Suara gelas terjatuh dari luar membuat Reyna segera bangkit dari kasur padahal jam sudah menunjukan pukul satu malam. Namun wanita ini seakan tahu bahwa ada seseorang di luar sana yang tengah merecoki area dapurnya.
"Pak Andreas," panggil Reyna ketika melihat seorang lelaki dengan pakaian tidur warna pink tengah mencoba membuka kulkas dengan kedua siku tangannya."Saya sudah bilang kalau mau sesuatu tinggal panggil saya," ucap Reyna membuat Andreas menganggukan kepalanya."Saya pikir kamu sudah tidur, jadi saya berinisiatif membuat teh susu sendiri karena tidak bisa tidur," balas Andreas membuat Reyna menghela napasnya dengan berat.Reyna mempersilahkan Andreas untuk duduk terlebih dahulu di meja dapur sedangkan wanita itu mulai membereskan beberapa kekacauan yang dibuat bosnya sebelum menyeduh teh susu untuk Andreas.Selesai menyeduh, Reyna memberikan segelas teh susu dengan sedotan di dalamnya. Tidak sampai disana saja, Reyna bahkan memegangi gelas teh susu yang diminum Andreas sekarang karena melihat dua tangan pria itu masih diperban."Mau nonton televisi?" tanya Reyna ketika melihat sedari tadi bosnya memandangi tv miliknya yang berada di depan sofa persis."Toh besok kerja dari rumahkan, karena tidak mungkin Bapak ke kantor dalam keadaan seperti ini," ujar Reyna seraya menyalakan televisinya.Reyna merasa dirinya tengah ditatap oleh Andreas yang berada di sampingnya. "Apa ada yang salah dengan saya, Pak Andreas?" tanya Reyna seraya menoleh pada bosnya.Andreas menggelengkan kepalanya. "Ini pertama kalinya saya melihatmu tanpa riasan dan hanya menggunakan daster tidur menghadap saya," ucap Andreas membuat Reyna jadi nampak sedikit malu.Sangkin paniknya tadi mendengar suara kekacauan di luar, ia jadi tidak sempat menggunakan kardigan untuk menutup sebagian tubuhnya. "Sudah jam dua pagi, saya pamit tidur duluan," ucap Reyna sembari berlari kecil meninggalkan Andreas sendirian.Reyna memegangi pipinya setelah berada di dalam kamarnya, lalu menepuk kecil kepalanya seakan menyuruh otaknya untuk kembali ke dalam realita yang sesungguhnya.Wanita itu memasuki selimut tebalnya kembali dan mencoba untuk tidur. "Aku pasti sudah gila saat kepalaku mulai membayangkan hubungan percintaan dengan Pak Andreas," gumam Reyna sendirian.Hingga jam menunjukan pukul setengah tiga pagi, Reyna yang masih bisa mendengar suara televisi menyala memutuskan keluar dari kamar dengan niatan meminta agar bosnya itu segera beristirahat.Disana Reyna yang melihat Pak Andreas sudah tertidur dengan nyenyak di atas sofa memilih untuk segera mematikan televisi.Reyna mendekati Andreas lalu menyelimutinya dengan selimut yang sebelumnya wanita itu gunakan untuk menutupi tubuhnya."Pria tampan memang seharusnya lebih banyak diam dibandingkan banyak bicara," gumam Reyna sembari menatap wajah tidur bosnya.Sepertinya Reyna tak menyadari satu hal, bahwa akhir-akhir ini dirinya suka melihat wajah bosnya yang tengan tertidur. "Sadar Reyna!" ujar Reyna sembari yang segera bangkit berdiri dan menjauhi tubuh bosnya.'Kamu tidak bisa jatuh cinta padanya, Reyna.' ucap Reyna dalam hatinya.Reyna kembali masuk ke dalam kamar lalu menutupnya tubuhnya dengan selimut tebal miliknya. Namun baru beberapa detik terpejam, selimutnya disikap oleh seorang yang tak lain adalah Andreas.Andreas menindih tubuh kecil Reyna membuat wanita itu tak nyaman dibuatnya. "Bukannya tangan Pak Andreas sedang sakit?" tanya Reyna yang curiga kalau sepertinya dirinya telah dikerjai selama ini.Andreas tertawa. "Kamu mempercayainya ya?" ujar Andreas dengan seringai di bibirnya.Reyna menelan salivanya dengan berat ketika merasakan bagian bawah tubuh Andreas yang menempel padanya saat ini seperti tengah menabrak pangkal pahanya. "Anu Pak Andreas, sebaiknya jangan terlalu dekat-dekat," ucap Reyna membuat Andreas malah semakin mendekat."Alasan saya menikah adalah untuk mendapat keturunan dan tugasmu selain menjadi istri saya juga harus melahirkan benih pewaris selanjutnya," bisik Andreas yang