Isamu Zelina adalah seorang wanita yang tertarik pada banyak hal. Ia memiliki keingintahuan yang besar. Kelebihannya yang paling menonjol adalah ia pandai menganalisa sesuatu dan dengan itu ia bisa memuaskan keingintahuannya.
Sejak awal Isamu membuat beberapa akun dengan menyembunyikan identitasnya. Dengan akun itu ia bisa berhubungan dengan siapa saja, berkenalan dengan banyak orang, dan melakukan banyak hal.
Menyembunyikan identitas dapat membuat Isamu tenang. Ia tidak ingin menarik perhatian, tidak ingin kehidupan pribadinya dikomentari, meski ia sering melakukan hal yang sama pada orang lain.
“Dengan skandal seperti ini berharap mendapat perhatian, rendahan!” decak Isamu kesal.
Beberapa kali Isamu mengulas berita mengenai skandal artis. Melalui analisa cerdasnya ia bisa mengungkap bahwa skandal yang sedang terjadi hanya untuk menaikkan pamor, promosi film, sampai pengalihan isu. Ulasan Isamu dibagikan berkali-kali, dikutip banyak orang. Akhirnya pertemanannya semakin banyak dan jumlah pengikutnya semakin membludak.
Menemukan hal yang bisa dilakukan, memanfaatkan potensinya, Isamu Zelina merasa sangat bersemangat. Ia merasa telah menemukan dunianya, menemukan arti keberadaannya. Bisa melakukan apa yang disukai tanpa terikat oleh siapa pun benar-benar menyenangkan.
“Apa-apa ini!”
“Enggak tahu malu!”
“Penipu!”
“Dari latarnya saja sudah ketahuan kalau itu editan.”
“Keterlaluan!”
Isamu sering kali mengomel saat melihat berita atau membaca artikel yang lewat di Berandanya. Karena tidak suka dan merasa tidak masuk akal, biasanya Isamu akan membuat ulasan. Sebagian berisi pendapat pribadi dan sebagian lagi hasil analisa data yang ia punya.
Artikel dan kehidupan orang lain yang Isamu ulas mulai dari selebgram, penyanyi, artis, aktor, sampai pejabat pemerintah setingkat DPR. Isamu juga pernah mengungkap perselingkuhan seorang pemain sinetron dengan seorang kepala daerah.
Entahlah, akhir-akhir ini perselingkuhan menjadi begitu populer. Mungkin karena terlalu banyak kebebasan dalam bermedia sosial, sehingga segala hal bisa menjadi pembahasan, lebih tersorot, dan bisa dikonsumsi siapa saja.
Analisa Isamu saat itu benar-benar menjadi sumber berita besar. Viral.
Semua bermula ketika seorang pengikut Isamu di salah satu media sosial mengirimkan sebuah foto melalui DM. Secara singkat si pengirim menuliskan situasinya. Karena tidak memiliki kesibukan yang menguras banyak waktu, Isamu bisa dengan serius meneliti masalah itu.
Ketika analisanya dilempar untuk konsumsi publik disertai bukti foto-foto yang di zoom, juga riwayat postingan, jagat dunia maya menjadi heboh. Pembahasannya berulangkali masuk trending. Dengan adanya lampiran bukti, klarifikasi dan penyangkalan menjadi tidak berarti. Netizen menghujat, memperolok, dan mempermalukan yang wanita. Sementara pangkat yang pria dicopot dengan tidak hormat.
‘Rasakan!’
‘Mereka pantas dihukum!’
‘Pasangan enggak tahu malu!’
Meski pasangan selingkuh telah mendapat hukuman, para pengguna media sosial beramai-ramai memenuhi kolom komentar. Mereka terus menumpahkan amarah dan ketidaksukaan mereka. Tanpa kenal waktu, tanpa kenal tempat.
Setelah puas menghakimi, semua lambat-laun mereda, terganti oleh hal-hal viral lainnya, dilupakan, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Ada dua pihak yang terkena dampak besar viralnya perselingkuhan itu. Pertama yang bersangkutan, kedua akun milik Isamu.
