"Apalagi yang kamu pikirkan, Sayang? Aku cukup bahagia bisa memandangmu dengan senyum yang tidak lari dari bibir manismu," ungkap Fariz. Salma Ashana dan Fariz Abidzar Mikamilny. Dua manusia yang bersatu dari jalur yang berbeda. Si perempuan mode santri, si laki mode CEO. Si perempuan penyabar, si laki pemarah. Giliran Fariz bercanda masalah gay, justru dianggap serius oleh Salma yang mengakibatkan drama perjodohan dan kampus. Lantas, apakah mereka bisa bersatu selamanya?
View MoreCountry A
In a Top Class Restaurant, a Young Man and a Woman Stood in the Space Nearest to the Sea.
The Man was on His Knees, Proposing to the Lady.
" Will you, Marry me, Lucy? " He asked.
" I would like to but I really can't, Adam. " She replied.
" Lucy please accept my proposal I love you " Adam pleaded " Adam it's not like that I also love you, I really do but as you know our genotypes are both " As " if we both get married we are going to have sickle cell children '' she sobbed " I know Lucy but I love you and I am willing to take the risk, please Lucy " he begged " Adam I am sorry to disappoint you but I can't give birth to sickle cell children I am really sorry '' she said and left Adam who was still in a daze " Why!! why!! did this have to happen to us, Lucy? , We don't deserve this, so why? Anyways I am willing to take the risk for our love '' he sighed inwardly.~~~~~~~
when Lucy got to her apartment she went directly to her bedroom and collapsed on the bed crying bitterly. She cried until she could cry no more " Oh God why me? this is so unfair, why me Lord? '' she sobbed. " What am I going to do now I can't let Adam go, no, no I really can't sacrifice my love, ahhhhhh '' she sobbed She cried herself to sleep that night. She woke up the next day with a serious headache, she managed to Walk to her bathroom despite her Shaky legs. When she saw her reflection in the mirror she screamed in fright as the young lady in the mirror looked like a ghost with her make-up smeared, her eyes were swollen from continuous crying and her hair was all messy. " Oh God I don't deserve this '' she sighed She freshens up and went back to the kitchen to make some food for herself, She made some Spaghetti Salad. While eating she heard a knock on the door. She Went ahead to open it and Wasn't Suprised to see that it was her Best friend, Rose. " Hey, Rose, What brings you here so early in the morning? '' she asked Suprised. " Good morning, can I come in? '' Rose said ignoring her question " Of course you can come in " Lucy replied moving aside so Rose could go in. After they had settled down on the Cream colored Sofa, Rose spoke up " Lucy I heard about what happened between you and Adam" she began. " Rose, I am confused what should I do? I love Adam and want to spend a lifetime with him but on the other hand, I don't want to give birth to sickle cell children," she replied, Almost Sobbing " Hey stop crying, don't worry we will find a way out of this " Rose whispered in a Consoling tone. " No no! there's no solution I don't know what to do " she sobbed. " Alright calm down stop crying okay? " Rose whispered trying her best to calm her down Rose was Lucy's best friend since college when she heard the News she disagreed at first but when she saw that they were madly in love with one another she was helpless.After Lucy had calmed down Rose spoke up
" Lucy how about we go to a specialist to talk about this case to see if there's a solution? " she asked " hmmn, but are you sure there's a solution? " Lucy asked " let's try first, there's no harm in trying alright? " she replied." Okay. "
An hour later the duo went to Meet a specialist who happened to be Rose's fiance's best friend.
In the doctor's office
" Good afternoon ladies " he greeted" Good afternoon doctor " they replied " so what is the situation here? " he askedBefore Lucy could Respond to his Question Rose beat her to it. " Doctor, Lucy here is my best friend she and her boyfriend both have traits for sickle cell anemia but they are both in love with one another and wants to get married,so we are here to ask if there's a way to avoid them giving birth to sickle cell children, so they can be rest assured that they won't give birth to Sickle Cell, kids. " she said " hmmmmn this a serious case we have here and I will always advise that couples with traits of sickle cell anemia should not get married but in this case, you said that they are madly in love with one another am I right? " he asked " Yes doctor they are " Rose replied " Alright back to your question as both of them have traits for sickle cell anemia there's a one in four (25%) chance that any of their children will be born with sickle cell anemia there's also one in four chance that any of their children will be completely unaffected so do you understand now, " Dr. Mike asked " We do " Rose answered" Lucy, were you even listening? Rose asked Lucy who was in a daze. Just then Lucy snapped out of her daze and whipped off her tears" Yes, I was " she replied." Alright doctor we will take our leave now " Rose replied" okay nice meeting you" he replied as they shook hands.On their way downstairs.
