dicintainya, karena itu Byakta memiliki sebuah rasa yang mengganjal di dalam dada.

Byakta baru saja hendak mengangkat tangan untuk menyangga wajah Yasmen, dan hendak melakukan permintaan gadis itu. Namun, dering ponselnya membuat Byakta akhirnya berdiri, dan tidak dipungkiri jika hatinya merasa sedikit lega karena tidak jadi mencium Yasmen.

Mendengar suara ponsel yang berdering di kamarnya, Yasmen seketika membuka mata. Melihat Byakta yang sudah berjalan menjauh menuju sofa. Ada rasa kesal, marah, dan ingin rasanya Yasmen berteriak karena panggilan yang masuk di ponsel Byakta sungguh tidak tepat waktu.

Yasmen akhirnya hanya bisa menghela, dan mencoba bersabar sebentar. Menunggu, sampai sang suami selesai menerima panggilan tersebut. Namun, yang membuat Yasmen mendadak kesal ialah, Byakta pergi keluar kamar untuk menerima panggilan tersebut. Siapa sebenarnya yang menelepon suaminya itu hingga Byakta harus pergi keluar dan tidak bicara di depan Yasmen.

Jangan-jangan, panggilan tersebut dari Raya, mantan tunangan Byakta. Yasmen bergegas menyusul Byakta dengan berlari kecil. Melihat Byakta duduk di sofa dengan bersandar, sekaligus menyelonjorkan kakinya, Yasmen langsung saja menghempas tubuh di samping pria itu. Bersedekap, dan memasang daun telinganya baik-baik untuk mendengar obrolan sang suami.

Byakta menarik napas dan menahannya sejenak ketika melihat Yasmen yang saat ini tengah menatapnya penuh curiga. Untuk itu, Byakta segera mengakhiri pembicaraannya di telepon.

“Siapa yang nelpon?” buru Yasmen tidak bisa menutupi kecurigaannya sama sekali. “Kenapa harus keluar kamar? Dan kenapa harus buru-buru diselesain waktu aku ada di sini? Pasti Raya, ya? Mas By masih telpon-telponan dengan Raya, ya? Berani selingkuh, aku laporin om Lex, biar dituntut dengmm!”

Tangan besar Byakta langsung membungkam mulut Yasmen yang kelewat cerewet itu. Padahal, Yasmen itu bukan anak Sinar, tapi kalau sudah bicara dan menuntut sesuatu, gadis itu akan terus mengoceh sampai ada yang menghentikannya.

“Papa nelpon, dan tanya kenapa kita nggak jadi pergi ke Singapur,” ujar Byakta menjelaskan dengan sabar. Byakta memang sempat mengirim chat pada Mario, kalau dirinya dan Yasmen tidak jadi berangkat ke Singapura. Namun, Byakta belum mengatakan alasan yang sesungguhnya di balik pembatalan bulan madu mereka.

“Bohong!” todong Yasmen belum bisa percaya sepenuhnya pada Byakta. Andai semalam Byakta tidak ragu untuk menyentuhnya, pasti kejadiannya tidak akan seperti sekarang. “Pasti Raya yang nelpon, mau coba gangguin Mas By!”

“Yas.” Byakta menghela pendek. Ada rasa sesal yang tiba-tiba menyelimuti hati Byakta karena sudah menikah dengan Yasmen. Apa yang dikatakan Sinar saat menceramahi Yasmen pagi tadi memang benar adanya. Yasmen masih belum dewasa dalam bersikap, dan seharusnya mereka memang tidak menikah terlebih dahulu. “Kamu bisa telpon papa sekarang kalau nggak percaya. Dan aku, sudah nggak berhubungan lagi dengan Raya.”

Senyum Yasmen tertarik datar, cenderung dipaksakan. “Makanya, kalau nelpon itu di depan istri, jangan malah pergi kayak lagi bicara sama selingkuhan.”

Tidak ingin menanggapi Yasmen, dan memperpanjang masalah mereka, Byakta akhirnya berdiri dari tempat duduknya. “Bereskan barang-barangmu, habis ini kita cari kado, terus jenguk anaknya mbak Mai di rumah sakit.”

Bagaimanapun juga, Byakta ingin melihat kondisi Mai seusai melahirkan. Byakta juga ingin melihat, putri kecil yang telah dilahirkan wanita yang namanya masih saja terselip di hatinya itu. Meskipun terasa menyesakkan, tapi Byakta harus mulai terbiasa dengan hal tersebut. Ia pun yakin, sejalannya waktu semua perasaan itu akan memudar dan Byakta bisa menerima Yasmen di hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
kok aku sebel ya sama Yasmen... hhmm
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Imperfect Love   Give Away ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak Imperfect Love : ArPi Kim : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Mulya Purnama : 750 koin GN + pulsa 150 rb Elin land : 500 koin GN + pulsa 100 rb Miss Ziza Ziza S : 350 koin GN + pulsa 50 rb Ziza Ziz S : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari Minggu, 2 April 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari Senin ke pihak GN. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Bee and Hunny ~~ Kita ketemu lagi di GN, Insya Allah habis lebaran yaaa .... Kissseeess …..