Akun milik Isamu yang diberi nama Analisamu semakin dikenal. Kenaikan jumlah pengikutnya begitu signifikan. Akunnya telah terverifikasi dan mendapat centang biru. Analisamu mendapat perhatian besar. Beberapa kali analisanya dijadikan acuan dalam membuat berita. Sering kali dikutip. Isamu sangat berpuas diri dengan pekerjaannya.
Sejauh ini Isamu tidak pernah asal-asalan membuat analisa. Ia sangat berhati-hati dan benar-benar meneliti setiap situasinya. Ia tidak ingin kredibilitasnya diragukan, tidak ingin sembarangan. Jika ia tidak yakin dengan analisanya, ia tidak akan mempublikasikannya. Jika ia ragu, ia akan mengulang dari awal dan meneliti kembali analisanya.
Isamu Zelina memiliki jumlah kesabaran yang sangat banyak. Ia tidak perlu terburu-buru dalam melakukan apa pun. Karena Isamu melakukan hal yang ia sukai untuk dirinya sendiri, untuk menyalurkan hobinya dalam menganalisa, bukan untuk orang lain. Ia tidak memulai dengan membangun harapan setinggi langit. Cukup ia sendiri yang merasa puas.
“Eh, akun Analisamu bikin ulasan lagi!”
“Kamu pengikut akun itu? Aku juga.”
Isamu sering kali mendengar orang-orang membicarakan Analisamu atau artikel yang diulasnya jika berada di tempat umum. Jika sudah seperti itu, ia hanya akan senyum-senyum. Merasa bangga dan semakin mengagumi diri sendiri.
Isamu sengaja menambahkan kata MU di belakang kata ANALISA agar saat huruf per huruf dipereteli, ada kata yang bisa disambung dan membentuk namanya. Isamu, Anal-Isamu. Sama sekali tidak akan ada yang menyangka.
Jika diteliti, sebenarnya tidak hanya nama Isamu yang terbentuk. Ada nama Ana atau Lisa. Seperti nama Ana atau Lisa, bagi orang lain nama Isamu terkesan hanya nama yang kebetulan terangkai. Padahal Isamu sengaja menambahkan kata MU agar namanya dapat terbentuk.
Akun Analisamu sendiri tidak selalu berisi ulasan mengenai sebuah analisa. Isamu memang suka menganalisa, tapi jika semua hal dianalisa, waktunya tidak akan cukup untuk melakukan hal lain. Akun Analisamu juga berisi hal-hal ringan seperti interaksi normal dengan para pengikut, lelucon sehari-hari, update informasi, sampai ikut memviralkan apa yang sedang banyak orang bahas.
Di antara banyak orang di media sosial, tentu saja tidak sedikit yang membenci akun Analisamu. Selain orang-orang yang pernah menjadi korban, beberapa pengguna media sosial juga beranggapan bahwa Analisamu adalah penebar aib orang lain. Adminnya mencari popularitas dengan cara menyebarkan keburukan orang lain dan membuat mereka dibenci.
‘Segitunya, ya cari uang.’
‘Hidup memang berat, jadi jangan sampai membuat hidup orang lain juga berat. Dosanya besar!’
Beberapa kali akun Analisamu pernah dibekukan, pernah juga ada yang mencoba mencurinya. Satu kali akunnya tiba-tiba hilang. Karena akun Analisamu sangat terkenal, mendapat banyak dukungan, mencari pengikut lagi setelah akunnya hilang tidaklah sulit. Hal-hal seperti itu sama sekali tidak mempengaruhi Isamu. Yang perlu dilakukan hanya meningkatkan keamanan, berhati-hati, tidak asal mengunjungi website tidak jelas, dan tidak sembarang mengeklik lampiran yang dikirimkan padanya.