" Lucy are you alright? " Rose asked worriedly" To be honest, I am not " she replied " let's go have some Coffee " Rose suggested " Alright " Lucy replied as they both Walked to a nearby Coffee Shop. After Placing their orders Rose spoke up." Lucy, what are going to do now? " she asked" I don't know I am still confused " Lucy replied honestly " So am I " she replied" Do you think we should take the risk? " Lucy asked " Not sure, perhaps you should talk to Adam? " Rose advised " Yes I will " she repliedJust then the waiter came back with their coffees. After she left the duo sipped their coffee in silence, With both of them deep in thoughts."Mmm … terima kasih banyak, Mi. Ada kok, kalau Cioy udah beberapa hari, kita akan ngonten bareng. Dibuat jadwal khusus podcast wanita tangguh bareng Nuura," jawab Salma. "Masyaallah, bagus. Mami ke belakang dulu," ujar Reva. Tidak ada yang harus minder karena pernah berbuat salah. Orang yang pernah khilaf, tetap memiliki hak untuk menjadi orang baik. Berhenti men-judge orang karena kekhilafan di masa lalu adalah hal yang Salma kokohkan untuk menguatkan Nuura. *** "Apa yang kamu tahu tentang cinta?" tanya Salma. Fariz menatap lekat kedua mata istrinya. "Cinta itu luas. Sebuah rasa yang bertahta tanpa aba-aba, mendaki dan menggali untuk terus mencari arti meskipun bercak dan pikulan luka menghampiri." "Apa yang kamu tahu tentang mencintai?" tanya Salma. Tidak ada keraguan untuk Fariz memberi jawaban. Cinta memang luas dan yang ditanyakan Salma itu masih umum, bukan hanya khusus cinta Fariz kepada Salma. Mereka bercerita di tengah Cimes Mika yang sibuk mengajak bermain dan bercanda
"Daddy ingin dipeluk Kakak Cimes," ucap Fariz. "Gak mau! Cimes mau minum kembar juga gak diberi," sahut Cimes Mika. "Kakak kok dendam?" Salma membelai rambut putrinya. "Maaf, tapi Kak Cim nggak suka dilarang terus, pertanyaan Cimes gak dijawab sama Ummah," keluh Cimes Mika. "Masyaallah, anak pinter! Eaaa … kena deh ke pelukan Daddy!" Fariz mengangkat Mika begitu saja mumpung tangannya tidak berpegangan tangan dengan baju ummah-nya. Dari tadi Fariz ingin menggendong putrinya secara tiba-tiba dan langsung dibawa keluar. Namun, tangannya masih mencengkram baju Salma. Fariz sudah wanti-wanti dengan teriakan juga sebenarnya, tapi sekarang akan nekat ia lakukan dengan langsung membawanya keluar dari kamar. "Daddy, huaaa!" teriak Cimes Mika yang sudah di pintu karena Fariz cepat untuk lari keluar. "Hehe, sudah di pelukan Daddy sekarang. Kamu nggak rindu apa, Nak? Dari semalem nggak mau dipeluk Daddy, maunya sama oma dan eyang terus!" Fariz terus mendekap dan membelai putrinya. Cimes M
"Besok aja, hahaha," ucap Salma. "Adik sebentar lagi lahir, nggak sampai besok, Nak. Udahan dulu ya sama Ummah-nya!" Fariz melihat istrinya menahan sakit sedari tadi, tapi berusaha membuat Mika bahagia. "Nggak mau! Cimes kangen minuman kembar ini!" seru Cimes Mika. "Nak … Ummah lagi sakit. Mau nggak doain Ummah di masjid, beli minumnya es krim dua aja biar jadi kembar," ungkap Salma yang merasakan perutnya semakin sakit. "Ummah sakit? Cimes kangen ini dari kemarin nggak dikasih, tapi Cimes mau do'ain Ummah, Ummah sembuh! Huaaaaaaaa!" Cimes Mika memeluk Salma lalu menangis sambil berjalan turun dari brankar Salma. "Hahaha … biarin dulu coba, Ma! Cimes kok lucu ya kesannya. Nangis aja tetep imut banget," ucap Fariz dengan tawa kecilnya. Sedih, disuruh pergi saat waktu rindu-rindunya, tapi lebih sedih kalau melihat perempuan hebatnya merasakan kesakitan. Cara jalannya Cimes Mika juga membuat mereka tetap gemas. Apalagi kalau melihat raut wajahnya, Salma yang sedang kesakitan pun iku
