Share

004. Penerima Undangan.

Matahari bersinar dengan cerah. Teriknya begitu tidak bersahabat, mampu membakar kulit-kulit yang telanjang tanpa alas. Padahal waktu baru menunjukkan pukul 07.45 tapi tetap tidak memberi ampun dalam menebar gerah.

Di bawah pohon, seorang wanita duduk dengan menyilangkan kaki. Rambutnya yang panjang diikat tinggi. Sapuan mekapnya tipis, maskara, dan eyeliner menghiasi matanya yang kecil namun tidak sipit. Lipstik berwarna nude mewarnai bibirnya yang tebal. Telinganya mengenakan headset yang terhubung pada ponselnya. Wanita itu tidak sedang mendengarkan lagu namun menonton siaran ulang yang ditayangkan di Youtube.

Nama, Isamu Zelina. Usia 25 tahun.

Siaran Youtube yang sedang ditonton memperlihatkan seorang wanita dengan wajah tirus, bertulang pipi tinggi. Rambutnya dicat pirang, panjang, hidungnya mungil, bibir bagian atas tipis. Jovita Fabella, 24 tahun.

Jovita Fabella adalah seorang finance di sebuah Even Organizer. Ia sedang naik daun karena sensasinya yang viral. Setelah viral dan semakin dikenal, beberapa kali ia diundang untuk menghadiri program acara di televisi. Kali ini Jovita menceritakan, lebih tepatnya memamerkan, kesempatan yang ia dapat untuk berperan dalam sinetron yang bercerita mengenai perselingkuhan dan azab tukang selingkuh.

Cerita-cerita mengenai perselingkuhan akhir-akhir ini memang sangat digemari. Tidak heran meski trailernya belum dikeluarkan sudah banyak orang yang antusias.

Jovita Fabella sedang membicarakan pengalaman pertamanya suting. Tentang betapa antusias dirinya, tentang betapa bangganya terhadap diri sendiri, dan tentang betapa beruntung nasibnya. Di tengah-tengah siarannya, Jovita mengulang-ulang janjinya untuk mengadakan give away jika penontonnya mencapai 10 ribu orang.

Isamu menonton siaran Jovita bukan karena mengidolakan wanita itu. Isamu justru terlihat tidak suka. Terbukti dari komentar-komentar Isamu yang tidak ada habisnya. Isamu mengomentari mekap, warna lipstiknya, gaya bicaranya, model pakaiannya, potongan rambut barunya, semuanya. Isamu menonton hanya untuk menghabiskan waktu, hanya karena chanel yang menayangkan Jovita muncul di Berandanya.

“Kalau enggak suka kenapa ditonton, sih?!” Seseorang yang berada di sisi lain menyalak. Dibanding tidak suka, wanita itu lebih terlihat marah. Ia menggunakan topi berwarna merah muda, dan masker lucu bermotif panda.

Tidak perlu mencari-cari untuk tahu siapa orang yang menyalak dan pada siapa orang itu menyalak. Di tempat itu hanya ada mereka berdua. Isamu Zelina datang pertama kali dan wanita dengan masker lucu itu datang tidak lama kemudian.

Mereka berada di taman kecil, di sisi paling kiri terminal. Tempat ini adalah tempat berkumpul yang tertulis dalam undangan yang Isamu terima. Undangan yang terlihat mewah itu diberikan padanya dua hari lalu.

Isamu datang terlalu awal dari waktu yang tertulis dalam undangan. Ketika melihat seseorang berjalan ke arahnya, ia tahu kalau orang itu juga tamu dengan melihat undangan yang dibawa di tangan kirinya. Karena sama-sama menerima undangan, awalnya Isamu akan menegur. Mereka bisa menghabiskan waktu menunggu dengan mengobrol, tapi wanita itu melenggang begitu saja dengan sombong. Seolah tidak melihat keberadaan Isamu.

“Memangnya kamu siapa?!” Isamu balik menyalak. Bukan hanya karena tidak terima diteriaki, tapi juga dendam karena sebelumnya diacuhkan. “Suka-suka saya dong, Hp-Hp saya, mata-mata saya. Apa hakmu ngatur-ngatur?!”

Wanita itu melotot marah. Ia menurunkan masker dan membuka topinya. Isamu terbelalak, sama sekali tidak menyangka kalau wanita yang ada di depannya adalah Jovita Fabella. Tidak menyangka kalau wanita itu benar-benar salah satu penerima undangan.

Isamu tidak berpikir untuk menutup-nutupi ketidaksukaannya pada Jovita. Melihat wanita itu ada di depannya semakin membuat Isamu tidak suka.

Isamu pikir penerima undangan adalah orang-orang terpilih, benar-benar tamu kehormatan dalam arti yang sebenarnya. Jadi, dalam hal apa seseorang yang kebetulan viral hanya karena membuat sensasi layak menerima undangan kehormatan?

“Kenapa? Kaget? Enggak nyangka? Enggak bisa ngomong?” Jovita mencecar. “Coba ulangi yang kamu bilang tadi! Mana yang kamu bilang mukaku kebanyakan pemutih?! Rambut baruku kenapa? Gaya pakaianku norak? Seperti apa?!”