Meski kepopuleran akun Analisamu setara dengan artis papan atas paling terkenal, Isamu sama sekali tidak tertarik untuk membongkar identitasnya. Ia suka ketika orang-orang mulai sok tahu dan asal menebak. Ia suka melihat beberapa orang mulai menganalisa identitasnya ke arah yang salah. Ia suka melihat orang lain terlihat bodoh. Ia suka menjadi misterius dan hanya bersembunyi di balik layar. Ia suka mengamati.
Beberapa kali Isamu pernah mendapat tawaran untuk membuka identitasnya di depan publik. Ia pernah hendak diundang untuk datang ke sebuah acara televisi. Isamu menolak semua itu meski bayaran yang ditawarkan tidak sedikit. Yang Isamu butuhkan bukan uang. Toh, selama ini ia tidak pernah merasa kekurangan uang.
Jika identitasnya benar-benar dibongkar, orang-orang yang pernah menjadi korban analisanya dan orang-orang yang sejak awal tidak menyukai kepopuleran akunnya akan mulai mencari-cari kesalahannya. Mereka akan mulai menggali masa lalunya, akan mulai mencari-cari hal buruk dari jejak digitalnya. Isamu tidak ingin ketenangannya diusik. Ia memang pengecut, tapi ia suka menjadi pengecut yang bisa membuat orang lain menjadi pecundang.
“Sayang, kamu tahu artis yang baru naik daun itu? Kayaknya dia lagi delusi, deh. Masa bikin postingan begini.” Isamu yang sebelumnya bersandar manja pada kekasihnya, berbalik dan memperlihatkan apa yang baru saja ia baca di ponselnya.
“Hah, orang delusi bisa jadi artis juga?!”
Ekspresi pura-pura terkejut yang Zay tunjukkan benar-benar menggelitik. Selalu bisa mengundang gelak tawa. Zay yang humoris selalu bisa memperbaiki suasana hati Isamu saat buruk. Kehadiran kekasihnya itu adalah penyeimbang untuk kepribadian Isamu yang lebih sering serius.
Yang tahu siapa orang di balik akun Analisamu hanya dua orang. Isamu sendiri dan kekasihnya. Isamu selalu terbuka pada kekasihnya. Isamu memberitahukan apa yang ia kerjakan dan selalu mendapat dukungan. Kekasihnya tidak pernah membatasi dan memberi aturan yang menyebalkan. Isamu sangat beruntung dengan hidupnya dan segala hal yang ia miliki. Beberapa hari lalu kekasihnya melamar. Rencananya mereka akan menikah dalam waktu dekat.
Isamu mengenal Jovita Fabella melalui akun Analisamu. Sebenarnya tanpa sadar, Analisamu ikut menaikkan kepopuleran Jovita Fabella karena ikut memposting videonya. Sebenarnya tujuan Isamu bukan untuk mempopulerkan Jovita, justru sebaliknya.
Seperti banyak orang yang tidak suka dengan isi video yang Jovita unggah, Isamu juga sama. Ia bahkan berharap para pengikut Analisamu menyerang akun Jovita, membuat wanita itu menulis permintaan maaf, dan menghapus video yang ia unggah. Sayangnya niatnya tidak berjalan sesuai yang diinginkan.
Di luar dugaan, Jovita Fabella cukup tidak tahu malu dan memiliki mental yang tangguh. Dengan jumlah pengikut yang luar biasa banyak, video Jovita viral dengan cepat. Wajah Jovita pun mulai dikenal banyak orang. Isamu semakin merasa tidak suka.
“Bilang aja kamu-kamu semua yang enggak suka itu iri! Kalau kalian bangga dengan hidup susah dan enggak punya apa-apa, ya sudah. Jangan resek sama yang hidupnya senang!”
Beberapa kali Analisamu mengulas video Jovita dan ketidaksukaan terhadap isinya. Isamu tidak suka pada orang-orang yang senang mencari sensasi. Tidak suka pada cara pikir yang dangkal seperti itu. Sayangnya emosi pribadi Isamu pada Jovita yang ia tuangkan dalam Analisamu justru semakin membuat Jovita terkenal. Pada tahap ini Isamu sadar ia telah salah langkah.
