JDAR!Suara petir yang mendadak membuat Reyna otomatis melompat kepelukan Andreas sampai pria itu bisa dengan jelas merasakan debaran jantung wanita di dalam gendongannya. Gemuruh hujan mulai semakin terdengar, suasana malam ini menjadi lebih dingin setelah air hujan mulai turun. “Panas,” gumam Reyna ketika kulit wajahnya bersentuhan dengan leher Andreas. Reyna menelan salivanya sebelum akhirnya memberanikan diri menyentuh dahi pria di hadapannya. “Wajah Bapak pucat, apa sedari ini Bapak menahan sakit?” tanya Reyna dengan wajah khawatir. Andreas menggelengkan kepalanya sembari mengeluarkan smirknya. “Apa kamu sedang mengkhwatirkan saya?” tanya Andreas sebelum akhirnya kepala pria itu jatuh di pundak Reyna. Reyna panik namun ia dengan segera membawa tubuh berat Andreas untuk ditidurkannya di atas kasur. “Pak Andreas, bangun Pak!” Reyna mencoba menyadarkan pria itu dengan menepuk pipinya. Hingga mata Andreas terbuka sedikit lalu menatap dalam Reyna yang berada di hadapannya. “Kena
"Uhmngsh!" lenguh Reyna yang tanpa sadar memejamkan matanya dengan tangan kanan milik Andreas yang sudah berada di depan celana dalamnya.Suara derasnya hujan malam itu membuat suasana malam itu menjadi semakin bergairah bagi Reyna. Jiwanya yang haus seperti ditelan napsu kembali lagi, rasanya Reyna ingin sekali terus mendapat belaian dari Andreas. "Uh!" lenguh Reyna ketika dengan sengaja menggesek tangan kanan milik Andreas tepat di kewanitaannya yang masih terbalut kain dalaman. "Bukankah kita sudah benar benar menikah, seharus tidak masalah bukan jika aku melakukan ini kepada suamiku sendiri," pikir Reyna yang masih tak mau menyalahi aturan dan prinsip yang telah ia pegang teguh sejak dulu. "Uhmn, Pak mngsh," lenguh Reyna semakin kencang karena suaranya cukup tertutupi oleh gemuruh hujan di luar sana. Tangan Andreas yang terasa hangat karena demam bisa dirasakan oleh Reyna yang sedang menyentuhnya. Sebenarnya ada ketakutan tersendiri untuk wanita itu, jika saat ini Andreas mem
Andreas menguap berkali-kali saat dirinya ditugaskan untuk menjadi seorang kasir di kedai. “Kapan kita pulang?” tanya Andreas pada Reyna yang sedang membantu melayani tami di kedai. “Saya sudah bilang, Bapak bisa pulang duluan dan meninggalkan saya disini,” ujar Reyna sebelum kembali mengangkat piring kotor di salah satu meja. Andreas yang khawatir dengan kandungan istrinya itu mau tidak mau membantu Reyna yang tak menyangka jika Andreas bisa membantunya. “Kamu jadi kasir saja sana, biar saya yang angkat piring kotor,” ujar Andreas membuat Reyna ragu jika bosnya itu bisa mengerjakan hal seperti itu sendirian. “Bapak tidak akan memecahkan semua piring disini bukan?” ujar Reyna curiga. Andreas mengangguk. “Tenang saja,” ucap Andreas yang langsung merebut nampan dari tangan Reyna. Bagaimana caranya agar Andreas bisa membuat Reyna pulang dan beristirahat saja dirumah selama kehamilannya, juga bagaimana caranya untuk mengungkapkan kehamilan tersebut pada wanita itu. “Apa yang harus ak
Andreas memandangi Reyna yang kini sudah berada di dalam kereta bersama dengannya, karena pria itu akhirnya berhasil membawa Reyna kembali dan meninggalkan desa beserta neneknya. "Kita akan pergi berkunjung lagi,” ujar Andreas pada Reyna yang menganggukan kepalanya. Andreas membuka pesan yang muncul di ponselnya dari dokter pribadinya yang terakhir kali memeriksa kandungan Reyna. Pria tua sepuh itu meminta Andreas untuk membawa Reyna kembali kepadanya agar dapat diperiksa kandungannya. Sebetulnya sang dokter telah menyarankan Andreas berkali kali untuk membawa Reyna ke rumah sakit tapi pria itu selalu saja mengelak. “Pak Andreas!” Panggil Reyna untuk yang ketiga kalinya. Andreas yang sedari tadi hanya bermain dengan pikirannya akhirnya sadar juga bahwa mereka telah sampai di kota tujuan. Andreas jadi mengingat kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh nenek Reyna sebelum dirinya pergi membawa cucunya bersama untuk kembali pulang. “Nenek tahu Reyna sedang mengandung, tapi nampa
