Share

Istri Badas VS Pelakor Keji
Istri Badas VS Pelakor Keji
Author: Dentik

1. Dea

Hari ini adalah bulan ke enam pernikahanku. Namun sungguh kurang ajar suamiku berani membawa perempuan gatal ini ke rumahku. Dengan tidak malunya perempuan itu berani bermesraan dengan suami di depanku dan teman-teman suamiku. Ketulusan hati aku menjalin pernikahan ini ternyata dibalas dengan penghinaan yang tiada hentinya. Hati aku sakit sekali.

Berkali-kali aku mendengarnya memanggil suamiku dengan panggilan "Sayang". Telingaku terasa jijik mendengar suara itu keluar dari wanita keji yang tidak tau malu itu. Aku sangat bodoamat dengan tingkah laku mereka berdua, tapi semakin lama semakin agresif wanita itu berusaha menjelek-jelekkan aku dan berusaha memisahkan aku dengan suamiku. Berbagai cara sudah dia lakuka, hingga berbagai cara licik dia gunakan untuk membunuhku. Kesabaranku benar-benar sudah habis melihat tingkah konyol wanita itu. Aku juga suah capek mendapat berbagai ancaman mematikan darinya.

Cplassss...!!!

"Aaww!!! Panas panas!!" teriak pelakor. Kusiram dia dengan kopi panas suamiku.

"Sayang! liat apa yang wanita gila ini lakukan kepadaku," adu pelakor tercinta itu pada suamiku. Semua orang di ruangan ini tidak berani berkutik. Suamiku pasti kaget melihat kegilaanku kali ini.

"Wanita gila ini akan memberi pelajaran pada perempuan gatal yang kamu cintai sayang," ucapku pada suamiku.

Aku menatap tajam suamiku dengan senyum keji, dia tidak berani berkutik, nampak kemarahan di wajahnya. Kesabaranku sudah habis melihat tingkah konyol wanita begatal ini. Sudah berapa kali dia mencoba mencelakai ku, kini tinggal pembalasanku atas semua perbuatan kotor yang dia lakukan terhadapku.

Aku berdiri dari kursi lalu menyeret wanita itu ke dalam kamar mandi, menghantam tubuh kotornya ke dinding lalu ku nyalakan shower.

Suamiku mengikuti aku, namun dia tidak berani menyelamatkan pelakor itu. Dia hanya bisa melihat... dengan tangan yang mengepal erat.

PERKENALAN

Ini adalah hari pertama aku pindah kerumah suami ku. Ya meskipun hanya pernikahan tanpa landasan cinta antara kedua belah pihak, kita punya tujuan masing-masing dalam pernikahan ini. Hmm.. anggap aja pernikahan palsu, suami palsu, istri palsu karena kami benar-benar tidak saling mencintai. Kita sepakat untuk menjalani kehidupan masing-masing meskipun dalam satu atap. Kita tidur terpisah, dan keluarga masing-masing tidak ada yang mengetahui apa yang kita lakukan dalam bahtera rumah tangga ini. Aku tidak sedih, biasa-biasa saja, cenderung lebih lega, karena tidak perlu mendengar kata-kata khawatir dari orang tua, dua tahun lalu aku sempat bertunangan dengan pacarku, tapi setelah tiga bulan bertunangan. Tiba-tiba dia mengalami kecelakaan dan merenggut nyawanya. Aku sempat mengalami depresi karena kehilangan dia, padahal tinggal dua bulan lagi kita akan melakukan akad. Aku sangat sedih saat kehilangan tunanganku ini, karena dia adalah orang yang sangat aku sayangi, tidak... aku sangat mencintai tunanganku.

Kita sudah menjalin hubungan sejak SMA, aku sering memanggilnya Kak Er, karena namanya adalah Aeros. Dia baik dan sesuai tipeku, tinggi, tidak terlalu ganteng, pekerja keras,dan baik. Kak Aeros sangat posesif terhadapku, sehingga kita sering berantem karena dia cemburuan dan aku yang bodoamatan. Kita tak terpisahkan, sampai sekarang dia tak terpisahkan dari hati aku, aku masih mencintai dia. Meskipun dia tidak ada di sampingku lagi tapi aku masih bisa merasakan dia ada di sampingku, aku terkadang berbicara sendiri seolah-olah Kak Aeros ada bersamaku, hal ini membuat orang lain berpikir bahwa aku ini gila, hehe.. padahal enggak, aku punya sedikit kelebihan jadi aku bisa melihat dia meskipun dia sudah meninggal. Tapi hanya pada saat kamis malam jumat. Hmm, sudahlah.. ini membuat aku makin sedih. Aku sempat ke psikiater lebih tepatnya ke dosen kuliahku. Aku juga ambil psikologi, tapi aku merasa belum mampu untuk membuat diriku membaik, akhirnya aku memutuskan ke dosenku dua tahun lalu, aku melakukan terapi selama satu setengah tahun terakhir ini, dan masih berlanjut sampai sekarang, tapi tidak seintens dulu.

                Satu atap dengan orang asing rasanya sedikit tidak nyaman. Bukan orang asing dia adalah suamiku. Namu pernikahan ini terjadi begitu saja, karena dilandaskan perjodohan dari orangtua. Aku dan suamiku sudah sepakat akan menjalankan pernikahan ini selama dua tahun kedepan. Dia ingin mendapatkan warisan dari orang tua dan eyangnya dengan menikahiku, karena ini adalah salah satu syarat yang diberikan eyangnya. Aku memang kenal orangtua dan eyang nya, hanya sebatas kenal saja. Mereka juga kenal orangtuaku, sebelum pernikahan ini, orangtuanya dan eyangnya sempat ke rumahku untuk bertamu. 