Kesalahan Isamu tidak bisa ia perbaiki tapi ia yakin kepopuleran Jovita Fabella hanya sesaat. Karena selain sensasi, wanita itu tidak memiliki apa pun dalam otaknya.
Isamu Zelina merasa hidupnya tenang dan baik-baik saja sampai sebuah pesan yang dialamatkan padanya masuk. Awalnya isi pesan terasa normal, hanya berupa undangan untuk hadir ke sebuah acara televisi yang baru akan digarap. Isamu mengabaikannya, tapi pesan yang masuk selanjutnya membawa-bawa identitas aslinya. Isamu benar-benar terkejut, tidak menyangka.
“Bagaimana kabar Analisamu? Beberapa kali kena hack apa keamanannya sudah ditingkatkan?”
“Siapa?” Isamu membalas dengan cepat.
Tidak ada balasan.
Yang mengetahui pemilik akun Analisamu hanya ia dan kekasihnya, jadi siapa orang ketiga ini? Dari mana dia bisa tahu dan sejak kapan tahu? Isamu terus bertanya-tanya, menganalisa setiap langkah yang telah ia jalankan. Barangkali ia melakukan sebuah kesalahan fatal yang mengakibatkan terbongkar identitasnya. Tapi apa?
Tidak mungkin kekasihnya yang berkhianat. Satu-satunya hal yang terpikirkan adalah orang ketiga itu memiliki kemampuan, patut diwaspadai.
Ketika ada orang lain yang mengetahui identitasnya, Isamu menjadi cemas, tidak tenang. Tidak ada pilihan lain selain menyetujui tawaran untuk menghadiri undangan itu. Identitasnya tidak boleh terbongkar, ketenangannya tidak boleh terusik. Tidak boleh!
“Saya setuju bergabung, tapi saya memiliki syarat.” Isamu mengetik dengan cepat.
“Pilihan yang bagus. Aku punya kejutan lain untukmu, anggap sebagai hadiah. Orang yang tidak kamu sukai juga aku undang. Jovita Fabella.”
Balasan dari pengirim pesan masuk dengan cepat setelah Isamu mengatakan persetujuannya untuk datang. Membaca nama Jovita, Isamu menjadi antusias. Jika bisa berada dekat dengan wanita itu, ia bisa membuat artikel mengenai sifatnya yang buruk. Ia bisa merakit senjata untuk mengakhiri kepopuleran Jovita.
Sekali dayung dua pulau terlewati. Bisa mengetahui siapa orang ketiga yang mengetahui identitasnya, juga bisa mengetahui berapa banyak keburukan Jovita. Tawaran yang menguntungkan.
“Jovita Fabella ...” Isamu merasa seperti baru saja mendapat objek bagus.
Harusnya orang yang mengetahui identitas Isamu patut diwaspadai. Harusnya orang yang mengetahui ketidaksukaannya yang mendarah daging pada Jovita hanya dirinya. Isamu merasa antusias pada apa yang akan ia lakukan hingga lupa merasa waspada.
