Share

Bab 38. Berusaha Iklas

Syukurlah, setelah mengambil air wudhu hatiku terasa dingin. Emosi yang meledak-ledak tadi mulai berkurang.

Aku bisa merebahkan badan di ranjang, meluruskan punggung yang terasa tegang. Sesekali aku melihat ke arah ponsel. Sampai sekarang aku belum membalas pesan whatsapp Dek Arif. Bukan karena pelit atau tidak mau membantu, tetapi, sikap Dek Arif yang perhitungan dan seenaknya sendiri membuatku jengah.

Sisi jahatku terdengar bersorak gembira. Mengolok-ngolok pada adikku itu. "Rasain kamu! Dulu sombong, dimintai tolong pinjam uang untuk makan saja tidak mau membantu. Malah pamer gaya hidup yang berlebihan. Anggap saja ini karma untukmu!"

Lebih sadis lagi sisi jahat yang satunya. "Semoga kamu tidak bisa membayar cicilan mobil dan akhirnya mobil ditarik tukang kredit!"

Kepala ini aku gelengkan keras-keras, mengusir pikiran-pikiran yang mengerikan ini. Kalau didengarkan, aku bisa tenggelam dalam kebencian dan itu bisa membusukkan hati. Benar, kata Mas Farhan. Sekarang waktunya aku me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status