tatapannya semakin ke bawah menatap bibir ranum Reyna."Saya masih belum siap," ujar Reyna dengan wajah memerah."Kalau begitu biar saya yang akan membuatmu siap," ucap Andreas seraya memegang tekuk leher Reyna lalu mendekat padanya untuk mencium bibir wanita yang berhasil dikukungnya sedari tadi.Reyna melenguh ketika Andreas menggigit bibir bawah miliknya ketika tengah bercumbu, wanita itu juga dapat merasakan Andreas yang semakin membuka lebar mulutnya dengan harapan agar ciuman mereka semakin panas."Lidahmu, keluarkan Reyna." ucap Andreas dengan eskpresi yang penuh harap namun bercampur gairah membuat Reyna tak dapat menolak keinginan pria tersebut.Reyna mengeluarkan lidahnya yang langsung disambut oleh lidah Andreas, kini mulut mereka semakin berpangut liar membuat bagian bawah titik sensitif milik Reyna jadi basah.Reyna melingkarkan kedua tangannya di leher milik Andreas, pria itu terlihat tersenyum dibalik kegiatan percumbuannya dengan Reyna.Tangan kiri Andreas mulai aktif meraba pinggang Reyna ke bawah, membuat wanita itu mulai mengeluarkan suara lenguhannya yang terdengar seksi di telinganya. "Uh! mngh... shh... yeashh," lenguh Reyna ketika jemari Andreas memasuki area sensitifnya di bawah sana."Apa ini pertama kalinya, kamu melakukan hal semesum ini?" bisik Andreas yang berniat menggoda Reyna selaku sekretaris sekaligus istri kontraknya.Reyna tak dapat menjawab dan hanya bisa menganggukan kepalanya saja. "Kamu sudah sangat basah, haruskah saya memasukannya sekarang?" tanya Andreas membuat Reyna tak dapat berpikir.Andreas berusaha membuka celana tidurnya dengan satu tangan saja dan berhasil, lalu Reyna dituntunnya untuk memegang buah zakar alias batang panjang dan besar miliknya yang kini terpampang sangat jelas."Mmngh... yeash... Reynamnghs... shhhyeah!" lenguh Andreas seraya perlahan menggerakan pinggulnya sendiri.Reyna yang kini berhasil memegang milik Andreas mulai berpikir ke depan, bagaimana rasanya ketika batang bosnya masuk ke dalam miliknya yang masih tersegel rapat.Andreas yang melihat keraguan dari mata Reyna kini dengan sengaja menggenggam erat satu tangan wanita itu sembari bersiap memasukan miliknya ke dalam sangkar.Reyna menggigit bibirnya, berusaha untuk tetap tidak tegang ketika Andreas sudah bersiap dengan menggesekan burungnya ke depan miliknya yang basah. "Saya akan segera memasukannya," bisik Andreas sebelum mendorong penuh milik Reyna hingga wanita itu menjerit kesakitan."Ah!" teriak Reyna yang baru saja jatuh dari tempat tidurnya sendiri.Wanita itu mengelus bokongnya sendiri yang terasa sangat sakit, belum lagi Reyna mulai menyadari dirinya yang saat ini berkeringat cukup banyak baru saja bermimpi jorok.'Kenapa harus dengan Pak Andreas.' ucap Reyna dalam hatinya.Merasa ia perlu minum air mineral dingin untuk menyegarkan otaknya, Reyna segera keluar dari kamarnya menuju ke dapur.Baru saja dirinya hendak membuka botol air mineral, wanita itu sudah dikagetkan dengan kehadiran Andreas di belakangnya. "Sejak kapan Pak Andreas berada disini?" tanya Reyna yang hampir tersentak ke belakang."Dari tadi saya memanggil kamu," ucap Andreas.Reyna yang bukannya membalas ucapan bosnya malah terlihat fokus menatap bibir Andreas yang sedari tadi membuatnya gagal berkonsentrasi."Setelah rapat pagi ini selesai, kita harus menghadiri pemotretan foto untuk buku nikah."Reyna nampak tak menggubris perkataan Andreas dan tetap fokus menatap bibir ranum bosnya, wanita itu bahkan terlihat menelan salivanya dan hendak mendekati wajah Andreas.Andreas yang kebingungan dengan sikap Reyna hanya bisa mempertanyakannya dalam hati. Hingga Andreas menyaksikan Reyna yang menyiram kepalanya sendiri dengan air mineral dingin di tangannya.Tanpa berkedip Reyna berjalan melewati Andreas dengan pandangan kosong. "Sepertinya aku harus mandi air dingin," gumam Reyna kala itu."Apa aku salah telah menikahi wanita sepertinya," ujar Andreas sembari memiringkan sedikit kepalanya.Andreas dan Reyna keluar dari instansi gedung