Kepala Reyna terasa sakit, entah mengapa kepalanya seakan baru dibenturkan ke benda yang keras. Kenyataan bahwa dirinya yang tengah mengandung dan sikap Andreas yang selalu berubah-ubah kepadanya membuat Reyna tidak tahan. “Huek!” Reyna bergegas pergi meninggalkan Andreas dan dokternya untuk menuju ke toilet, karena entah mengapa rasa mualnya semakin menjadi. Reyna memukul dadanya yang terasa sesak hingga air matanya kembali keluar, namun kali ini begitu deras. Reyna memikirkan kembali perkataan Andreas yang sangat menyayat hatinya setiap ia membayangkannya lagi. “Hoek!” Reyna terus menerus muntah di dalam toilet tanpa henti. Di lain tempat sang dokter mengatakan kandungan Reyna baik-baik saja, hanya saja melemah di akhir-akhir pemeriksaan yang menandakan bahwa sang ibu sedang stress. “Saya tidak tahu alasan mengapa Bu Reyna stress tapi alangkah lebih baiknya sebagai suami Pak Andreas bisa berada di sampingnya untuk menjadi pendengar atau lebih bagus lagi solusi dalam masalah istr
Deg!Jantung Reyna berdegup kencang, mendengar kata sayang dari bibir Andreas membuat Reyna dimabuk kepayang. Ting!Suara dentingan terdengar bersamaan dengan terbukanya pintu lift. Andreas keluar bersama dengan Reyna yang masih di dalam gendongannya, pria itu nampak berjalan menuju unit apartemennya begitu santainya. Sesampainya di dalam, Reyna di letakannya di atas sofa yang sedikit wanita itu rindukan karena sudah beberapa hari ini tak tubuhnya jamah. Reyna menghirup udara ruangan tersebut yang berbau kopi, sepertinya pengharum baru. “Apa parfum ruangannya di ganti?” tanya Reyna pada Andreas yang mengangguk. “Kopi menghilangkan racun, beberapa jam lalu saya request untuk diganti kepada pengurus. Kamu menyukainya atau tidak?” tanya Andreas. Reyna mengangguk. “Jadi, mau makan apa tuan putri?” tanya Andreas membuat Reyna membelalakan matanya tak percaya. “Maksud Bapak saya?” tanya Reyna seraya menunjuk dirinya sendiri. Andreas mengangguk dengan santai walau wajahnya sebenarnya
Reyna membawa masuk paket yang baru saja diambilnya, lalu wanita itu membukanya selagi Andreas masih ada di dalam kamarnya. Terlintas di pikiran Reyna tentang kejadian beberapa menit lalu yang membuatnya tak bisa berhenti tersenyum. Sikap hangat Andreas mulai kembali lagi, namun Reyna takut pria hangat tersebut kembali bersikap dingin kepadanya. “Hadiahnya sudah sampai,” ujar Reyna seraya memegang dasi yang ia beli lewat online dengan harga yang lumayan mahal. Kado ini memang sengaja Reyna beli untuk Andreas, setidaknya sekali-sekali Reyna memberikan hadiah untuk bosnya di hari valentine besok. “Kalau memberikan coklat, aku akan langsung ketahuan menyukainya,” gumam Reyna. Hingga suara pintu kamar Andreas terbuka, dengan cepat Reyna menyembunyikan kotak dasi tersebut di belakang tubuh mungilnya. “Apa yang kamu sembunyikan?” tanya Andreas ketika melihat gelagat aneh Reyna. Dengan cepat Reyna membersihkan sisa bungkusan paket dan membuangnya ke tempat sampah dapur, dengan kotak d
"Revisi."Satu kata dari pria di hadapannya itu membuat Reyna mendongak. Setengah mati ia berusaha menekan amarah yang sejak tadi sudah ditahan."Lagi, Pak?" tanya Reyna tak percaya. Demi Tuhan, sekarang sudah hampir pukul sebelas malam dan dia masih terjebak di kantor dengan bos paling tidak punya hati nurani ini!Tak ada jawaban dari Andreas. Pria arogan itu hanya mengedik ke arah pintu, mengusir Reyna dari ruangannya tanpa banyak kata.Reyna menghela napas kasar dan berbalik ke arah mejanya sendiri. Suara ketikan pada keyboard menggema memenuhi ruangan yang sudah sangat sepi itu.Kalau bukan karena harus menghidupi diri sendiri dan adiknya, Reyna tidak akan mau jadi orang gila kerja seperti bosnya itu!Reyna memang beruntung bisa bekerja di Hilton House, salah satu perusahaan terkuat dan berpengaruh di negara ini. Sialnya, ia menjadi sekretaris calon pewaris perusahaan, Andreas Hilton. Pria tampan yang tak pernah tersenyum itu benar-benar membuat Reyna harus menambah stok kesabarann