Share

2. Culture Shock

Pagi hari, aku tidak suka dengan pagi hari, itu artinya aku harus bangun dari mimpiku. Aku kaget waktu bangun tidur, ini bukan kamarku. Aku shock banget lupa kalo aku udah pindah. Ya ampun.. aku langsung keluar kamar, dan menuju kamar mandi. Waktu keluar dari kamar mandi.

“Habis ngapain lu?” tanya Aiden yang sedang menikmati kopi hitamnnya.

“Mandi lah.”

“Ngapain mandi disini, di kamar lu kan ada kamar mandinya bego.”

"Ehh.. masak sih," batinku.

Aku diam aja dan langsung ke kamar. Dan ternyata benar, ada kamar mandinya. Wow ada bath up, closet duduk,trus washtafel juga, bagus juga kamar mandi ini. Nanti siang mau berendam lah.. semua keperluan sudah ada, wahhh.. seneng banget deh, aku gak pernah liat perlengkapan kamar mandi sebanyak ini..

"wait, ini kloset duduk, aku terbiasa jongkok. Aduh.. harus beradaptasi nih."

Bik Asih sudah di kamarku dengan membawa baju-bajuku dari kamar suamiku. Oh ya nama suamiku adalah Aiden William Abhivandya, panggilannya Aiden. Aku tidak terlalu mengenal dia, dan tidak ada keinginan buat mengenal dia.

Aku mau sholat dhuhur, dan aku lupa kalo ini bukan rumahku, dan hari ini aku baru bisa sholat, aku kelupaan tidak membawa mukena, karena aku lagi PMS kemarin. Jadi aku kebingungan mencari mukena, ternyata tidak ada mukena. Aku turun ke bawah mencari Bik Asih, dengan buru-buru karena keburu aku kentut dan wudhunya batal.

“Bik Asih...” panggiku. Aku mencarinya ke dapur, bukannya bertemu Bik Asih justru aku ketemu Aiden. Aku langsung ngeloyor nyariin Bik Asih ke pintu belakang, dan tidak ada. Ketika aku membalikkan badan terlihat Bik Asih menghampiriku.

“Iya Non,” jawab Bik Asih.

“Bik Asih ada mukena gak? Aku mau sholat, lupa gak bawa kemaren. Tante ternyata juga gak nyiapain.”

“Ada non, sebentar saya ambil di rumah belakang.”

“Iya, makasih ya Bik.”

Bik Asih langsung menuju rumah belakang. Aku langsung duduk keruang tengah, males aja melihat wajah Aiden. Padahal dia gak ngapa-ngapain juga, tapi dia cukup kasar dengan perempuan terlihat waktu semalam dia mengusirku dengan paksa dari kamarnya. Aku melihat sekaliling rumah rasanya rumah ini terlalul besar buat aku, ada rasa was-was dalam diri aku yang datang entah dari mana. Tiba-tiba merinding aja... Bik Asih datang membawa mukena dan sajadah nya. Aku buru-buru ke kamar, langsung sholat. Aku bukan wanita muslimah banget, tapi aku selalu menjalankan kewajibanku sebagai umat muslim, buat berhijab aja aku masih belum, masih mood-mood an aja, tapi aku berusaha memakai pakaian yang sopan. Setelah sholat aku melipat mukena dan sajadah milik Bik Asih, aku keluar ke lantai bawah memberikan mukena dan sajadahnya pada Bik Asih. Waktu mau turun aku berpas-pasan dengan Aiden, dia mau ke kamarnya. Dia tiba-tiba biacara sama aku.

“Kan lu punya mukena dari mahar kemaren,” ucap Aiden.

"Eh.. iya ya. Aku kok lupa, tapi dimana ya?"

“lupa lu, ada di ruang baca sebelahnya ruang tv.”

Aku langsung jalan menuju Bik Asih, tak kuhiraukan si Aiden, sesuai kesepakatan kita yang tak mengganggu satu sama lain. Bik Asih ada di dapur sedang mencuci gelas bekas kopinya Aiden tadi.

“Bik, ini mukenanya, makasih ya.”

“Iya non, sama-sama,” Bik Asih menerima mukena dari tangan ku.