Setelah Jovita terkenal ia tahu ada banyak orang yang tidak suka padanya, iri dengan peruntungannya. Ia berulang kali menerima serangan pembencinya. Kolom komentar setiap postingannya penuh makian, kata-kata kasar. Jovita tidak peduli dengan komentar-komentar itu, isinya tidak penting, yang ia butuhkan adalah jumlahnya. Selain agar postingannya tidak tenggelam, ia selalu puas hanya dengan menatap jumlah komentar yang terus bertambah.

Di dunia nyata semuanya terasa berbeda. Meski tahu, meski Jovita telah berusaha tidak peduli, ia tetap tidak terima dijelek-jelekkan.

Isamu hanya berdesis. Ia tidak akan merendahkan dirinya dengan meladeni orang yang dibencinya. Ia tidak ingin membuang-buang tenaga.

“Kenapa diam? Sekarang enggak berani? Beraninya cuma di belakang? Modal besar mulut doang ngata-ngatain orang!” sengit Jovita masih memprovokasi.

“Siapa, sih yang punya acara?” Seseorang yang baru datang menimpali. Di pegangan koper yang ia tarik ada topi yang digantung. “Bukannya yang diundang tamu kehormatan, kenapa yang datang justru kelihatan seperti anak-anak SMA yang lagi rebutan pacar?”

Rania Meisy, 25 tahun, tinggi 170 senti. Rambutnya panjang, lurus, dengan poni memanjang di sisi-sisi telinganya. Rambutnya diikat rendah. Rania mengenakan kemeja kerah model V lengan panjang dengan bagian ujung baju dimasukkan, celana kain, dan sepatu cats. Penampilannya sederhana, wajahnya hanya menggunakan bedak dan lipstik.

“Siapa yang anak SMA?!” sengit Isamu tidak terima.

“Siapa yang rebutan pacar?!” Jovita juga tidak terima.

Rania hanya menanggapi dengan mengangkat kedua bahunya. Meski ia yang memulai, ia datang tidak untuk ribut, jadi tidak akan memperpanjang masalah. Rania memilih tempat duduk dan mulai memainkan ponselnya.

Saat Rania datang, ia tidak sendiri. Seseorang yang lain berjalan di belakangnya. Seseorang yang mengenakan topi dan masker. Tidak ingin kecolongan lagi, Isamu memperhatikan orang itu lekat. Karena menggunakan topi dan masker, jelas orang itu tidak ingin wajahnya dikenali. Karena tidak ingin dikenali harusnya wajahnya tidak asing.

Isamu berinisiatif untuk mendekati wanita yang terakhir datang untuk memastikan apa benar wajahnya tidak asing. Isamu memiliki ingatan yang baik terhadap wajah orang. Siapa pun itu, jika pernah viral, jadi bintang iklan, model, atau masuk televisi sekali-dua kali, ia pasti akan mengenalinya.

Setelah cukup mengamati, Isamu mendekat. Wanita itu duduk di dengan jarak yang lebih jauh dari yang lainnya. Sejak datang ia hanya diam saja, saat berjalan wajahnya menunduk, kepribadiannya jelas tidak buruk seperti Jovita, hanya kepercayaan dirinya yang rendah.

“Halo, saya Isamu Zelina!” Isamu menodongkan tangannya untuk bersalaman.

Menjadi orang yang pertama kali menyapa seseorang yang memiliki tingkat kepercayaan diri rendah akan membuatmu lebih mudah dekat dengan orang itu. Acara yang tertulis dalam undangan akan memakan waktu selama lima hari, setidaknya Isamu membutuhkan seorang teman agar situasinya tidak membosankan. Ia butuh seseorang yang tidak mengancam dan tidak menyebalkan.

Wanita bertopi dan bermasker itu mengangkat wajahnya. Ia membalas uluran tangan Isamu namun hanya mengangguk, tidak menyebutkan nama, atau mengatakan apa pun, kemudian kembali menunduk.

“Sepertinya saya mengenalmu.” Isamu masih mengamati, masih berdiri. Wanita bertopi mengangkat wajahnya lagi. “Adien?” tebak Isamu menyipitkan matanya.

Begitu Isamu menyebutkan nama Adien, Jovita dan Rania menoleh bersamaan ke arah wanita bertopi dan bermasker itu.

“Kamu bisa tahu?” Adien menatap Isamu kagum.

“Tentu!” kata Isamu duduk di samping Adien. “Saya pernah menonton sinetronmu, saya juga tahu kamu pernah jadi bintang iklan. Aktingmu bagus, kamu juga ramah. Jauh lebih baik dari seseorang.”

“Dari pada siapa? Kalau ngomong yang jelas!” Jovita menyahut. Ia tahu Isamu sedang menyindir. Wanita itu jelas-jelas menekankan kata 'seseorang.'

“Selalu merasa jadi yang dibicarakan!” Isamu menanggapi tak acuh.