  • Imperfect Love   Bon~Bira 5

    Apa ini? Asisten nyonya besar keluarga Sagara tiba-tiba menelepon dan meminta Arista datang ke kediaman atasannya. Bukan di rumah jabatan yang ditempati saat ini, tetapi di rumah pribadi kediaman Sagara. Bahkan, Arista dijemput langsung oleh salah satu sopir keluarga tersebut. Arista seperti di sidang. Duduk seorang diri dan menghadapi empat orang yang mentapnya dalam diam. “Maaf, Bu Aida.” Daripada hanya didiamkan, Arista akhirnya membuka mulut. “Kenapa saya dipanggil ke sini? Apa ada masalah, atau butuh bantuan saya?” Tatapan Arista tertuju sekilas pada Bira yang duduk paling ujung, di samping Pras. Jangan-jangan, pertemuan kali ini adalah buntut dari pembicaraan Arista dan Bira malam itu. Jangan-jangan, semua ucapan yang dikatakan Bira saat itu bukan hanya gurauan belaka. Jangan-jangan … Semakin dipikirkan, Aristas semakin sakit kepala karena takut menebak-nebak jawabannya. “Saya minta maaf kalau harus minta kamu datang mendadak seperti sekarang.” Aida berujar dengan sikap ang

  • Imperfect Love   Bon~Bira 4

    Arista mengerjap dengan mulut yang terbuka. Berdiri mematung pada celah pintu mobil yang sudah dibuka Vincent sebelumnya. Mendengar perkataan Bira dan wajah serius pria itu, Arista jadi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. “Becanda, Ris.” Bira spontan tertawa saat melihat Arista membeku dengan wajah tegang. Wanita itu mungkin syok akibat mendengar ucapan Bira barusan. “Buruan masuk, aku sudah lapar.” “Ahh …” Mulut Arista ikut melempar tawa, garing. Ia mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil dan menggeser bokongnya ke sisi pintu yang lain, karena Bira jelas akan duduk di sebelahnya. “Jangan terlalu tegang,” kata Bira setelah menutup pintu. “Kerja sama aku memang harus serius, tapi santai aja.” “Iya, Mas.” Arista kembali tertawa, terkesan dipaksakan. “Lagian, masa’ buaya dipercaya.” Bira tertawa. “Eh, tapi aku serius masalah yang tadi. Aku memang lagi nyari istri, soalnya lagi pusing disuruh nikah terus sama nyonya besar.” Arista berdecak. “Cewek-cewek di Casteel High, kan, banyak

  • Imperfect Love   Bon~Bira 3

    “Kenapa belum pulang?” Bira menatap layar komputer yang dipandang Arista. Wanita itu memandang situs web yang berisikan berbagai video, yang bisa diunggah oleh penggunanya di berbagai belahan dunia manapun asal memiliki akses internet.“Hujan deras, Mas,” kata Arista sembari mengangkat wajah, menatap Bira yang berdiri di sampingnya. Dari pria itu datang ke kantor di pagi hari, sampai pulang di sore hari, atau malam sekali pun ketika mereka lembur, wangi parfum Bira tetap setia menempel di tubuh pria itu. Intensitas wanginya tidak berubah sedikit pun. “Saya nggak bawa jas hujan.”“Terus kenapa belum pulang?” ulang Bira kembali mempertanyakan hal yang sama. “Kita nggak lembur, dan kamu sebenarnya bisa pulang duluan.”“Hujan deras, Mas.” Arista juga mengulang jawaban yang sama, dan mulai menahan kekesalannya.“Aku tahu sekarang hujan deras, tapi kenapa kamu belum pulang?” tanya Bira sekali lagi. “Pesan taksi, kek! Gajimu di sini lebih besar dari Firma Sagara, masa’ bayar taksi buat pulan

  • Imperfect Love   Bon~Bira 2

    Pagi itu, Bira berhenti di depan meja sekretarisnya sebelum memasuki ruang kerja. Perangkat komputer di meja Arista tampak belum menyala, pun dengan kursi kerja yang masih rapi menempel rapat dengan sisi meja.Bira mengeluarkan ponsel. Melihat notifikasi yang masuk di dalamnya. Tidak ada nama Arista di sana. Itu berarti, wanita itu tidak memberi info sama sekali tentang ketidakhadirannya, atau mungkin keterlambatannya. Kalau begitu, biarlah Bira menunggu kabar dari wanita itu sembari melakukan pekerjaannya.Saat Bira baru membuka pintu, hawa sejuk pendingin udara langsung menerpa wajahnya dengan suhu seperti biasa. Itu artinya, sudah ada seseorang yang menyalakan pendingin ruangannya lebih dulu, dan itu pasti Arista.“Mas Bira!”Bira terkejut mendengar seruan yang dilontarkan dengan nada kesal padanya. Namun, entah mengapa seruan tersebut juga terdengar sedikit manja. Sedikit mengusik indra pendengarannya.“Arista? Kamu kenapa?”“Mas Bira pasti tahu kalau pak Lex sudah nikah sama bu

  • Imperfect Love   Bon~Bira 1

    Bira berhenti melangkah di depan meja sekretaris barunya. Ia bersedekap, lalu menghela saat melihat paras manis itu memanyunkan bibirnya.“Pagi, Mas Bira.” Arista tidak mengerti, mengapa ia harus dipindahkan dari Firma Sagara ke Casteel High seperti sekarang. Sejak awal menginjakkan kaki di dunia kerja, Arista sudah berada di firma hukum tersebut dan semua karyawan yang ada di sana sudah seperti keluarga baginya.Namun, perintah tiba-tiba dari Pras membuatnya tidak bisa mengajukan protes. Memangnya, karyawan mana yang berani membantah titah seorang Pras? Arista mungkin masih bisa bernegosiasi bila Lex yang memberinya perintah. Akan tetapi, sayangnya orang tersebut adalah Pras.Pria arogan yang selalu saja bertindak sesuka hati.“Pagi.” Bira berdecak, karena Pras benar-benar mengganti sekretaris lamanya dengan Arista. Apapun alasan yang ada di balik itu, Bira harus tetap menutup mulut dan tidak boleh membocorkannya pada siapapun. Jika Arista bertanya, maka Bira cukup mengatakan semua i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status