"Hehe, belum nih. Abinya belum setuju," jawab Freya. "Sama aja, Aa Wildan belum tega katanya," sahut Clarissa. "Kalau kata Mas Rifki mah, udah. Dua anak cukup," jawab Royya. "Tau ah, Mas William juga gitu!" rajuk Reca. "Cama! Kamu buat mereka resah, deh!' Fariz merangkul istrinya. Mereka terus bercanda dan juga berencana juga. Sangat hangat, bisa berkumpul gabungan seperti itu. Ada dari pihak keluarga, saudara, dan juga para santri. *** "Cap, Cimes nggak ikut?" tanya Salma. Rasa sakit saat kontraksi, kini Salma rasakan. Beruntungnya, saat itu ia hanya mimpi. Kalau tidak, entahlah bagaimana dia bisa kuat melawan rasa sakit tanpa usapan langsung dari suaminya. Di mana biasanya selalu siap memberi ketenangan dan kekuatan atas lara yang sedang menimpanya. Namun, di saat suasana menahan rasa sakit untuk kelahiran putri keduanya, perhatian untuk putri pertama tidak lupa ia berikan. "Masih nangis," jawab Fariz. "Kok nggak Capa ajak?" Salma menarik tangan suaminya. "Entar aja kalau
"Capa, Capa gak pergi, kan? Nuura, baik-baik saja?" Salma terlihat sangat resah saat bangun tidur. "Sayang, kamu kenapa, sih? Semalem Capa di sini terus peluk kamu sama Cioy. Kok jadi aneh?" tanya Fariz. "Ehmm, Alhamdulillah, hanya mimpi berarti." Salma menghembuskan napas panjangnya. "Hahaha …" Fariz tertawa sembari mencubit hidung istrinya. Pagi itu mereka pergi belanja ke toko mainan. sudah banyak request dari anak panti sangat juga putrinya sendiri. Cimes Mika tidak lupa untuk minta dikepang rambutnya, dia ingin seperti Hunaisa meskipun rambutnya masih belum sebanyak rambut Hunaisa. "Mau dikepang," ucapnya. "Nggak mau diikat dua aja, Nak?" Salma memberi penawaran. "Maunya kayak Kak Nais," jawab Cimes Mika. "Iya, dikepang ya dikepang. Boleh cium dulu, nggak?" Salma mendekatkan pipinya. "Ummah bau, gak mau!" Cimes Mika malah menjauh. "Bau apa? Ummah udah mandi, udah pakai bedak, wangi ...." ujar Salma. "Mmmm, bauuuu .... tapi boong, hihihi," ucap Cimes Mika dengan tawa. F
"Ehmmm, terserah Cama aja," jawab Fariz. "Mami ingin sama papi apa sama Cimes?" tanya Salma membuat mereka terkekeh. "Hahaha, Mami ngikut pilihan kamu aja, Sal! Kalau kalian mau salah Cimes, ya Mami sama Papi," jelas Reva. "Ya udah, Mi. Mami sama Papi aja, bikin adiknya Fariz!" goda Fariz. "Iiih! Dasar ya kamu, Riz!" Reva keluar kamar dengan lumayan salah tingkah. Fariz dan Salma masih ngobrol pelan di kamar putrinya. Anak kecil yang masih linguistik seperti itu, serasa ingin selalu di dekapan mereka berdua setiap saat. Seperti Salma tadi, ditiduri begitu putrinya merupakan sentuhan luar biasa yang sangat memberinya kebahagiaan. Fariz itu kalau melihat putrinya, sudah pasti ingat Salma, begitu pula sebaliknya. "Capa pengen cubit, Cam!" Fariz menahan jarinya di pipi mulus putrinya. "Ihh, jangan! Capa tuh kalau lihat putri cantik ini, selalu saha keinget dengan Capa," ungkap Salma. "Nggak cuma Cama. Capa pun begitu, Sayang!" Fariz menatap istrinya dengan tersenyum. Salma mengus
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments