Share

19. Dapur, Sumur, Kasur

Aku tidak tahu apa dunia memang sesempit ini hingga bisa bertemu dengan Fathian Hadiningrat di cafe terpencil ini. Sebuah cafe dengan bangunan kecil tapi menawarkan outdoor spot yang cukup luas dengan memanfaatkan beberapa pohon besar di sekitar. Cafe "Kopi Ndalem" di Perbatasan Jaksel dan Tangsel yang menggunakan ukiran Jawa dibeberapa tempat, meskipun cafe tapi desain mini joglo di tiap mejanya membawa kesan hangat. Koq aku merasa familiar dengan sesuatu yang berbau Jawa akhir-akhir ini, sih. 

Seperti biasa aku ditemani Phia dan Shofi yang kini sudah memasang raut gemas pada dua pria beda generasi. Satu imut dan lucu, satu lagi tampan tapi mulutnya mengandung iklan cabe kering level 30.

"Tante Wawa" anak ini mengapa masih mengenaliku, padahal aku sudah mengenakan wig model bob dan kacamata nerdy agar tak dikenali orang. 

"Hy, Erlang... Kamu bisa mengenali Tante?" Aku menundukkan kepalaku ke arah bocah menggemaskan yang tiba-tiba duduk merapat padaku

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status