Perasaan Ardi semakin mabuk kepayang, desahan dari mulut Laras membuat candu dirinya semakin ingin berbuat lebih.Ardi berbisik lirih, "Mengapa aku selalu bergairah denganmu, Laras.""Kau bilang aku adalah selingkuhanmu, hanya karena kau, mau balas dendam atas perbuatan kakakku saja 'kan? Aroma tubuhmu membuatku jatuh cinta," bisik Laras semakin mempererat pelukannya, Ardi menikmati bibir Laras. Perlakuan halus Ardi membuat Laras semakin melayang, kini leher Laras menjadi sasaran bibir Ardi, membuat tanda di sana, saking gemasnya, tak terasa handuk yang melilit tubuh Laras, hampir terlepas, terlihat dua gundukan kenyal tersembul setengah. Ardi menelan salivanya, kepalanya langsung berdenyut memandang dada Laras. Ardi menatap wajah gadis di hadapannya, keduanya masih saling berdiri tegak.Pelan tangan dengan jari-jari kuat itu membelai pelan dada yang tersembul itu, tercium aroma sabun mandi, dalam keraguan, Ardi kembali menatap mata Laras."Aku tak tega padamu. Kau terlalu putih untu
"Kau di mana Laras?""Di cafe , Mah. Ada apa? Mama udah makan?""Udah, Ras. Apa kakakmu datang ke kontrakan?""Nggak , Mah. Semalam nggak ada yang datang." jawab Laras, berbohong , apakah benar Puspa datang ke rumah? Kapan? Sepertinya tak ada yang datang selain Ardi? Pikir Laras.Obrolan lewat ponsel pun terhenti, karena Laras harus bekerja lagi."Hari ini, biar aku yang kunci cafe, Ras, pulanglah lebih awal. Karyawan wanita yang lain juga, aku pulangkan lebih awal.""Baiklah, Lukman. Tapi malam tetap buka kan? "Lukman mengangguk, karena itu juga perintah dari Ardi untuk ke empat karyawan wanita pulang pukul 17.00 pas.Laras membereskan meja,b sisa piring dan gelas dari pelanggan.Laras tak berpikir terlalu jauh pada Puspa. Saat dirinya tiba-tiba datang ke cafe. Semua pun tahu , itu adalah istri Ardi. Terutama Lukman menyambutnya dengan sopan. "Ardi ke mana?"Lukman pun menjawab seadanya. Ada rasa kecewa pada wajah Puspa. Diliriknya adiknya.Laras hanya diam saja, hubungannya saat
Pagi kembali hadir menyapa dunia. Laras sudah terbangun, mamanya yang sengaja menginap di rumah kontrakan sedang menata dua piring sarapan untuknya dan untuk Laras."Mama!!! ini apa?" teriak Laras mendapati pergelangan kirinya ada sebuah gelang mute berwarna merah terang. Laras berusaha melepasnya tapi tak bisa, akhirnya dirinya hendak mencari gunting."Eit!!!!" tunggu jangan kau gunting!" Mama menarik tangan Laras, dan mengambil gunting tersebut."Ini apa mah?""Itu, gelang akan melindungi mu dari marabahaya.""Kata siapa?""Kata Kong Samkong." Mama menjawab datar saja, sedangkan mata Laras susah membulat."Berarti mama kemarin sore itu ke tabib ini, lagi kenapa mama percaya kaya ginian sih." Mata Laras tak percaya pada tindakannya mamanya itu, dan berganti pandangan ke gelang yang saat ini dikenakannya."Cantik kan? gelangnya bagus tahu. menurut deh kata mama, dengar ya, Laras.saat ini ...." Lalu Mama menceritakan semuanya tentang Puspa dan Ardi. Bahwa mereka akan bersatu lagi, dan
"Bagaimana kau tahu hal ini?" Ardi mulai tertarik."Centeng Baskoro kurang hebat! kemarin aku cek, kasus dalam 20 tahun yang lalu, dan kejadian ada di kota ini, ketemu! kasus Kartika. dia melaporkan pada pihak berwajib karena menjadi korban rudapaksa pada dirinya, namun, tak ada satu bulan kasus itu sudah ditutup, nggak ada kelanjutannya. Dan aku cek kembali, Kartika baru-baru ini, mendaftarkan seorang anak masuk dalam daftar KK-nya, Larashati. dan lihat .... bukankah ini tato Baskoro?"Tommy memperlihatkan dalam laptopnya, gambar tangan Baskoro. ada bertulisankan Larashati Ardi terdiam, "Apa kau tidak salah?""Aku tak pernah salah," jawab Tommy. Ardi menatap Tommy. Kali ini rasanya ingin dirinya tak percaya pada sahabatnya ini, tapi ... "Ah,sudahlah, itu kita simpan, apakah benar katamu, bahwa uang bisa melacak keberadaan kita.""Iya, betul, berarti uang itu, PALSU! ada beberapa lembar uang bisa dipasang semacam alat pelacak. Kau simpan dimana?""Biasa, dalam kotak besi.""Hem ..