"Non mau makan?” tanya Bik Asih.

“Eh.. iya lupa tadi nggak makan.” 

“saya siapkan dulu ya non. Non tunggu dulu di meja makan.”

“iya Bik.” 

Aku langsung duduk di meja makan. Ada beberapa buah di piring, tapi aku nggak minat pengennya nasi. Bik Asih mengeluarkan semua lauk pauk yang sudah dipanaskan. Wow.. aku di layani seperti tuan putri saja. Padahal kalau di rumah orangtuaku aku harus mengambil makanan sendiri, kalau makanannya habis aku harus masak sendiri. Kalau lagi males, biasanya aku membeli mie ayam di deket rumah. Ternyata lauk-pauknya beraneka ragam. Aku memilih beberapa lauk dan sedikit nasi. Aku makan semua yang ada di piring. Bik Asih membuat kan aku jus. Jus jambu. Aku tidak suka dengan jus jambu sebenarnya, tapi karena sudah dibuatin ya mau gak mau harus aku minum.

“Emm mbak asih, kasih es batu ya jusnya,” pintaku pada Bik Asih. kalau dikasih es batu sepertinya mendingan.

“Iya Non.” Bik Asih memberi beberapa es batu ke dalam gelas jusnya, dan diberikan kepadaku.

“Makasih Bik,” ucapku meneria gelas jus dari tangan Bik Asih. Aku minum jus itu sampai habis. Wow ini banyak banget, tapi kalau tidak dihabisikan bakal mumbazir. Aku kekenyangan setelah meminum jus itu.

Aku membersihkan piring bekas makan dan gelasku, tapi Bik Asih tiba-tiba melarangku.

“Jangan Non, biar saya saja yang bersihin piring kotornya,” cegah Bik Asih.

“Tapi -”

“Gapapa Non, ini memang pekerjaan saya. Non langsung pergi saja,” usir Bik Asih.

“Nggak lah Bik, ini bekas makan ku biar aku aja yang cuciin, itu aja.. makanannya Bik Asih beresin. Biar aku cuci piringku,” perintahku.

“Tapi non-“

“Nggak papa Bik.”  Aku langsung mencuci piring dan gelasku. Bik Asih memasukkan semua makanan dan buah-buahan ke dalam kulkas. Aku liat kulkasnya banyak banget snack.

“Itu snacknya siapa Bik?” tanyaku.

“Ini semuanya punya Non, kemaren ibuk meminta saya buat beliin semua keperluan Non termasuk snack ini,” jawab Bik Asih.

“Hooo.. banyak juga, makasih ya Bik.”

“Sama-sama Non, memang sudah tugas saya. Kalau Non perlu apa-apa bilang saja ke saya,” jawab Bik Asih.

"Oke-oke, tapi Bik. Aku rada nggak suka minum jus jambu, nanti jangan dibuatin lagi ya, mending itu jus jeruk aja. Kalo pengen jus jambu nanti aku bilang kok,” pintaku.

“Oh iya, maaf Non saya nggak tau.”

“Iya nggak papa Bik. Oh ya, aku juga gak bisa makan jamur. Jadi jamurnya buat mbak aja.” Tadi waktu makan ada kayak oseng-oseng jamur gitu, tapi aku gak ambil. Kalo makan jamur suka mencret.. padahal sebenernya enak. Tapi perutku menolaknya, dan suka berdemo jadi sakit perut dan mencret.

“Iya Non.”

“Aku mau ke ruang baca dulu ya mbak,” pamitku pada Bik Asih.

“Iya Non.”

Ketika sampai di ruang baca betapa terkagumnya aku melihat ruangan ini, sampai tidak sadar mulutku menganga lebar. Terasa surga dunia sewaktu aku melihat ruangan ini. Ruangan yang sudah lama aku impikan, kini sudah terpampang nyata di kehidupanku. Sebelumnya terasa hanya mimpi sekarang menjadi kenyataan. Ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah bingkai foto yang berukuran tak terlalu besar. Aku mendekati foto itu, terlihat foto Aiden yang sedang memangku perempuan dipahanya. Aku memperhatikan foto wanita itu dengan seksama. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status