Keluarga suamiku ini mempunyai banyak bisnis, aku tidak tau apa saja, yang aku tau mereka mempunyai café dan tempat makan di beberapa kota, toko sandangan, dan beberapa hektar perkebunan. Aku tidak tau yang lainnya, tapi keluarganya memang kaya, hehe.. aku yang dari keluarga menengah cenderung ke bawah ini merasa minder. Hm.. mumpung punya suami kaya mending dimanfaatin aja deh. Tujuan aku menikah dengan dia adalah agar orangtua ku berhenti khawatir terhadapku yang gagal menikah ini. Hanya itu tujuanku, sekarang aku tambahin lagi, aku akan hidup bebas dengan kekayaan suamiku, hehe.. yokk semangat menikmati ini semua.

                Aku pindah ke rumah ini kemaren pagi diantar orangtua suamiku, mertua aku. Sampai di rumah ini siang hari. Aku belum nyaman dengan mereka karena memang tidak pernah dekat, makanya terasa tak nyaman. Semua keperluanku disini ditanggung mereka, aku diberi ATM warna hitam yang ada di dompetku, aku tidak tau apa itu ATM BCA, BNI, atau BRI maupun yang lainnya karena langsung ditaruh dompet dan beberapa uang tunai di dalamnya. Tak lupa, mobil, sepeda motor dan beberapa baju dan keperluan lainnya. Aku tidak boleh membawa satupun barang dari rumah orang tua aku, awalnya aku menolak, tapi mereka sangat memaksa aku, karena semua sudah disediakan oleh mereka. Mau tidak mau aku harus mau, meskipun ada rasa sungkan. Tapi ya gimana lagi, aku tidak bisa menolak apapun dari mertuaku. Siang harinya mertuaku pulang ke rumahnya, dan aku ditinggalkan sendiri di rumah ini bersama orang asing ini. Ternyata ada ART disini, seumuran dengan mamaku dia sangat ramah terhadapku, dan sopir pribadi suamiku seumuran ayahku, ternyata mereka sepasang suami istri. Mereka tidak tinggal dirumah ini, mereka tinggal di rumah belakang rumah ini, ya lebih kecil dari rumah ini.

                Malam hari aku mau bersiap tidur dan tiba-tiba suamiku

“Ngapain kamu?” tanya suamiku.

“Mau tidur lah,” jawabku.

“Tidur di kamar sebelah sana, ini kamarku.” 

“Lahh..kenapa mggak kamu aja sih, ribet.”

“Ya gak mau lah, ini kamar aku, aku males pindahin semua barang-barangku. Kamu aja yang pindah,” usir Aiden suamiku.

“Ih.. apaan sih.”

“Pindah gak?”

“Moh,” tolakku.

“Cepet pindah.”

“Mohhhh.”

Ehh.. tiba-tiba badanku ditarik dan dibopongnya ke kamar sebelah, aku teriak-teriak tidak mau tapi dia tetap saja membopong aku ke kamar sebelah. Aku dijatuhkan dengan kasar di atas kasur, untung saja kasurnya empuk. Maaf aku anak kampung dan dia agak ke kota-kota an, jadi aku ngomongnya campur-campur agak medok jawa.

“Sekarang ini adalah kamar lu, dan kamar sebelah adalah kamar gua. Lu gua tidur pisah, urus hidup lu sendiri, gua urus hidup gua sendiri, gua gabakal ganggu lu dan lu jangan ganggu hidup gua. Besok barang-barang lu biar Bik asih yang urusin. Lu udah dapet ATM kan, tuh gunain sepuas lu gua gamasalah, penting jangan ganggu gua. Ngertikan lu.”

“Biasa aja kali, gua juga gabakal ganggu lu, awas aja lu ganggu gua,” jawabku sewot juga, nih orang sewot banget.

“Oke, fine. Lu udah sepakat, kita nikah gara-gara tujuan masing-masing, jadi lu gausah ngarep lebih.”

“Idih.. lebay banget, kagak ada gua ngarep lebih ke cowok kek lu, pergi sana huss,” jawab ku sambil kibasin tangan seperti mau usir ayam. Dia langsung pergi, dan aku langung tidur. Dan seperti biasanya sebelum tidur aku selalu berdoa untuk para sesepuh yang telah meninggal, termasuk tunanganku. Setelah selesai aku membaca doa mau tidur dan tidur deh.. tiap hari aku bermimpi, dan mimpinya tetap dengan orang yang sama yaitu tunanganku. Ini lah kenapa aku suka banget tidur. Karena mimpilah aku bisa bertemu dia. Kak Aeros, dalam mimpi aku mengulang kenangan-kenangan lama bersama dia, banyak sekali. Rasanya bahagia sekali ketika bermimpi seperti itu. Terkadang aku sadar bahwa ini mimpi, tapi aku sangat menikmati semua mimpiku ini jika dalam mimpi aku bertemu kak er, terkadang aku juga tidak memimpikan Kak Er. Dari mimpi ini aku bisa menyembuhkan rasa kangen aku sama dia. Huhu.. sedih banget kalau gini.

               

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status