tempat keduanya mendaftarkan pernikahan. “Kamu pasti masih bingung dengan semua yang baru saja kita lakukan,” ucap Andreas. Reyna menganggukan kepalanya. “Sepertinya saya belum sempat mengucapkan terimakasih, karena uang sebesar itu saya bisa melunasi perawatan berjalan Jeremy dan membayar hutang-hutangnya selama ini,” ucap Reyna. Andreas menelan salivanya, ia bahkan belum mengatakan bahwa Reyna harus melahirkan anak untuknya. Tapi melihat Reyna tak protes setelah menandatangi kontrak yang diberikannya seharusnya wanita itu tidak masalah dengan hal itu bukan. ‘Tidak mungkin dia belum membacanya.’ pikir Andreas. “Itu hanya bonus penandatanganan karena kamu mau menandatangani kontrak pernikahan dengan saya, selanjutnya saya akan tetap mengirimimu uang. Kamu sudah menjadi istri sah saya secara negara,” ujar Andreas. Reyna menganggukan kepala lalu membalas tatapan bosnya. “Saya merasa pernikahan ini harus dirahasiakan dari publik, pesta p
"Reyna, cepat kemari." panggil Andreas dengan wajah memerah. Reyna yang mau beristirahat akhirnya menghampiri bosnya dengan keadaan lelah. “Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak Andreas?” tanya Reyna pada bosnya yang bukannya menjawab pertanyaannya, malah menarik tangannya hingga tubuh Reyna jatuh tepat di dada bosnya. Reyna terkejut dan hendak bangun menghindari Andreas namun pria itu tak membiarkannya pergi dengan mudah. “Kamu mau kemana, tidur bareng saya saja malam ini,” ujar Andreas membuat Reyna kebingungan malam itu. Reyna melirik sekilas wajah Andreas yang memerah. “Mulut Pak Andreas kok bisa bau alkohol?” tanya Reyna yang kebingungan karena sedari tadi bosnya berada di dekatnya seharian. “Panas sekali,” ujar Andreas membuat Reyna mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan bosnya namun terasa tetap saja sulit. Andreas terdengar bergumam terus sedari tadi. “Tolong lepaskan pelukan Bapak,” ucapReyna yang tak ingin Andreas nanti menyesal di pagi harinya. Andreas tak berhenti m
Andreas dan Reyna kembali pulang menaiki bus, sebetulnya pria itu sudah meminta supir untuk menjemput mereka hanya saja sekretarisnya itu memaksa untuk kembali dengan bus saja. Melihat jika menunggu supir datang, pasti akan memakan waktu yang lama. Sesampainya di depan halte apatemen Andreas, keduanya berjalan sebentar hingga sampai ke tempat tinggal pria itu. “Saya sudah mengantarkan Bapak sampai disini, saya izin pulang dulu ya?” pamit Reyna pada Andreas yang menganggukinya. Belum sempat balik badan, seorang wanita paruh membuka pintu apartemen dari Andreas. “Mamah,” panggil Andreas yang sedikit panik karena kedatangan mendadak dari ibunya. “Apa kamu istrinya Andreas?” tanya wanita paruh baya tersebut pada Reyna tanpa berniat menyapa anak lekakinya lebih dulu. Andreas menghela napas berat lalu izin untuk membawa masuk Reyna lebih dulu ke dalam sebelul mengobrol di depan pintu. Setelah semuanya masuk, Andreas mengomeli ibunya yang selalu saja berkunjung tanpa memberitahukan diri
“Saya melihat sedikit penampakan tubuh istri Bapak dari belakang di dalam berita, saya akan coba ambil size yang sekiranya cocok. Jika terasa sempit Bapak bisa menghubungi kami untuk menukarnya dengan size yang lain,” ujar pelayan tersebut membuat Andreas mendadak salah tingkah.Setelah membayarnya Andreas segera mengambil paper bag yang berada di tangan pelayan tersebut lalu masuk ke dalam mobilnya. “Kenapa aku harus melakukan hal sememalukan itu?!” kesal Andreas kepada dirinya sendiri. Andreas menancapkan gas untuk kembali ke rumahnya, sesampainya disana pria itu tak menyapa ibunya yang masih nampak berkutat di dapur sendirian dan memilih masuk ke dalam kamarnya. Baru saja menutup pintu Andreas dibuat kaget dengan penampakan Reyna yang baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dibalut handuk putih se-dada saja. “Kenapa keluar tanpa menggunakan pakaian dulu?” tanya Andreas. Reyna mendekat ke arah kasur seraya mengambil pakaiannya. “Saya lupa membawanya ke dalam,” ucap Reyn
