Share

Bab 6. Pak CEO Lagi

"Jujur Salma bingung," jawab Salma. 

"Ngapain bingung? Mau kuliah nggak?" tanya Fariz. 

"Ya mau dong," jawab Salma.

"Ya fix aja, apa yang dibingungkan?" tanya Fariz. 

"Bapak memangnya setuju?" tanya Salma. 

"Sudah aku bilang, rumus kamusku tidak ada yang seperti ini!" jawab Fariz. 

"Ya udah pergi sana! Sudah dijawab juga Salma masih bingung, Salma tuh mau promosi, jangan bikin bete dong, entar nggak bisa ramah sama pengunjungnya." Salma kesal sekali dengan bahasannya yang sudah menyebalkan ditambah dibahas dengan orang yang menurutnya super menyebalkan. 

"Makanya jawab yang benar, posisi menata kamu tuh salah, kalau pengen rame pengunjung ya jangan begitu! Masa tulisannya malah tertutup, begini kan terlihat elegan, rapi, menarik, dan kamu nggak usah mikir kencang tuh perjodohan, otak kamu kan waktunya konsentrasi belajar menjelang ujian, setuju aja biar simpel, entar kita atur siasat karena saya tidak mungkin mencintai kamu," jelas Fariz. 

"Ya iyalah nggak mungkin cinta, tapi masa kita menikah? Mau jadi apa dunia Salma? Tapi, terima kasih tatanannya bagus," ucap Salma. 

"Hahaha … tapi mungkin saja kalau kamu yang mencintai saya, tumben mau menghargai apa yang saya lakukan," ucap Fariz lalu pergi. 

"Iiiih, percaya diri banget, nggak mungkin jugalah, diucapin terima kasih malah ditumbenin, nyesel ngucapinnya," omel Salma. 

Salma masih memperhatikan benda yang akan dipromosikan itu ditata ulang oleh Fariz. Salma menyadari, memang benar juga mengenai penataan itu. Tapi, ia kembali heran dengan sikap Fariz saat mengucapkan mengenai perjodohan. 

'Ahhh, jadi ngobrol banyak dengan laki-laki itu. Astaghfirullahalaladzim, kenapa dia malah menyuruh setuju? Tuh kan, dia sebenarnya perhatian, tau aja kalau aku mikirin mau ujian, terus maksudnya siasat? Nikah kan bukan mainan, bagaimana sih Pak CEO itu? Tapi bagus tatanan benda promosi dan rasa pedulinya, meski ada marah, penuh tanda tanya, itulah ciri khas dia,' batin Salma. 

"Heh, ngapain dekat-dekat sama cowok itu!" ucap wanita cantik bernama Clarissa. 

"Maaf Kak, Pak CEO tadi itu ya? Hahaha … tenang Kak, kita sama sekali nggak dekat, memangnya Kakak ini siapanya dia? Adiknya? Atau siapa ya, dia kan," ucap Salma terpotong Clarissa. 

"Aaah, nggak butuh dugaan kamu, awas aku lihat kalian berdua lagi! Rese kamu tuh," ucap Clarissa dengan menjatuhkan benda promosinya Salma.

Salma jengkel dengan sikap gadis yang tidak sopan seperti itu. Tapi, pikirannya teralih dengan Fariz yang mengakui tentang dirinya gay. Sambil mengambil benda yang jatuh, ia berpikir kalau wanita itu tidak mungkin pacar Fariz. 

'Bodo amat, udahlah, malas juga mikirin dia, bikin cenat-cenut aja,' batin Salma. 

"Salma, ngobrol apaan sama CEO tampan itu?" tanya Freya. 

"Mm, dia komenin tatanan promosi kita," jawab Salma. 

"Tapi, aku mau curhat sebenarnya," ucap Salma. 

"Loh, kok kamu kayak sedih gitu, senyum dong, gak pantes kamu sedih, ada yang nyakitin kamu? Mana orangnya? Biar berhadapan sini!" ucap Freya. 

"Gak jadi aja deh, belum saatnya," ucap Salma. 

"Tapi kamu ceria dong! Ceria! Sini aku tarik biar senyum." Freya bertingkah konyol dengan menarik pipi kanan dan kiri Salma supaya tersenyum. 

"Tapi diterawang-terawang, kamu cocok banget loh kalau jadi pasangan CEO itu, haha …" tawa Freya menggoda sahabatnya. 

***

"Pak CEO, ngapain dia ke sekolah ini lagi?" tanya Salma yang melihat Fariz keluar dari mobilnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status