“Bukannya dia terkenal memang hanya modal jadi orang yang dibicarakan.” Seseorang yang lain datang. Ia mengenakan rajut berleher tinggi, dan rok lipit di bawah lutut. Wanita berambut sebahu itu melepas kacamatanya.

“Mika, sedang apa kamu di sini?!” Jovita mendadak defensif.

Kamelia Mika menyeringai, “Tentu untuk menagih utangmu. Kalau tidak kudatangi langsung apa mungkin kamu mau bayar?” katanya sembari mengangkat undangannya.

Jovita bungkam. Isamu menangkap isyarat itu sebagai sebuah kebenaran. Tampaknya kedatangan Kamelia Mika merupakan sumber berita penting. Isamu bisa memposting cerita yang menjatuhkan Jovita kapan saja saat informasinya lengkap.

Sepertinya bersekutu dengan Mika akan sangat menguntungkan. Sama seperti Isamu, Mika juga terlihat membenci Jovita. Isamu mulai menilai Mika, menatap wanita itu lekat.

Meski tidak terlihat glamor, Isamu bisa menilai semua yang Mika kenakan mulai dari kacamata, anting, sampai koper yang ditariknya adalah barang-barang mahal. Merek ternama. Mika terlalu mencolok, lingkungan sosialnya jelas tidak biasa. Isamu tidak cocok dengan tipe orang seperti itu. Cukup dengan tidak menjadikannya musuh maka ia tidak akan rugi.

“Maaf, apa kalian orang-orang yang diundang?” Seorang pria berusia setengah abad mendekat dan bertanya. Ia terlihat menatap dan menghitung semua orang.

Mika memperlihatkan undangan yang ia punya. “Kapan bisa berangkat?” tanyanya.

“Jumlahnya masih kurang satu. Bagaimana kalau kita tunggu sebentar lagi.”

“Masih kurang? Masih ada siapa lagi?” Jovita bertanya entah pada siapa.

Tidak ada yang menanggapi pertanyaan Jovita karena tidak ada yang tahu jawabannya. Setiap orang hanya menerima undangan, menerima penjelasan yang cukup meski tidak detail. Mereka tidak tahu berapa orang yang akan bergabung. Masing-masing datang dengan niat yang tidak sama.

“Apa Bapak salah satu tim yang mengurus acara?” Isamu bertanya.

Si Bapak menggeleng. “Saya hanya ditugaskan untuk mengantar dan mendampingi kalian sampai tempat yang dijanjikan.”

Isamu mengerutkan keningnya. Beberapa orang yang lain juga sama. “Perlakuannya sekarang berbeda dibanding cara pendekatan sebelum menerima undangan.” Isamu mulai menganalisa.

“Mungkin tahap ini sudah termasuk dalam susunan acara yang orang itu sebutkan,” Rania menimpali.

“Maksudmu ada kamera tersembunyi di sekitar sini? Maksudmu kita direkam diam-diam?” Jovita bereaksi sedikit berlebihan.

Rania mengangkat bahunya bersamaan. Ia kembali fokus menonton drama di ponselnya.

“Kalau aku tidak masalah. Aku tidak punya aib yang membuatku malu kalau sampai diketahui umum.” Mika tersenyum mengejek. Semua orang tahu siapa yang Mika sindir meski ia tidak menyebutkan namanya.

Jovita menatap Mika tajam. Meski berulang kali diprovokasi, Jovita tidak pernah membalas Mika. Tidak berani. Dilihat dari sikapnya, jelas Jovita menganggap Mika sebagai ancaman.

“Sudah lewat 10 menit, kita mau menunggu berapa lama lagi?” Adien yang selalu diam akhirnya bersuara. Ia menurunkan maskernya. Toh, semua orang sudah tahu identitasnya.

Semua orang menatap pria tengah baya yang bertugas mengantar mereka, keputusan ada padanya. Si Bapak melihat waktu pada jam di pergelangan tangannya, berpikir, mempertimbangkan. Tugasnya hanya mengantar. Jadi, berapa pun jumlah orang yang pergi, seharusnya tidak mempengaruhi bayaran yang akan ia terima.

“Kalau begitu silakan ikut saya. Mobil ada di sana.” Bapak itu akhirnya setuju untuk pergi.

Mobil yang dimaksud adalah jenis mini bus hitam. Bapak yang bertugas mengantar berjalan lebih dulu diikuti oleh para tamu penerima undangan sembari menyeret koper masing-masing.

Dari arah depan, seorang wanita yang mengenakan kaus, celana jins, sepatu cats, dan menyanggah ransel besar berlari ke arah mereka. Tamu undangan terakhir. Orang yang ditunggu-tunggu.

“Aku datang. Maaf, terlambat.” Peluh memenuhi kening dan leher wanita itu. Dilihat dari penampilan dan barang bawaannya, tampaknya persiapannya begitu terburu-buru.

“Tami Shakila, kamu juga diundang?”

Satu lagi orang yang dikenal Jovita Fabella berkumpul.

×××××

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status