×××××
Sebelumnya semua terasa baik-baik saja. Jovita datang memenuhi undangan dengan antusias, dengan harapan besar bahwa apa yang akan terjadi nanti akan menunjang kariernya ke arah yang lebih baik.Meski orang yang pertama kali ditemuinya di tempat yang disebutkan untuk berkumpul adalah orang yang menyebalkan, orang yang suka mengatainya dari belakang, tetap tidak masalah. Selama ia mendapat keuntungan dan popularitas, ia akan menahan, mencoba bersabar. Nanti ia akan berhadapan dengan lebih banyak orang, lebih banyak kepribadian, jadi menahan diri untuk sesuatu yang lebih besar tidak masalah. Ia yakin bisa menanganinya.Satu per satu orang yang diundang mulai berkumpul. Jovita tidak mengerti alasan orang-orang itu diundang. Dari mereka tidak ada yang terkenal, tidak ada orang hebat, mereka semua terlihat biasa saja. Kata ‘kehormatan’ yang tertulis dalam undangan sepertinya hanya untuk menyanjung, tidak benar-benar mengacu pada kata ‘kehormatan&rsq
Saat semua orang telah berjalan menuju tempat parkir kendaraan yang si Bapak pengantar tunjukkan, langkah Jovita mendadak berhenti.“Aku ... enggak ingin pergi.” Jovita berbicara pada dirinya sendiri tapi orang yang berjalan di depannya dapat mendengarkan kalimatnya dengan jelas.“Enggak ingin pergi?” Rania mengulang. Langkahnya juga berhenti, semua orang ikut berhenti, termasuk langkah Bapak pengantar. “Kenapa?”“Apa ... kalian enggak merasa aneh dengan situasinya?” Jovita memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ia pikirkan.Rania memandang berkeliling, tidak sepenuhnya mengerti apa yang Jovita maksud dengan situasi aneh. Rania bahkan menatap tamu undangan yang lain untuk membantunya mengerti situasi yang Jovita sebut dengan kata ‘aneh.’“Apa?” Rania yang masih belum mendapatkan jawaban balik bertanya.“Karena beberapa orang yang datang
“Aduh, kepalaku!” Mika bangun dan memegangi kepalanya yang terasa nyeri. “Ini ... di mana?” tanyanya entah pada siapa. Mika bangun dan segera sadar ia berada di sebuah tempat yang asing. Tiga orang yang lain juga terbaring tidak jauh dari tempatnya. Semilir yang berembus menghambur rambut hitamnya yang terurai. Aroma laut yang sedikit amis masuk ke rongga hidung. Langit yang biru, alam terbuka. Mika memutar lehernya, mengalihkan pandangannya. Mencari sesuatu yang entah apa. Mungkin penjelasan, mungkin juga sesuatu yang familier. Di belakang punggungnya hanya ada laut seluas mata memandang. Sementara di depannya terlihat hamparan pasir dan rimbunnya pepohonan. “Sudah bangun?” Isamu Zelina melangkah mendekat diikuti oleh Rania Meisy. Tampaknya mereka adalah orang-orang yang lebih dulu sadar. Pasir yang menempel di sepatu mereka menandakan keduanya telah berkeliling untuk melihat-lihat sekitar. “Sebenarnya aku sudah berusaha membangunkan ka
Sebelum pergi mencari tempat yang bisa digunakan untuk beristirahat, Mika mengambil selendangnya dalam koper. Selain selendang, ia juga mengambil lipstik yang rencananya akan digunakan untuk menulis.“Stop, stop!” Rania tiba-tiba memekik histeris, membuat yang lain terkejut. “Lipstik mahal jangan digunakan untuk itu! Gunakan punyaku saja.” Rania mengeluarkan lipstik batang miliknya yang sudah tidak berbentuk dan hampir habis.“Ya ampun! Dia yang melakukan kenapa aku yang malu.” Jovita mengalihkan pandangannya, tidak sanggup melihat tingkah Rania yang terlalu udik.Rania tidak peduli. Ia tetap menyodorkan lipstik miliknya. Kali ini sedikit memaksa. Menggunakan lipstik mahal bukan pada tempatnya berarti menyia-nyiakan esensi dari bahan-bahan terbaik yang sudah dengan susah payah dikomposisikan. Benar-benar menyia-nyiakan sumber daya.Mika mengibaskan tangannya, “Barangku, terserah ingin kuapakan!” tegasnya.