Andreas terbangun perlahan sembari matanya menerawang ke arah depan tempat Reyna berada, namun nampaknya pria itu tak berhasil mendapati apa yang dicarinya. Suara hati mulai bertanya-tanya dimana gerangan Reyna saat ini. Andreas bangkit dari tidurnya, pria itu duduk sebentar di pinggiran kasur sebelum memilih untuk pergi keluar mencari keberadaan sekretarisnya. Setelah suara pintu utama apartemen terdengar terbuka, Andreas akhirnya mendapati dua wanita yang tak lain adalah Amera dan Reyna. "Habis dari mana kalian?" tanya Andreas. Reyna tertawa kecil. "Mama mengajak berbelanja dari pagi sekali, Kak Andreas aku bangunkan nggak bangun-bangun jadi kami naik taksi kesana," kata Reyna yang tengah menjelaskan pada Andreas. Andreas meminta Reyna masuk untuk mengobrol sebentar di kamar bersamanya sedangkan Amera memilih mencuci beberapa bahan belanjaan sekaligus mulai memasak sarapan. Di dalam kamar, Andreas nampak menyilangkan kedua tangan sembari menatap Reyna. "Seharusnya kamu tetap i
"Entahlah, sepertinya karena sekretarisku. Reyna, dia wanita yang kamu temui waktu di apartemenku kemarin, nampaknya dia membawa penyakit ini untukku." ujar Andreas. Ken mengganggukan kepalanya. “Tunggu sampai aku pulang, nanti kita bertemu,” ujar Ken pada Andreas dari sebrang telepon sebelum mematikan panggilan tersebut. Reyna nampaknya mengetuk pintu dari luar sebelum wanita itu masuk ke dalam kamar bosnya. “Makanan sudah siap,” ucap Reyna. Andreas terlihat diam dalam beberapa detik sebelum menganggukan kepalanya. “Mama, kapan dia mau pulang?” tanya Andreas membuat Reyna mengambil ponselnya dari kantong lalu memberikannya pada Andreas agar lelaki itu dapat melihatnya. “Tadi Mama minta pesankan tiket jam enam sore, dia mau saya mengantar sampai ke Bandara,” ucap Reyna pada Andreas yang nampak menghela napas berat. “Bapak tidak perlu ikut, biar saya saja yang antar Mama pakai taksi,” kata Reyna melanjutkan kembali ucapannya, namun Andreas menggeleng sembari pergi meninggalkan wan
Tok tok tokSuara pintu membuat Andreas dapat menghindari Reyna yang masih syok sekaligus kebingungan, bahkan wajahnya nampak amat memerah karena kelakukan bosnya sebelumnya. Andreas membuka pintu kamar. “Supirnya sudah di bawah, tolong bantu Mama bawa koper ke bawah sekalian langsung berangkat,” ucap Amera membuat Andreas mengangguk. Reyna yang mendengar itu juga langsung bangkit dari kasur, mencoba untuk melupakan sejenak kejadian barusan. Sebetulnya, Amera merasa aneh ketika melihat wajah Reyna yang begitu merah seperti orang sakit namun melihat Andreas sang anak yang salah tingkah membuatnya seakan tahu apa yang baru saja terjadi dengan mereka berdua. Di dalam mobil, Amera memperhatikan Andreas dan Reyna yang sedari tadi diam tak bergeming. “Gimana kalau kalian berdua ikut ke Jeju, hitung-hitung liburan disana?” tawar Amera membuat Andreas dengan tegas menolaknya. “Kalau begitu biar Papa sama Mama saja nanti kemari lagi, toh kami belum sempat bertemu dengan orang tua Reyna,”
Andreas menatap lukisan berbentuk kuda miliknya yang terpajang di depan ruang tamu apartemennya. "Aku tidak mungkin menyukai wanita sepertinya," ucap Andreas mencoba membela harga dirinya sendiri.Namun lingkaran hitam di bawah matanya sepertinya tidak bisa berbohong, pria itu bahkan tak dapat tidur semalaman hingga saat ini. Kerjaannya sedari pulang dari rumah Ken hanya berdiam diri di atas sofa persis seperti saat ini. "Aku pasti sudah gila," gumam Andreas. Ting nong! Ting nong! Ting nong! Suara bel dari pintu apartemen membuat Andreas bangkit dari sofanya. "Biasanya Ken langsung masuk tanpa membunyikan bel, ini juga masih pagi sekali," ucap Andreas sembari melirik jam di dinding. Andreas melebarkan matanya saat membuka pintu dan melihat Reyna yang berada di hadapannya. "Cih, ini pasti hanya halusinasi," ujar Andreas yang hendak menutup kembali pintu apatemennya namun Reyna menahan pintunya dengan kaki kanannya. "Tunggu, Bapak tidak berhalusinasi sama sekali!" ujar Reyna membua