Puspa masih tetap duduk, dirinya terus menyimak semua perkataan Denny yang penuh rayuan. Lagi-lagi, Puspa percaya pada mulut manisnya, dengan tersenyum dirinya bangkit dan memeluk Denny dengan mesra. Segala tingkah laku Puspa terekam dalam live, dan membuat Ardi geram melihatnya. Dengan gemasnya, dirinya terus menelepon istrinya, yang kelakuannya sungguh keterlaluan, hingga akhirnya."Halo, ada apa, Mas?""PULANG!!! PERGI SEKARANG JUGA DARI TEMPATMU BERSELINGKUH!!" Perintah Ardi penuh emosi. Puspa terdiam, mengapa suaminya tahu keberadaannya. Apakah? Ada seseorang yang menguntitnya?"Mengapa kau bingung? Ada apa?" tanya Denny pada Puspa yang bingung beneran."Aku kebelet, mana kamar kecil? Apa ada di sini?"Denny menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Di sebelah kiri ruangan ini, ada pintu warna coklat." jawabnya tak menaruh curiga."Oke," Puspa segera melangkah pelan, meraba pintu dan membuka pintu tersebut sambil memberikan senyum termanis pada Denny. Pelan kakinya melangkah sambil me
Laras masih terus menatap wajah tipe Asia di depannya, mirip oppa Korea dengan kacamata bertengger di hidungnya yang bangir. Cakep dan cool seumuran dengan Laras.Di pergelangan tangan Laras masih ada seuntai gelang yang terbuat dari untaian tali yang saling terlilit terjalin indah."Gelangmu, bagus Laras." cakap Ridho sambil menatap tangan Laras."Kau mau? Ibuku yang berikan." Saat itu juga, Laras hendak membuka gelang tersebut dari tangannya."TUNGGU! jangan dilepas gelang itu, sayang." Tangan Kartika seketika langsung mencegah tangan Laras."Kalau Ridho suka, nanti Tante belikan, banyak yang jual dekat rumah," sambung Kartika sambil tersenyum, tak lama keluar ibunda dari lelaki gagah itu, membawa sebaki penuh minuman dan cemilan."Wah, apa mereka sudah mulai akrab, Jeng?" tanya wanita cantik itu pada Kartika yang di panggilnya dengan "Jeng" sapaan sopan dalam budaya Jawa.Sambil tersenyum, Kartika menjawab, " Ya, begitulah, Mbak, harus didampingi," selorohnya sambil melepaskan tang
Laras segera membuka pintu, dan di sana berdiri Ardi dengan mata merah, tercium bau alkohol."Mas Ardi mabok?"Ardi menggeleng, dan langsung masuk duduk di sebuah kursi.Lalu memandang Laras penuh ekspresi."Apa perasaanmu untukku?" tanya Ardi."A-ku , aku cuma sayang dan peduli padamu, tapi sepertinya mama ...." Laras tak melanjutkan kata-katanya. Ardi mengembuskan nafasnya pelan."Mungkin ini yang terakhir, aku bicara padamu.""Maksud Mas Ardi?""Lebih baik, ikuti saja nasehat Mama, yang namanya orang tua pasti mau anaknya bahagia.""Aku tidak tahu maksudnya?""Yang kita lakukan salah, Laras. Kau adik iparku. Tak seharusnya aku ...""Tapi kau bilang aku adalah selingkuhanmu."Ardi tersenyum miring, "Kau betul masih polos atau bodoh sih?""Dua-duanya, " jawab Laras, asal saja. Dirinya terus menatap lelaki di depannya. Entah dari mana pesona itu hadir, padahal Ardi jauh dari kata ganteng. Dirinya justru terlihat seram karena tato dan tampangnya yang sangar.Ardi menekan dahi Laras pela
Namun, bukan Baskoro kalau belum berduel dengan Ardi, tentu saja , dengan tangan kosong. Keduanya sudah nampak bergerak cepat, Ardi dengan lincah sudah memutar tubuhnya menarik lengan Baskoro, hingga terjatuh miring dan Ardi mengunci pitingan dengan tangan kekarnya. Bak seorang pegulat, Baskoro pun berusaha melepaskan pitingan dari arah belakang lengan Ardi pada lehernya.Dua lelaki yang sama-sama berbadan kekar dan besar saling bergulat, tidak sampai di situ saja, Baskoro, berputar berbalik hingga kini wajah mereka saling berhadapan, saat itu juga, pitingan Ardi terlepas. Baskoro segera berguling cepat ke arah berlawanan. Tubuh tua itu masih lincah rupanya.Ardi koprol ke depan, serta merta menarik kaki Baskoro yang saat itu hendak berdiri, saat salah satu kakinya tertarik keseimbangannya oleng juga, tahu dirinya akan terjatuh kaki yang satunya berputar cepat dan tubuh Ardi ikut pula berputar mengikuti gerakan Baskoro.Hingga akhirnya lelaki tua itu berhasil berdiri dengan sempurna t