“Permisi!” Isamu mengetuk pintu. Vila merupakan bangunan tingkat dua. Bagian halaman cukup luas dengan pagar rendah. Pagar hanya dikunci seadanya sehingga bisa dijangkau dan dibuka dengan mudah. Halamannya yang luas dipenuhi dengan dedaunan kering yang berjatuhan. Tidak terlihat ada lumut meski beberapa hari lalu hujan masih sering turun. Dinding bagian samping dan setengah bagian belakang merupakan dinding kaca namun tertutup gorden dari dalam. Rania sudah mencari celah untuk bisa mengintip tapi semua bagian tertutup rapat oleh gorden. Di bagian belakang bangunan ada kerukan yang mungkin rencananya akan dijadikan kolam renang namun kini hanya ditumbuhi ilalang liar. Rumput tumbuh lebih tinggi dan lebat. Belalang dan berbagai macam serangga melompat bergantian. “Permisi, apa ada orang?!” teriak Isamu lagi. Isamu dan Mika berdiri di depan pintu, Rania berkeliling bangunan, sementara Jovita, Adien, dan Tami berdiri sedikit lebih jauh dari
Adien sedang memasak untuk makan malam di dapur ketika Rania dan Tami turun bersamaan. Keduanya telah kembali segar setelah cukup istirahat dan mandi.“Masak apa?” Tami duduk di bagian depan meja dapur. Rania melakukan hal yang sama.“Moodku belum kembali jadi aku hanya masak masakan sederhana. Yang penting bisa menghilangkan rasa lapar.” Adien mematikan salah satu kompor dan memindahkan panci yang berisi sayur. “Aku enggak tahu selera kalian, tapi aku masak dalam jumlah yang cukup jika ada yang mau bergabung.”“Itu cukup.” Tami mendekat ke arah Adien. “Ada yang bisa aku bantu?” tanyanya menawarkan diri.Adien melihat sekelilingnya sebelum menjawab, “Tolong angkat ikannya!” katanya setelah melihat kompor yang lain.“Kalau aku enggak pernah memilih-milih makanan. Apa yang ada, itu yang dimakan,” Rania ikut menimpali.“Aku bisa makan apa pun asal ada samb
Setelah makan malam selesai dan bersih-bersih tuntas, Adien membuat teh dan memotong beberapa buah untuk dinikmati bersama. Mereka berkumpul di ruang depan. “Masih belum ada sinyal juga?” Jovita mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. “Staf acaranya masih belum ada yang datang juga?” Tami mondar-mandir di depan pintu yang terbuka. Kembali merasa cemas. Hening. Masing-masing orang sibuk sendiri-sendiri. Ada yang memainkan ponselnya; terus-menerus memeriksa jaringan, keluar-masuk galeri foto, bermain game offline, dan apa pun yang masih bisa ponsel lakukan. Ada juga yang sibuk berpikir dan sibuk meratapi nasib. “Hidup benar-benar lucu.” Isamu memecah keheningan. “Siapa yang akan menyangka kalau di masa depan kita akan terjebak di tempat asing, bersama orang-orang enggak dikenal, dan orang yang dibenci.” Benar. Hidup benar-benar lucu. Takdir sangat pandai mempermainkan nasib seseorang. “Benar!”
“Rania Meisy, tidak ada yang ingin kamu jelaskan?” Mika mengulang pertanyaannya.Semua mata masih menatap Rania lekat. Beberapa dari mereka menatap menghakimi, sisanya ingin tahu dan menuntut penjelasan. Jika tuduhan Mika benar, seharusnya ada alasan tidak biasa yang melatarbelakangi tindakan Rania.“Apa? Kenapa aku?” Rania yang tidak mengerti maksud Mika balik bertanya.“Saat kamu bertanya di mana kamar Isamu, aku menyebutkan kamar nomor 4. Tapi nomor 4 yang kamu pilih adalah kamar di seberang nomor 2. Itu aneh. Karena siapa pun pasti akan menghitung berurutan dari yang paling depan, tidak menghitung zig-zag seperti yang kamu lakukan,” jelas Mika. “Caramu menghitung seperti kamu tahu urutan nomor kamar yang benar. Yang sesuai dengan papan nomor yang seharusnya menggantung di pintu.”Rania mengerutkan keningnya “Itu bukan alasan,” kilahnya “Aku memang terbiasa menghitung seperti itu karena